Salin Artikel

Tak Punya Seragam, Pengungsi Korban Banjir Bandang Meteseh Malu Ingin Berangkat Sekolah

SEMARANG, KOMPAS.com-Sebagian pengungsi yang memiliki anak usia sekolah dasar masih memilih izin untuk tidak hadir di sekolah.

Pasalnya semua harta benda termasuk seragam terdampak banjir bandang di Perumahan Dinar Indah Meteseh, Semarang, beberapa waktu lalu.

Sehingga anak-anak malu bila harus berangkat menjumpai teman di kelas tanpa mengenakan seragam sekolah.

“Boleh sekolah pakai baju bebas tapi kasihan, anak saya malu kalau nggak pakai seragam. Jadi anak juga nggak mau sekolah kalau belum ada seragam,” tutur Biyatun (45) saat ditemui Kompas.com di pengungsian Balai Diklat BKPP Semarang, Senin (9/1/2023).

Kedua anaknya duduk di bangku kelas 2 dan 6 di SDN Meteseh. Meskipun mendapat keringanan dari sekolah untuk memakai baju bebas, keduanya memilih izin sementara untuk tidak masuk sekolah.

Biyatun mengeluhkan tidak adanya bantuan seragam sekolah sama sekali di posko maupun pengungsian. Hanya 3 potong seragam SMA yang ia temukan.

“Pengennya dapat bantuan seragam jadi uangnya bisa dipakai untuk yang lain, sudah pernah minta tapi enggak ada seragamnya,” bebernya.

Ketua SARDA Jateng, Irham Saputra membenarkan hal itu. Pihaknya mengakui kekurangan donasi seragam sekolah dasar di posko tersebut. Sejumlah bantuan donasi seragam yang diterimanya hanya untuk SMP dan SMA.

“Adanya seragam SMP dan SMA, untuk SD enggak ada. Tapi hari ini posko sini tutup karena Balai Diklat mau digunakan. Jadi bagi yang ingin berdonasi langsung disalurkan ke TKP saja komunikasi lewat RT atau RW,” jelas Irham.

Lebih lanjut, sampai saat ini, pihaknya telah menyalurkan sekitar 500 kardus bantuan logistik di tiga kelurahan terdampak banjir, yakni Rowosari, Sendangguwo, dan Meteseh.

“Bantuan logistik makanan, berupa beras sekitar 500 kilogram, mi instan, nasi bungkus, air mineral, snack, telur. Untuk non makanan pakaian layak pakai, hampers, pembalut wanita, pakaian anak, pakaian dalam. Lalu ada sejenis sabun mandi dan detergen,” ungkapnya.

Meski banjir telah surut, sebanyak 54 warga masih mengungsi di balai diklat. Pasalnya rumah masih kotor dipenuhi lumpur dan listrik belum menyala. Sebagian pengungsi pulang untuk membersihkan rumah hingga sore hari.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/09/164820978/tak-punya-seragam-pengungsi-korban-banjir-bandang-meteseh-malu-ingin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke