Salin Artikel

Mengenal 7 Tradisi Lisan di Indonesia, dari Aceh hingga Maluku

KOMPAS.com - Tradisi lisan merupakan kekayaan budaya di Indonesia.

Tradisi lisan adalah pesan yang disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun.

Tradisi lisan ini disampaikan secara tutur (ucapan) melalui pidato, pantun, nyanyian/lagu, cerita rakyat, nasihat, dan balada.

Sejumlah daerah memiliki tradisi lisan.

Berikut ini adalah contoh tradisi lisan yang terdapat di beberapa daerah.

Tradisi Lisan

1. Peuga Haba dari Aceh

Peuga haba adalah bentuk kesenian sastra atau tradisi lisan dari daerah Blang Pidie, Provinsi Aceh.

Tradisi peuga haba yang telah berkembang sejak 100 tahun yang lalu dimainkan oleh seorang pemain dengan menggunakan pelapah kelapa yang dibalut tikar pandan.

Dalam bercerita, pemain peuga haba membawakan cerita sesuai lakonnya, terutama dalam hal suara, mimik muka, dan gerak.

Ada bermacam-macam cerita yang ditampilkan, salah satunya cerita Dangderia yang sangat populer di masyarakat Aceh.

Dangderia adalah sebuah cerita tradisional secara bertutur yang menceritakan tentang penguasa yang perkasa yang menaungi dan melayani rakyatnya dengan baik.

2. Salawat Dulang dari Sumatera Barat

Salawat Dulang atau Salawaik Dulang adalah tradisi lisan dari Minangkabau, Sumatera Barat.

Salawat Dulang berasal dari dua kata, yaitu salawan yang artinya salawat atau doa untuk Nabi Muhammad SAW dan dulang atau talam artinya piring besar yang terbuat dari logam yang biasa digunakan untuk makan bersama.

Dalam sastra rakyat Minangkabau, salawat dulang penceritaan kehidupan Nabi Muhammad, cerita yang memuji nabi, atau cerita yang berhubungan dengan agama Islam.

Penceritaan ini diiringi dengan bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam tersebut.

Biasanya, pertunjukkan salawat dulang dilakukan dalam rangka memperingti hari-hari besar agama Islam.

3. Buleng dari Betawi

Buleng adalah tradisi lisan betawi yang berupa dongeng. Buleng atau ngebuleng adalah mendongeng.

Buleng dibawakan oleh tukang dongeng dengan berbahasa Melayu Tinggi bercampur Sunda. Dongeng yang ditampilkan berkisah tentang kerajaan.

Dahulu, tukang dongeng dapat ditemui di Caracas, Cijantung, dan Kali Malang.

Kala itu, tukang dongeng dipanggaol oleh orang yang akan memiliki hajat untuk memeriahkan ngangkat, atau malam sebelum pelaksanaan pesta.

Pada waktu itu, tukang dongeng tidak dibayar, ia hanya diberi suguhan dan dibawakan oleh-oleh.

Untuk menghidupkan buleng kembali, pelaku buleng menampilkan tradisi ini dengan berbagai inovasi tanpa meninggalkan esensinya, seperti artistik, tata lampu, aransemen musik dan lain-lain.

4. Sinrilig dari Makassar, Sulawesi Selatan

Sinrilig merupakan sastra lisan yang berbentuk prosa lirik yang disampaikan dengan cara dilagukan, baik dengan alat musik maupun tanpa alat musik.

Sinrilig tumbuh dan berkembang di masyarakat Makassar, Sulawesi Selatan.

Kesenian ini dibawakan oleh penutur yang dibantu oleh beberapa pendampingnya. Pansinrilig selain mampu bercerita juga harus bisa menguasai alat musik rebab.

Tradisi lisan ini bercerita tentang situasi Kerajaan Gowa pada awal kedatangan Pemerintah Belanda.

Saat ini meskipun tradisi ini makin jarang ditampilkan, sinrilig digunakan digunakan untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, pikiran, dan kepercayaan mereka.

5. Lamut dari Kalimantan Selatan

Lamut merupakan salah satu seni bertutur khas masyarakat Banjar.

Seni pertunjukan ini telah lama menjadi saran hiburan dan juga penanaman moral tingkah laku masyarakat Banjar.

Lamut berbentuk syair, pantun, dan narasi.

Selain Lamut, tradisi lisan suku Banjar lainnya adalah madihin, bapandung, dan mamanda.

Tradisi lisan Lamut pun terancam punah karena minimnya regenerasi.

6. Betutu dari Maluku

Betutu merupakan tradisi lisan masyarakat Olilit Timur, Provinsi Maluku.

Tradisi betutu ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu betutu rohani dan betutu biasa.

Betutu rohani berupa teka teki yang terkait dengan masalah keagamaan, sedangkan betutu biasa adalah masalah rohani yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Batutu digunakan untuk merayakan malam ketiga dan malam ketujuh orang yang sudah meninggal.

Masyarakat akan saling mengajukan teka teki secara lisan yang diselingi dengan kidung-kidung rohani.

Tradisi lisan betutu juga untuk menunjukkan kepandaian seseorang.

Sumber:

warisanbudaya.kemdikbud.go.id

kebudayaan.kemdikbud.go.id

kebudayaan.kemdikbud.go.id

dapobas.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/11/03/180049578/mengenal-7-tradisi-lisan-di-indonesia-dari-aceh-hingga-maluku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke