Salin Artikel

Cerita Pelajar Cianjur, Berkubang di Kotoran Sapi demi Mengubahnya Jadi "Paper Bag", Raih Penghargaan Internasional

Inovasi siswa SMP Islam Cendekia Cianjur (SICC) ini membuat mereka meraih medali emas Indonesia International Invention Expo (IIIEX) 2022 yang dihelat di Semarang, pertengahan Oktober 2022.

Adalah Nabila Aliya Zahra (13), Adhwaa Tsana Nur Alifah (13), Khanza Aruni Jasmine (13), Kaia Alana Fiorenza (13), dan Alifah Putri Ramadhani (13), para siswi yang berinovasi di bidang sains lingkungan itu.

Tak hanya mempersembahkan medali emas, kertas daur ulang yang mereka kemas menjadi paper bag ini juga mendapatkan penghargaan khusus dari sebuah lembaga inovasi asal Malaysia.

"Juri menilai karya ilmiah yang mengangkat isu lingkungan masih minim, sehingga apa yang siswa kami presentasikan dinilai sangat menarik dan solutif untuk kehidupan,” kata Mohamad Ilham Argiansyah (27), selaku guru pembimbing kepada Kompas.com, Sabtu (5/11/2022).

Menurut Ilham, produk Ecobag Cowdung yang diklaim ramah lingkungan ini sangat relevan dengan upaya pelestarian alam yang tengah digaungkan saat ini.

Terlebih, kebutuhan kertas secara global terus meningkat, sehingga permintaan akan ketersediaan bahan baku kayu menjadi sangat tinggi.


Semakin banyak kertas diproduksi, maka akan semakin banyak pohon yang harus ditebang.

"Sehingga limbah kotoran hewan ini bisa dijadikan alternatif bahan kertas di masa yang akan datang," ucap Ilham.

Bagi Nabila (13), mengolah kotoran sapi merupakan pengalaman pertama yang sangat menantang sekaligus berkesan.

Betapa tidak, ia dan keempat temannya harus berkubang dengan kotoran di sebuah peternakan sapi di daerah Bunikasih Warungkondang, Cianjur.

Kendati proses pembuatan kertas daur ulang ini terbilang mudah, namun banyak tahapan yang harus dilalui, dan membutuhkan ketelitian serta ketepatan.

“Terutama saat proses pencucian, harus dilakukan secara terus menerus, berulang kali sampai benar-benar bersih,” ucap Nabila.

Nabila mengaku, selama prosesnya harus menahan napas untuk mengatasi aroma tak sedap yang menyengat hidung.

“Baunya sesuatu sekali, mata sampai berkaca-kaca,” ujar dia.

Siswi lain, Adhwaa (13) menambahkan, proses pencucian merupakan tahapan untuk memperoleh serat dari limbah kotoran.

Untuk menghilangkan bau, serat yang sebelumnya telah dibersihkan harus direbus sampai berbusa dengan campuran NaOH atau soda api.

Langkah selanjutnya, terang Adhwaa, bahan serat dihaluskan dengan cara diblender untuk kemudian dicetak secara manual menggunakan sablon khusus.

“Dari satu kilogram bahan baku bisa menghasilkan 24 lembar kertas daur ulang ukuran A5,” kata dia.

Terkait lomba riset internasional itu sendiri, Adhwaa mengaku tak menyangka bisa membawa pulang medali emas.

Pasalnya, ia dan timya harus bersaing dengan 145 tim peserta dari 20 negara, di antaranya Amerika Serikat, China, India, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia selaku tuan rumah.

“Apalagi presentasinya juga kan dengan bahasa Inggris. Sempat grogi, tapi alhamdulilah bisa melaluinya,” ujar Adhwaa diamini anggota tim yang lain.


Riset lanjutan

Kepala SMP Islam Cendekia Cianjur Dera Nugraha mengatakan, sangat bangga dan mengapresiasi capaian prestasi yang telah ditorehkan para siswanya ini.

Pihak sekolah akan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) guna pengembangan dan peningkatan mutu produk.

“Kita sudah ada komunikasi dengan pihak BRIN Bandung yang menawarkan kerja sama untuk riset dan mengaji hasil karya siswa-siswa kami ini,” kata Dera kepada Kompas.com, Sabtu.

Diharapkan, melalui kerja sama ini, produk atau karya ilmiah siswa tidak berhenti sampai di kompetisi, namun ada tindak lanjut yang lebih nyata.

“Ini tentu langkah yang sangat baik. Kendati karya siswa ini sudah mendapat pengakuan secara internasional, namun tentunya perlu diteliti lebih lanjut, seperti komposisinya, kualitasnya, dan kelayakan produknya," ujar dia.

"Rencana kerja sama ini bukan untuk satu produk ini saja, tapi ada 20 karya siswa yang akan dipresentasikan dihadapan pihak BRIN dalam waktu dekat," Dera menambahkan.

Dera pun menaruh harapan dan optimisme, penelitian yang berkelanjutan dengan pelibatan dari pihak BRIN akan membuat produk siswanya lebih siap dan laik sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan banyak pihak.

“Sejatinya, tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri untuk kualitas hidup manusia yang lebih baik, dan semoga anak-anak didik kami bisa berkontribusi dan menjadi bagian di dalamnya,” ujar Dera.

https://regional.kompas.com/read/2022/11/06/050000678/cerita-pelajar-cianjur-berkubang-di-kotoran-sapi-demi-mengubahnya-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke