Salin Artikel

Subsidi BBM Belum Merata, Nelayan di Semarang: "Saya sebagai Ketua Paguyuban Aslinya Jengkel, Mangkel dan Emboh"

Ketua Paguyuban Armada Laut Tambakrejo, Marzuki mengatakan, saat ini para nelayan di Tambakrejo sudah antipati terhadap bantuan kenaikan harga BBM untuk nelayan yang digagas pemerintah.

"Saya sebagai ketua paguyuban aslinya jengkel, mangkel dan emboh (tak tahu)," jelasnya saat ditemui di rumahnya, Jumat (7/10/2022).

Menurutnya, sistem bantuan subsidi BBM untuk nelayan terlalu rumit. Hal itu membuat para nelayan harus meluangkan waktu berhari-hari untuk mendapatkan surat rekomendasi.

"Padahal kita harus kerja terus, kalau tak kerja tak ada penghasilan untuk keluarga," ujarnya.

Dia pun sudah tak mengharapkan bantuan tersebut. Dia mengaku sudah pusing dengan mekanisme subsidi BBM untuk nelayan yang rumit itu.

"Saya sendiri mikir sistem subsidi itu sudah pusing, apalagi kawan-kawan," imbuhnya.

"Namun mau gimana lagi, usaha kita juga sudah mentok," ucapnya.

Permasalahan para nelayan tak hanya dengan harga BBM, namun juga harga sembako yang ikut naik.

"Tangkapan ikan sedikit namun harga sembako naik semua jadi kita juga pusing," imbuhnya.

Dia menjelaskan, saat ini dalam sehari paling banyak mendapatkan penghasilan dari mencari ikan ke laut sekitar Rp 150.000 sekali jalan.

"Padahal dulu sekitar 2012 dalam sehari bisa dapat Rp 500.000," paparnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/07/192005178/subsidi-bbm-belum-merata-nelayan-di-semarang-saya-sebagai-ketua-paguyuban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke