Salin Artikel

Cerita Kades di Flores Timur Turunkan Angka Stunting dengan Program Wajib Makan Sorgum

LARANTUKA, KOMPAS.com - Pemerintah Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus berupaya menurunkan angka stunting melalui program wajib makan sorgum.

Program ini dinilai ampuh mengatasi stunting. Sebab, sorgum memiliki kandungan gizi tinggi dan bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Kepala Desa Klantanlo, Petrus Muda Kurang (50) mengungkapkan, program wajib makan sorgum mulai dicanangkan sejak dirinya menjabat sebagai kepala desa pada awal tahun 2022.

"Saya dilantik tanggal 28 Desember 2021. Waktu itu jumlah stunting di sini ada 16 orang. Sekitar Bulan Juni 2022, kami langsung canangkan program wajib makan sorgum," ucap Petrus saat ditemui, Selasa (18/10/2022).

Petrus mengatakan, setiap rumah wajib makan sorgum. Terlebih, apabila ada anggota keluarga yang mengalami stunting, maka sorgum wajib dikonsumsi selain pemberian makanan tambahan (PMT) dari pemerintah.

"Sekarang dengan program yang ada sisa tujuh orang. Kita terus upayakan untuk nol stunting di desa ini. Sehingga mulai tahun depan kita fokus dengan program yang lain," katanya.

Petrus berujar, sorgum yang mereka peroleh berasal dari kebun desa seluas kurang lebih satu hektare. Lahan tersebut sebelumnya belum dimanfaatkan secara optimal.

Ia bersama sejumlah perangkat desa kemudian berinisiatif untuk menanam sorgum pada awal Maret 2022, dan dipanen pada Bulan Juni. Selanjutnya, sorgum diolah menjadi tepung sorgum.

Tepung sorgum dibungkus dengan plastik kemasan sederhana, lalu dijual dengan harga sesuai ukuran. Harga paling tinggi, yakni Rp 20.000 untuk ukuran 800 gram.

"Setelah itu kita jual. Kalau yang belum ada rezeki nanti dicatat dulu. Tentu ini tujuannya agar uang yang ada beredar di desa. Selain itu juga PAD bagi desa," katanya.

Selama proses pengolahan sorgum, Petrus merelakan mesin giling sorgum miliknya untuk digunakan sementara, sembari menunggu kesepakatan untuk pengadaan mesin giling baru.

"Kalau sudah selesai di sini saya bawa pulang ke rumah untuk giling sorgum. Kebetulan sebelum jadi kades, saya sudah budidaya sorgum," ujarnya.

Apalagi, wilayah Desa Klantanlo sangat cocok untuk ditanami sorgum.

Oleh sebab itu, ia berencana tepung sorgum dari Klatanlo nantinya tidak hanya diperuntukkan untuk masyarakat setempat atau wilayah sekitar, tetapi juga dikirim ke luar daerah.

"Ini yang sedang kami pikirkan. Sehingga nanti ke depan kita minta petani di sini wajib tanam sorgum," pungkasnya.

Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi menyebut, prevalensi stunting di Flores Timur pada Februari 2022 sebesar 20,4 persen atau sebanyak 3.636 balita stunting.

Persentase ini, kata Doris, masih cukup baik. Meskipun, Flores Timur masuk dalam lima besar kabupaten dengan angka stunting yang cukup tinggi di NTT.

"Puji syukur, kita tidak berada di dalam zona merah. Kita masih berada dalam zona kuning, dan kita masih cukup baik dalam penanganan stunting," ujar Doris dalam keterangannya, Kamis (14/7/2022).

Namun menurutnya, semua pihak tidak boleh berbangga dengan capaian itu. Sebab, berdasarkan hasil evaluasi internal, angka stunting belum menunjukkan penurunan yang signifikan.

Bahkan, lanjut Doris, beberapa desa dan kecamatan masih memiliki angka stunting yang cukup tinggi.

Ia berharap, para lurah, camat dan semua instansi melakukan aksi nyata dalam tugas dan tanggung jawab sesuai fungsi masing-masing.

“Kita berharap di akhir tahun ini, sudah bisa bergerak dari 20 persen ke 15 persen. Itu sudah sangat luar biasa,” ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/19/145926878/cerita-kades-di-flores-timur-turunkan-angka-stunting-dengan-program-wajib

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke