Salin Artikel

Mengenal Tradisi Bakao hingga Mudzakarah Rea di Sumbawa NTB

Lonceng dibunyikan menjelang acara Mudzakarah Rea Lembaga Adat Tana Samawa.

Juru Ara atau petugas yang menyampaikan pesan melalui pengeras suara, segera melaksanakan tugas yang disebut dengan Bakao.

Ketika proses bakao dilakukan, suara Juru Ara terdengar menggema di seantero Kota Sumbawa.

Menurut Ketua Panitia pelaksanaan Mudzakarah Rea, Syukri Rahmat, Bakao adalah tradisi menyampaikan informasi kepada masyarakat perihal pelaksanaan acara besar yaitu Mudzakarah Rea (Besar) Lembaga Adat Tana Samawa yang dilaksanakan oleh petugas (Juru Ara).

"Tradisi Bakao sudah ada sejak dulu, saat masa kejayaan Kesultanan Sumbawa," kata Syukri.

Kaum perempuan terlihat menawan dengan batedung tuntang (penutup kepala berupa kain khas Sumbawa), sedangkan kaum lelaki tampak bersahaja dalam balutan baju koko, sarung dan peci.

Di pelataran Istana Dalam Loka, para perempuan memulai kegiatan bagonteng yaitu menabuh lesung dengan alu yang telah dihias sedemian rupa.

Tabuhan alu terdengar bersahut-sahutan menghasilkan alunan irama yang khas.

"Dalam tradisi masyarakat Sumbawa, bagonteng merupakan pertanda tama boat atau dimulainya suatu acara besar. Tradisi bagonteng kini diangkat kembali sebagai pertanda dimulainya perhelatan besar Tau Samawa (Orang Sumbawa), yakni Mudzakarah Rea Lembaga Adat Tana Samawa," kata Syukri Rahmat.


Para pemuka agama dan tetua adat mulai mempersiapkan satu prosesi sakral, yaitu zikir liuk dalam.

Prosesi ini dilaksanakan sebagai wujud permohonan perlindungan kepada Tuhan agar pelaksanaan Mudzakarah berjalan lancar serta mendatangkan keberkahan dan keselamatan bagi Tau dan Tana Samawa (orang Sumbawa).

Menurut Syukri Rahmat, kata dalam pada ungkapan zikir liuk dalam memiliki dua makna.

Pertama, berzikir itu harus dilakukan dari relung hati yang terdalam atau dari kedalaman batin.

Kedua, kata dalam diambil dari simbol pemaknaan Istana Dalam Loka sebagai representasi Sumbawa.

Setelah prosesi zikir liuk dalam, selanjutnya dilakukan prosesi pengibaran Bendera Kesultanan Sumbawa (bergambar macan putih) dan Panji Lipan Api yang mengapit sisi kiri dan kanan bendera Merah Putih.

Bendera itu berkibar, mengisyaratkan keselarasan hubungan antara Kesultanan Sumbawa dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada masa lalu, Panji Lipan Api merupakan panji perang Kesultanan Sumbawa.

Panji ini telah dibuat duplikatnya pada saat penobatan Sultan Sumbawa tahun 2011.

Sedangkan Panji Lipan Api yang asli masih tersimpan di Pulau Bungin, Kecamatan Alas dan dipelihara oleh Ua’ Makadia yang merupakan keturunan Panglima Kesultanan Sumbawa, Panglima Abdullah Mayo.

Syukri menjelaskan, Mudzakarah Rea merupakan hajatan besar sekitar lima tahunan yang diselenggarakan oleh Lembaga Adat Tana Samawa (LATS).

"Bertujuan merumuskan pemikiran-pemikiran ke depan dalam membaca kemungkinan-kemungkinan perubahan yang terjadi karena adanya perkembangan sains dan teknologi kemudian bagaimana memperkuat eksistensi adat Samawa pada masyarakat Sumbawa," kata Syukri.

Menjelang perhelatan adat Mudzakarah Rea 2022 yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali, Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV menyampaikan pasatotang (nasihat) kepada masyarakat Sumbawa terkait dengan nilai-nilai luhur orang Sumbawa yang masih relevan hingga saat ini.

Petuah disampaikan di Istana Bala’ Kuning pada Jumat (28/10/2022).

Dalam kesempatan tersebut, Sultan Sumbawa menegaskan kembali sikap dan pandangan terhadap Adat Samawa agar dapat dipahami dan diendapkan dalam pemikiran Tau Samawa (orang Sumbawa).

Menurutnya Adat Samawa di masa kini tidak boleh dipahami dengan kaku.

Sultan menyebutkan, perlu ada cara pandang baru dalam memahami dan mengimplementasikan adat Samawa dalam kehidupan sehari-hari.

“Saat saya bersumpah di hari penobatan, saya meneguhkan hati dan menjernihkan pemikiran bahwa kita tidak akan kembali ke masa lalu sepenuhnya karena tantangannya sangat berbeda. Ketika menjadi Sultan di masa sekarang dengan di masa Jaja (ayah) atau Jape (kakek) saya," kata Sultan Muhammad Kaharuddin IV Dewa Masmawa.

Dia menegaskan, Kesultanan Sumbawa telah menjadi bagian dari NKRI.

Di masa lalu, pemerintahan dipegang oleh Kesultanan Sumbawa, sehingga Sultan dapat mengangkat pangkat adat untuk menjalankan roda pemerintahan. Namun hal tersebut berbeda dengan kondisi saat ini, pemerintahan telah dijalankan oleh bupati.

"Tugas saya adalah sebagai pengayom adat Tau Tana Samawa dan bersama Bupati dan masyarakat Sumbawa, kita harus menjaga Marwah Tau Samawa (orang Sumbawa),” tegasnya.

Pesertanya 24 kecamatan di Kabupaten Sumbawa.

Bertempat di depan Bala Kuning Sumbawa, pelepasan Pawai Budaya dihadiri oleh Sultan Muhammad Kaharuddin IV Dewa Masmawa, Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah, Wakil Bupati Sumbawa Dewi Noviany, Ketua Pejatu Adat Lembaga Adat Tana Samawa, Ketua Panitia Musakara Rea dan para peserta Pawai Budaya.

"Besok kita akan mulai melaksanakan Mudzakara Rea Lembaga Adat Tana Samawa, pawai budaya ini menunjukkan bahwa masyarakat Sumbawa ikut bertoleransi saling menghargai, saling menghormati dan tidak meninggalkan budaya Sumbawa," kata Sultan Sumbawa.

Menurutnya masyarakat Sumbawa memegang teguh nilai-nilai agama dan budaya yang selaras dengan falsafah hidup Tau Samawa, yakni Adat Barenti Ko Syara; Syara Barenti Ko Kitabullah dan kaidah Takit Ko Nene, Kangila Boat Lenge artinya falsafah hidup berpegang teguh pada adat berlandaskan agama, agama berpegang pada kitab.

"Mari menjaga muruah dan harga diri kita sebagai orang Sumbawa. Saya merasa sangat bangga. Saya yakin etnis atau suku yang sudah lama tinggal di Sumbawa pasti mengerti Bahasa Sumbawa, mudah-mudahan pawai budaya ini bisa berjalan lancar Mari kita jaga harmonisasi di tanah Sumbawa," ujar Sultan.

Lebih detail, Sultan Muhammad Kaharuddin IV menyampaikan bahwa sebagai lembaga adat, LATS bersifat terbuka bagi siapa saja yang memiliki pemikiran dan niat yang jernih untuk memajukan adat dan budaya Sumbawa.

Untuk itu, secara khusus ia mengatakan bahwa keterlibatan generasi muda dan kaum perempuan dalam LATS harus diapresiasi.

“Adat menurut saya sederhana saja. Jangan lagi kita berpikir hanya membanggakan garis keturunan kita di masa lalu untuk menunjukkan siapa kita hari ini. Bangsawan tidak hanya dilihat dari keturunannya tetapi juga dari pemikirannya. LATS harus diisi oleh orang-orang Sumbawa yang memiliki pengetahuan, kemampuan, ikhlas bekerja, dan mau bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan kita Kerik Selamat Tau Ke Tana Samawa (orang Sumbawa) dengan selalu ingat pada Ketakit Ko Nene, Kangela Bowat Lenge (Mengingat Allah dan takut jika berbuat keburukan). Kalau hanya mempersoalkan keturunan dan darah, kita tidak akan ke mana-mana,” pungkas Sultan.

Acara berlanjut pada Sabtu (29/10/2022), di Istana Dalam Loka, Mudzakarah Rea Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS) dibuka secara resmi oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah.

Dalam sambutan Gubernur Nusa Tenggara Barat menyampaikan kekaguman pada Sultan Sumbawa yang sangat terbuka.

"Kalau menurut saya beliau adalah tokoh global karena pemikiran-pemikiran yang beliau miliki dapat melahirkan kebijakan terkait adat yang tidak hanya berdampak bagi orang lokal namun juga bagi dunia global," kata Gubernur Zulkieflimansyah.

Dia menilai Sultan Sumbawa memiliki visi keberagaman dan berpikir jauh ke depan.

Lebih jauh, ia mengatakan, pentingnya pemanfaatan teknologi sebagai salah satu cara untuk melestarikan adat dan budaya Samawa.

"Kita ketahui dengan kemajuan teknologi masyarakat akan mampu berbicara di mana pun dan terhubung oleh siapa pun. Teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan menjadi dasar kebutuhan bagi banyak orang," kata Zul, sapaan akrab gubernur.

Dan dengan adanya teknologi gubernur berharap pergelaran adat dan budaya samawa tidak hanya menghadirkan nilai historis tetapi juga mendatangkan nilai ekonomis bagi para pelaku budaya.

"Kita sengaja kirim banyak anak-anak ke luar negeri supaya cara pandangnya yang beda bukan karena quality of education di Indonesia ini kurang baik tapi dengan melihat negara luar kita jadi lebih percaya diri, dengan melihat luar kita sadar betapa kita sudah jauh tertinggal, dan dengan melihat keluar kita bisa merasakan banyak hal baik di tempat kita yang terbuka untuk kita eksplor di masa yang akan datang," jelas Zul.

Zul juga berharap anak muda Sumbawa di masa depan mampu mendesain Istana Dalam Loka ke dalam metaverse. Ia mencontohkan Bali Twin yang berhasil dibuat oleh orang Rusia.

"Supaya wisatawan dapat melihat dan merasakan nyamannya naik ke rumah panggung terbesar ini di dunia virtual," kata Zul.

Penutupan Muzakarah Rea Lembaga Adat Tanah Samawa Tahun 2022 digelar Minggu (30/10/2022), Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih.

"Selamat kepada Pengurus Lembaga Adat Kabupaten Sumbawa dan Kemutar Telu yang baru saja dilantik, semoga ke depannya dapat memelihara dan mempertahankan adat agar bisa bertahan sepanjang masa," harap Bupati.

https://regional.kompas.com/read/2022/11/01/085320578/mengenal-tradisi-bakao-hingga-mudzakarah-rea-di-sumbawa-ntb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke