Salin Artikel

Kisah Mbah Sadiman, Peraih Kalpataru Asal Wonogiri (3): Lereng Lawu yang Dulu Gundul Kini Hijau dan Berlimpah Air

Meski tinggal di rumah sederhana, sederet penghargaan sudah dirah Mbah Sadiman. Selain Kalpataru dari Presiden RI, Mbah Sadiman juga mendapatkan penghargaan dari level lokal hingga nasional.

Bahkan Mbah Sadiman pernah mendapatkan penghargaan sebagai tokoh penggerak penghijauan di Wonogiri dan menjadi bintang tamu di acara Kick Andy pada April 2016.

Mbah Sadiman pun mendapatkan penghargaan Kick Andy Heroes Award 2016 setelah menyingkirkan 16 nominasi lainnya.

Saat itu ia mendapatkan penghargaan lantaran menanam pohon beringin sendirian seluas 100 hektar. Saat ini puluhan penghargaan berderetan disimpan rapi di etalase rumah Mbah Sadiman.

Usai bangun dan Shalat Subuh, kakek dua cucu ini terlebih dahulu melihat kondisi sawah yang ditanami pohon cabai. Maklum pagi itu, Mbah Sadiman berencana memanen tanaman cabai untuk dijual ke pasar tradisional terdekat.

“Dari hasil jualan cabai ini saya gunakan untuk menghidupi keluarga. Karena hidup saya ini sebagai petani,” ujar Mbah Sadiman

Tak hanya menjual cabai, di pekarangannya, Mbah Sadiman menyediakan banyak bibit pohon beringin dan aneka tanaman hias lainnya sebagai tambahan penghasilan. Kakek dua cucu ini sengaja menyediakan banyak bibit pohon lantaran banyak warga yang mencarinya untuk ditanam dalam program penghijauan.

Satu bibit pohon beringan dijualnnya mulai Rp 10.000 hingga Rp 25.000 per pohonnya. Tergantung besar kecil bibit pohon beringan yang diinginkan warga.

Kendati demikian, hasil penjualan bibit pohon beringin tidaklah setiap hari laku. “Ya kalau ada komunitas yang datang biasanya mereka beli kemudian ditanam di wilayahnya masing-masing,” jelas Mbah Sadiman.

Pagi itu, Minggu (23/10/2022), usai berjualan cabai di pasar, Mbah Sadiman kembali ke rumah mengambil cangkul dan sabit lalu berangkat menuju lereng selatan Gunung Lawu.

Mengenakan baju batik dipadu celana pendek dan sandal jepit, Mbah Sadiman berjalan kaki dari rumah menuju bukit Gendol dan Amphayangan yang menjadi bagian lereng selatan Gunung Lawu dengan jarak tempuh kurang lebih dua kilometer.

Setibanya di Bukit Gendol, nampak ribuan tanaman pohon beringin yang ditanam Mbah Sadiman sudah tumbuh kokoh mengelilingi lereng selatan Gunung Lawu.

Mata air pun mengalir berbagai tempat hingga membasahi beberapa ruas jalan. Pipa-pipa pvc mengular panjang menyedot air yang ditampung dalam satu mata air.

Sejak air melimpah ruah di lereng selatan Gunun Lawu, warga tak susah lagi mengantre menimba dengan ember dan jeriken. Cukup memasang pipa-pipa pvc dengan panjang mencapai ratusan meter hingga masuk ke masing-masing rumah warga yang berada di bawah lereng selatan Gunung Lawu.

Warga tak perlu menggunakan mesin penyedot air agar air bisa sampai ke bak kamar mandi. Cukup memasang pipa pvc pada sumber air yang berada dibawah pohon beringin maka mengalir langsung turun ke rumah warga.

Tak hanya kebutuhan air bersih di rumah, petani yang memiliki kebun atau sawah juga mendapatkan berkah dari kegigihan Mbah Sadiman menghijaukan lereng selatan Gunung Lawu. Air melimpah dari kumpulan sumber mata air yang berasal ribuan pohon beringin yang ditanam Mbah Sadiman.

“Sekarang yang dirasakan masyarakat dulu hutan ini gundul sekarang sudah ditanam Mbah Sadiman menjadi hijau kembali. Sebagai masyarakat lokal kita merasakan dampak yang sangat luar biasa karena dari dulu irigasi sawah saja air itu sangat susah sekarang air tercukupi. Kalau dulu kita ambil air dari sumber air dialiran sungai. Sekarang kita ambil air dari gunung kita alirin pakai pipa sangat melimpah air yang ke rumah-rumah,” ujar Sularno, salah satu pemuda Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri.

Jumlah air dari hutan di lereng Gunung Lawu saat ini yang mengalir ke rumah warga mencapai ratusan rumah dan mampu mengairi ratusan bahkan ribuah hektar sawah milik warga.

Sularno mengakui awalnya warga acuh Mbah Sadiman membawa bibit pohon beringin lalu ditanam di bukit-bukit lereng Gunung Lawu bagian selatan. Bahkan Mbah Sadiman rela menukar bibit-bibit cengkeh miliknya dengan pohon beringin agar bisa menghijaukan bukit yang saat itu masih tandus.

“Kita acuh kenapa seorang Mbah Sadiman itu membawa bibit pohon beringin. Bahkan Mbah Sadiman rela menukar tiga cengkeh dengan satu bibit tanaman beringin untuk ditanam ke hutan di lereng Gunung Lawu,” tutur Sularno.

Setelah bibit tanaman beringin tumbuh besar dan menghasilkan banyak air, warga baru menyadari apa yang dilakukan Mbah Sadiman mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat.

Untuk itu Sularno bersama warga lainnya berusaha semaksimal mungkin meneruskan apa yang sudah dilakukan Mbah Sadiman. Bentuknya dengan ikut membersihkan rerumputan yang menutup pohon beringin agar tetap tumbuh dan menghasilkan banyak air. Terlebih saat ini usia Mbah Sadiman semakin tua dan fisik semakin berkurang kekuatannya.

“Sebagai pemuda dilingkungan Mbah Sadiman kami berusaha untuk membantu kegiatan. Mengingat diusia Mbah Sadiman yang sudah sepuh sekarang kasihan kalau bekerja sendiri. Kedepan kalau kita biarkan hutan ini gundul sudah nggak ada yang kita wariskan ke anak cucu kita nantinya,” tutur Sularno.

Berlimpahnya air di bersih dari lereng Gunung Lawu juga menjadi sasaran perusahaan air minum level nasional untuk berinvestasi di desa tersebut. Namun warga memilih menolak untuk alasan kelestarian alam.

Tak hanya menarik perhatian pemuda setempat, aktifitas Mbah Sadiman menghijaukan bukit di lereng-lereng Gunung Lawu juga menyedot perhatian komunitas pemuda diluar desa. Salah satunya komunitas motor Honda CB Wonogiri.

Para pemuda yang tergabung dalam komunitas Honda CB Wonogiri pun ikut menanam sekaligus merawat pohon beringin di hutan lereng Gunung Lawu. Padahal sebelumnya, aktifitas komunitas itu cenderung lebih banyak untuk kegiatan senang-senang semata.

“Kami membuat program perawatan dan pemupukan bibit tanaman Beringin yang sudah ditanam di hutan lereng Gunung Lawu. Pasalnya kalau kita hanya menanam dan tidak merawat maka kemungkinan berhasilnya juga kecil,” kata Abdul Azis, salah satu anggota Komunitas CB Club Wonogiri.

Menurut Azis, untuk mengajak anggota komunitas aktif di kegiatan sosial tidaklah mudah. Awalnya banyak yang pro kontra lantaran sebelumnya banyak kegiatan yang sifatnya untuk kesenangan komunitas saja.

Namun setelah berjalan, banyak anggota komunitas yang bersemangat membantu upaya Mbah Sadiman menghijaukan hutan di lereng Gunung Lawu. Tak hanya itu, kegiatan penghijauan bersama Mbah Sadiman dan Komunitas CB Club juga berlangsung hingga Pasuruan, Jawa Timur.

“Mbah Sadiman bisa menginspirasi kami. Awalnya ada penolakan. Tetapi sekarang teman-teman lebih suka kegiatan sosial. Dan kegiatan menanam ini tidak hanya di Wonogiri saja tetapi juga sampai Pasuruan, Jawa Timur pada tahun 2014,” tutur Aziz.

Di Pasuruan, komunitas bersama Mbah Sadiman menanam di hutan di lereng Gunung Arjuno. Mereka mengajarkan warga setempat untuk menanam pohon beringin agar tidak kesulitan mendapatkan akses air bersih. Saat ini pohon itu sudah tumbuh besar dan bermanfaat bagi warga di lereng Gunung Arjuno.

Azis berharap apa yang dilakukan Mbah Sadiman bersama komunitas motornya dapat masyarakat pentingnya menjaga alam. Pasalnya, semua manusia akan tetap bergantung alam dan sekitarnya untuk tetap bertahan hidup. (Habis)

https://regional.kompas.com/read/2022/11/04/125437078/kisah-mbah-sadiman-peraih-kalpataru-asal-wonogiri-3-lereng-lawu-yang-dulu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke