Salin Artikel

Berkenalan dengan Tries Supardi, Sutradara Semarang yang Konsisten Bawakan Isu Sosial Kemanusiaan di Setiap Karyanya

Di antara banyaknya isu yang terjadi di masyarakat, Tries, panggilan akrabnya, lebih fokus mengembangkan isu sosial dan kemanusiaan di setiap karyanya.

Bukan tanpa alasan Tries memilih hal tersebut. Menurut pria lulusan Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu, hadirnya seniman di Indonesia memiliki peran penting dalam mewakili suara-suara masyarakat yang terpinggirkan.

Tidak hanya itu, Tries menyebut, banyak permasalahan sosial masyarakat yang belum banyak tersorot secara arus utama. Dengan demikian, dirinya mencoba untuk menyajikan persoalan tersebut melalui karya audio visual.

"Karena seniman hadir untuk mewakili suara mereka yang terpinggirkan, suara-suara yang tak terdengar. Barangkali nantinya itu bisa menjadi dampak. Saya mempercayai itu betul, mestinya karya memang hadir untuk menyuarakan sesuatu," jelas Tries kepada Kompas.com, Kamis (1/12/2022).

Hal tersebut dibuktikan dengan karya-karya yang digagas oleh Tries. Beberapa di antaranya, film dokumenter yang berjudul Mencari Matahari, menceritakan tentang buruh migran yang mengalami diskriminasi, pelecehan seksual, kekerasan, hingga negara tidak hadir.

Ada pula film Keping Puzzle, yang bercerita tentang kisah disabilitas dan autisme. Tidak hanya itu, ada juga film Karundungan yang menyoroti isu lingkungan, Bersepeda ke Bulan, film omnibus yang menggambarkan peristiwa 1998.

"Ya banyak hal, yang tujuannya membela mereka-mereka yang terpinggirkan. Setiap sutradara punya pilihan masing-masing, tapi kalau saya lebih kesitu, sosial masyarakat dan politik," tutur pria kelahiran Jakarta ini.

Selain pemilihan isu, Tries menyebut, seorang sutradara juga punya pilihan terkait pendekatan apa yang digunakan. Seperti dirinya yang lebih sering menggunakan pendekatan sastra.

Salah satu contohnya, pada film Bersepeda ke Bulan. Tries menggambarkan cerita muda-mudi yang mengukir cerita di sepanjang sudut Kota Semarang.

Dalam dialognya, kedua tokoh tersebut bertutur menggunakan bahasa sastra. Sehingga, film tersebut dapat merepresentasikan kehidupan di era 90-an.

"Mencoba eksperimen dengan gaya bertutur yang sastrawi. Sebenarnya biasa, hanya saja saya ingin menciptakan dunia yang dirasakan mereka berdua. Seperti membaca novel, penuh dengan kiasan hiperbola. Dekat dengan sastra, gaya bahasa yang menuruti kecenderungan literatur," tutur Tries.

Lika-liku berproses

Dalam berproses, Tries mengatakan, butuh waktu yang tidak sebentar untuk menentukan arah gerak yang dibawa.

Awalnya, Tries berkecimpung di dunia film saat dirinya menjadi mahasiswa jurusan Sastra Bahasa Indonesia pada 2011. Dulunya, dia lebih aktif memproduksi film-film fiksi.

Seiring berjalannya waktu, tahun 2015 Tries mendapat tawaran projek untuk menggarap film dokumenter. Tak banyak pikir, dia mengambil kesempatan tersebut.

"Karena film dokumenter tidak banyak dapat ruang di masyarakat dan segmentasinya terbatas. Itu yang menjadi tantangan, juga jadi peluang. Dan di titik itulah saya dan temen-temen memberanikan diri untuk membuat rumah produksi, Segi Film namanya pada tahun 2016," tutur Tries.

Tidak berhenti di situ, perjalanan Tries bersama kawan-kawan Segi Film juga tak kalah menarik.

Bersamaan dengan proses bertumbuh, Tries dan kawan-kawannya juga mencoba produksi dengan mambawakan film fiksi, iklan produk, ataupun video layanan masyarakat.

Sehingga, tak menutup kemungkinan bagi Segi Film untuk lebih bisa belajar banyak hal.

"Akhirnya, segi film ini lebih terbuka untuk seluruh produksi. Namun dengan tidak meninggalkan pendekatan dan kecenderungan yang dibangun," jelas Tries.

Kendati demikian, Tries berpesan kepada generasi muda agar tidak mudah menyerah dalam menekuni apa yang dipilih.

Menurut Tries, ada baiknya jika terus berusaha dengan konsisten melakukan perubahan-perubahan kecil.

"Lakukanlah proses dengan apa yang kita cintai. Ketika kita cinta terhadap film, menjadikan film untuk berkesprsi dan gagasan, ya tekuni itu saja. Nanti pasti akan ketemu jalannya, tidak usah khawatir. Pasti banyak kejutan saat melakukan perjalanan itu," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/12/02/081050278/berkenalan-dengan-tries-supardi-sutradara-semarang-yang-konsisten-bawakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke