Salin Artikel

Sejarah Stasiun Kereta Api Solo Balapan dan Asal-usul Namanya

KOMPAS.com - Stasiun Solo Balapan merupakan stasiun terbesar yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah.

Stasiun Solo Balapan berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi No. 112, Kestalan, Banjarsari.

Stasiun Solo Balapan telah memiliki sentuhan modern karena dilengkapi dengan fasilitas untuk moda kereta bandara dan kereta rel listrik (KRL).

Bangunan ini menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang sarat dengan nilai sejarah.

Stasiun Solo Balapan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 646/1- R/1/2013 tahun 2013 dan terdaftar di Registrasi Nasional Cagar Budaya dengan nomor RNCB.20160908.02.001258.

Asal-usul Nama Stasiun Solo Balapan

Asal-usul nama Stasiun Solo Balapan diduga karena pembangunan dilakukan tidak jauh dari sebuah race terrein (pacuan kuda) untuk balapan.

Stasiun Solo Balapan didirikan di atas lahan bekas arena pacuan kuda yang merupakan Alun-Alun Utara Pura Mangkunegaran.

Belakangan Stasiun Solo Balapan mendapatkan lahan pengganti di kawasan Manahan dari keluarga Kasunanan Surakarta.

Sejarah Pembangunan Stasiun Solo Balapan

Stasiun Solo Balapan dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), sebuah perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda.

Pembangunan Stasiun Solo Balapan dilakukan bersamaan pembangunan jalur kereta api Kedungjati-Solo sepanjang 74 km dengan lebar jalur 1.435 mm.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Raja Mangkunegara IV disaksikan Gubernur Jenderal Baron van de Beele pada 1864.

Peresmian Stasiun Solo Balapan sendiri dilakukan pada Kamis, 10 Februari 1870 yang semula bernama Stasiun Solo.

Peresmian Stasiun Solo Balapan juga membuka hubungan Semarang – Solo dengan jalur kereta api.

Keberadaan kereta api ini digunakan untuk memudahkan pengangkutan gula, tembakau, dan kopi dari daerah pedalaman ke pelabuhan di Semarang.

Setelah Stasiun Solo Balapan berdiri, rel dihubungkan dengan stasiun-stasiun yang berada di titik-titik strategis yang melewati tengah kota.

Salah satu bukti sejarah yang masih digunkan adalah jalur rel yang ada di tepi jalan Slamet Riyadi.

Seiring meningkatnya aktivitas pengangkutan di Stasiun Solo Balapan, kebutuhan ruang bangunan stasiun juga turut meningkat.

Sehingga pada tahun 1926 dilakukan renovasi stasiun yang dirancang oleh Ir. Herman Thomas Karsten dengan memberi sentuhan modern dengan mengadaptasi gaya arsitektur yang tengah populer di Eropa dengan gaya arsitektur lokal.

Tak seperti desain Stasiun Solo Jebres bergaya Art Nouveau bercampur Neoklasik, Karsten membenamkan gaya Indische pada Solo Balapan.

Karsten lebih mengedepankan fungsi Stasiun Solo Balapan sebagai pintu masuk dan keluar masyarakat di Surakarta ke daerah-daerah lain atau sebaliknya.

Karsten juga diketahui turut merancang perluasan sisi selatan Stasiun Solo Balapan pada 1927, yang dilakukan seiring pembangunan rel ganda yang melintasi stasiun tersebut.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda de Graeff di dalam kunjungannya pada tahun 1928 menyatakan bahwa Stasiun Solo Balapan sebagai stasiun paling strategis di Solo.

Modernisasi Stasiun Solo Balapan

Stasiun Solo Balapan memulai era modernisasi setelah penggunaan sistem persinyalan elektrik pada 1972.

Stasiun yang punya 12 jalur lintasan kereta ini menjadi stasiun kedua yang memasangnya, setelah Stasiun Bandung.

Sentuhan modern kembali diberikan dengan pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO) atau Skybridge Solo Balapan yang terbentang sepanjang 643 meter.

Skybridge ini menghubungkan Solo Balapan dan Terminal Bus Tirtonadi dan dilengkapi eskalator yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk melintas.

Skybridge Solo Balapan mulai diuji coba pada 20 April 2017, dimulai dari area parkir stasiun dan berakhir di pintu barat Tirtonadi.

Fasilitas tambahan lainnya adala dua mesin pelaporan (check-in) otomatis untuk penumpang kereta.

Sementara pada 29 Desember 2019, Stasiun Solo Balapan juga melayani kereta dengan tujuan Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo.

Calon penumpang pesawat di Bandara Adi Sumarmo dilayani oleh rangkaian kereta yang dilengkapi pendingin udara, rak koper, dan toilet.

Stasiun Solo Balapan juga melayani perjalanan kereta rel listrik (KRL) yang me telah beroperasi sejak 10 Februari 2021.

Sumber:
 indonesia.go.id  
 surakarta.go.id  
 heritage.kai.id  

https://regional.kompas.com/read/2023/01/02/071800778/sejarah-stasiun-kereta-api-solo-balapan-dan-asal-usul-namanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke