Salin Artikel

Madu Wijaya Borobudur Rambah Pasar Global Usai Ikut Lapak Ganjar

Bukan hal baru, madu adalah makanan alami yang kaya khasiat untuk kesehatan tubuh

Namun, Aklis tidak pernah berpikir jika madu dapat menjadi lahan mata pencaharian, apalagi bisa jadi "jembatan" dirinya kenal dekat dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. 

Awalnya, warga Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu, sedang mencari madu murni untuk mengobati sakit asam urat dan jerawat.

Kemudian dia mendapatkannya dari saudara yang kebetulan peternak lebah di kawasan Borobudur.

Iseng-iseng Aklis memposting madu produksi saudaranya ke media sosial.

Ayah seorang putra itu rajin memposting di sela-sela kegiatan mengelola toko kelontongnya. Sedikit demi sedikit ada pesanan yang datang.

"Saat itu saya sudah mulai melirik bisnis madu murni asli Borobudur bersama saudara. Pesanan berdatangan meskipun kecil dari teman-temannya, dan orang-orang di sekitar saja," imbuhnya.

Suatu ketika, sang istri, Azizah Susilowati (27), mengirimkan video produksi madunya ke media sosial dan diikutkan program Lapak Ganjar.

Program ini memang inisiasi Ganjar Pranowo untuk mengangkat produk-produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), khususnya di Jawa Tegah, yang kini merambah seluruh Indonesia. 

Ini menjadi keberuntungan tersendiri mengingat ada ratusan UMKM yang pasti ikut dan semua ingin diunggah ulang oleh orang nomor satu di Jawa Tengah itu.

"Saya itu awalnya nggak tahu kalau istri upload video produksi madu kami, tiba-tiba saja banyak yang ngetag Instagram kami, follower bertambah dari 200an jadi seribuan, DM juga ramai sampai Instagram kami nggak bisa dibuka," kisah Alkis.

Dalam waktu singkat, banyak order yang datang kepadanya lebih banyak dari sebelumnya. Praktis Alkis semakin sibuk melayani pesanan.

Tidak jarang Alkis juga kewalahan tidak bisa memenuhi pesanan konsumen.

"Pesanan itu bisa 50-100 botol. Mau nggak mau saya harus mulai mengembangkan usaha dan bermitra agar tetap bisa memenuhi pesanan konsumen," ucap Alkis.

Alkis ingat betul ketika itu sudah memasuki masa Pandemi Covid-19.

Madu menjadi salah alternatif alami untuk meningkatkan imunitas tubuh, maka tidak heran jika madu produksinya menjadi buruan konsumen. 

Apalagi madu produksinya benar-benar murni tak layaknya madu lain yang ada kandungan pamanis buatan ataupun bahan kimia lainnya.

Ada beberapa jenis madu yang dijual oleh Alkis, di antaranya madu cerana, kaliandra, hutan liar, kelengkeng, rambutan, kopi, madu hitam, klanceng dan sebagainya,

Kemurnian madu miliknya sudah diuji langsung oleh tim dari Dinas Kesehatan setempat.

"Yang saya jual madu khas Borobudur, tapi ada juga dari daerah lain seperti Pati dan Temanggung. Paling laris madu cerana, lalu madu hutan liar dan hitam yang kami ambil dari hutan di pegunungan Menoreh. Lebahnya liar. Kami harus naik ke atas bukit, menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit jalan kaki," ungkap Alkis.

Alkis merasa Pandemi Covid-19 memberikan berkah, termasuk Lapak Ganjar yang mampu mengungkit peningkatan penjualannya secara signifikan.

Dia menyebut omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta pada saat wabah Covid-19 meluas.

Penjualan meningkat tajam ketika Ganjar "mendadak" berkunjung ke rumahnya yang terletak dekat dengan Balai Ekonomi Dessa (Balkondes) Tuksongo, Borobudur.


Tidak sekadar bertandang, Ganjar memberikan wejangan-wejangan yang mampu menggugahnya semangat berbisnis madu murni.

"Enggak menyangka sekali Pak Ganjar mau berkunjung ke rumah saya, beliau mengatakan senang dengan anak muda yang kreatif dan mau berusaha. Bahkan, madu saya dipromosikan langsung oleh Pak Ganjar ke mana-mana," katanya.

Sejak itu pesanan semakian luas hingga luar daerah.

Bahkan, saat ini Alkis rutin mengirimkan madu bermerek Madu Wijaya itu ke pasar Asia yakni Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Taiwan, dan Singapura.

Madu murni miliknya dibanderol pada kisaran Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per botol.

Alkis konsisten menjaga kualitas dan terus berinovasi agar tidak mengecewakan pelanggan.

"Di pasar Asia kami biasanya kirim rata-rata sampai 50 kilogram madu berbagai jenis. Kamudian juga ke Eropa dan Timur Tengah juga pernah. Kalau dirata-rata penjualan sampai 3-4 kuintal per bulan," papar Alkis.

Sebelum dipromosikan oleh Ganjar, omset penjualannya hanya sekitar Rp 5 juta - Rp 10 juta saja per bulan, dari konsumen sekitar Borobudur saja.

Lebih lanjut, dari hasil penjualan yang meningkat kini Alkis bisa mulai mengembangkan aset meliputi aset pengembangan produksi madu, wisata dan merambah pasar yang lebih luas. 

"Saya juga jadi salah satu UMKM pilihan, perekonimian keluarga naik, alhamdulillah bisa bangun rumah, juga beli kendaraan. Sekarang juga lagi nyicil beli kayu buat pengembangan tempat produksi dan edukasi," imbuh Alkis.

Ke depan Alkis bercita-cita ingin memiliki areal luas untuk dijadikan pusat pengembangan madu Borobudur, sekaligus destinasi wisata edukasi.

Menurutnya, belum banyak wisata edukasi tentang madu, terutama di sekitar destinasi wisata budaya Candi Borobudur.

Salah seorang pelanggan, Firman (39), asal Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mengaku sudah setahun terakhir mengonsumsi Madu Wijaya Borobudur.


Dia tahu produk madu ini dari media sosial, dan sempat melihat sebuah tayangan ketika Ganjar Pranowo berkunjung ke rumah sang pemilik di Desa Tuksongo.

"Saya biasa minum madu untuk kesehatan, biasanya beli di toko. Kemudian saya lihat di Instagram ada madu Borobudur ini, saya coba order via online. Saat dicoba kok beda rasanya dengan yang biasa tak beli," ungkap Firman.

Menurutnya, Madu Wijaya memiliki ragam rasa sesuai jenisnya.

Dia pernah mencoba madu rambutan, madu klanceng yang cenderung asam, dan madu hitam yang manis dengan sensasi pahit.

Firman pernah datang langsung ke Desa Tuksongo dan melihat langsung proses produksi, dari mulai panen, pemerasan hingga pengemasan.

Dia senang karena selain mendapat khasiat madu, juga dapat ilmu pengetahui bagaimana madu diproduksi. 

https://regional.kompas.com/read/2022/10/09/121351878/madu-wijaya-borobudur-rambah-pasar-global-usai-ikut-lapak-ganjar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke