Salin Artikel

Cerita Singkat dan Pesan Moral Kaba Bujang Paman Asal Sumatera Barat

KOMPAS.com - Kaba Bujang Paman merupakan salah satu cerita rakyat asal Sumatera Barat.

Kaba Bujang Paman berfungsi sebagai pelipur lara atau peghibur yang tengah berduka.

Kaba memiliki arti cerita berirama, dengan bentuk narasi (kisah), dan tergolong cerita panjang.

Kisah dalam Kaba tergolong cerita rakyat yang disebut juga cerita tradisional dan diwariskan secara lisan.

Kaba Bujang Paman mengisahkan kekejaman Raja Aniayo di Koto Anau. 

Berikut ini adalah cerita rakyat Kaba Bujang Paman.

Kaba Bujang Paman

Di Koto Anau, terdapat tujuh bersaudara. Enam orang diantaranya adalah laki-laki dan satu orang perempuan bernama Puti nan Bungsu.

Keenam saudara laki-laki tersebut bermaksud akan menjodohkan Puti nan Bungsu dengan Rajo Aniayo, raja di nagari Koto Anau.

Sayangnya, salah seorang menentang rencana tersebut, dengan alasan Rajo Aniayo tidak tahu agama Islam, banyak istri, tua bangka, tidak tahu adat, serakah, dan sifat jelek lainnya.

Sedangkan, saudara Puti Bungsu lainnya tetap melaksanakan dan rencana perkawinan tersebut.

Setelah Puti Bungsu menikah, keenam saudaranya pergi merantau dan berhasil di perantauan.

Melihat kondisi itu, Rajo Aniayo khawatir saudara Puti nan Bungsu akan kaya dan menyaingi kekayaannya.

Kemudian, Rajo Aniayo menyuruh Puti nan Bungsu untuk memanggil keenam saudaranya pulang kampung dengan alasan yang dibuat-buat, yakni taragak (ingin bertemu).

Dibalik pertemuan itu, Rajo Aniayo bermaksud membunuh keenam saudara Puti nan Bungsu.

Untuk itu, Rajo Aniayo menyediakan makanan yang enak yang telah diberi racun.

Setelah menyantap hidangan yang disuguhkan, keenam saudara Puti nan Bungsu meninggal dunia.

Rajo Aniayo menyebarkan fitnah bahwa keenam saudara Puti nan Bungsu bunuh diri karena banyak hutang di perantauan, kemudian Puti nan Bungsu diminta untuk membayarnya.

Rajo Aniayo menguasai harta kakak Puti Bungsu yang kemudian digunakan untuk berjudi.

Semakin lama, Rajo Aniayo semakin berbuat semena-mena, Puti Bungsu yang sedang hamil diusir masuk ke dalam hutan karena sudah tidak memiliki harta benda lagi.

Kelahiran Bujang Paman

Di dalam hutan, Puti melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Bujang Paman.

Bujang Paman diasuh dengan baik dan diminta belajar agama dari guru agama.

Bujang Paman tumbuh menjadi pemuda yang tahu tentang agama, suka menolong, tahu sopan santun, dan rajin beribadah.

Sementara setelah Puti dibuang ke dalam hutan, Rajo Aniayo melamar Puti Reno Ali, seorang gadis yang masih kecil.

Namun, pernikahan itu ditunda menunggu Puti Reno Ali dewasa. Akhirnya, Rajo Aniayo hanya bertunangan saja dengan Puti Reno Ali.

Bujang Paman Merantau

Setelah besar, Bujang Paman meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke negeri lain.

Sampailah Bujang Paman di Muaro Paneh, Solok, Bujang Paman bertemu dengan Puti Reno Ali. Mereka saling jatuh cinta.

Selama berdagang di Solok, Bujang Paman sering bertemu dengan Puti Reno Ali saat menjajakan barang dagangannya.

Puti Reno Ali membantu Bujang Paman berdagang dengan menambah modal. Puti Reno Ali juga memberi cincin dengan tulisan nama Puti Reno Ali di cincin itu

Mengetahui pertemuan Bujang Paman dan Puti Reno Ali, Rajo Aniayo cemburu pada pemuda gagah itu.

Rajo Aniayo memerintahkan menangkap Bujang Paman dengan alasan Bujang Paman belum dikenal di kampung tersebut.

Saat diperiksa, hulubalang menemukan cincin dengan nama Puti Reno Ali di ikat pinggang Bujang Paman.

Melihat cincin tersebt, Rajo Aniayo marah dan memukul Bujang Paman, kemudian memerintahkan Bujang Paman dibuang ke hutan.

Tak berselang lama, Rajo Aniayo mendengar bahwa Bujang Paman tidak mati saat dibuang ke hujan, malah dirinya berdagang kembali dan tinggal di rumah Puti Reno Ali.

Rajo Aniayo semakin marah dan mendatangi rumah Puti Reno Ali. Kemudian, ia mencaci maki Bujang Paman karena Rajo Aniayo telah bertunangan dengan Puti Reno Ali.

Puti Reno Ali membela Bujang Paman sehingga Rajo Aniayo semakin marah. Kemudian, Bujang Paman diseret oleh Rajo Aniayo ke halaman rumah dan dipancung dengan pedang jenawi.

Bujang Paman berusaha menjelaskan silsilah dirinya yang merupakan anak Rajo Aniayo, namun Rajo Aniayo tidak peduli dan terus memukul Bujang Paman.

Tanpa sadar, Rajo Aniayo mengatakan bahwa ia yang membunuh mamak Bujang Paman dengan racun.

Mengetahui hal itu habislah kesabaran Bujang Paman, ia segera memukul, menendang, dan menghempas Rajo Aniayo ke batu hingga menemui ajalnya.

Setelah peristiwa itu, rakyat sepakat mengangkat Bujang Paman menjadi raja menggantikan Rajo Aniayo dengan gelar Rajo Mudo di Koto Anau.

Kemudian, Puti Reni Ali meminta ayah, Datuak Mangkudun, dan ibunya, Salamah, untuk menikahkannya dengan Bujang Paman yang bergelar Rajo Mudo.

Bapak dan ibu Puti Reno Ali setuju dengan rencana tersebut. Kemudian sesuai adat di Sumatera Barat, Datuak Mengkudun datang untuk melamar Rajo Mudo untuk menjadi suami Puti Reno.

Lamaran diterima Bujang Paman yang kemudian disampaikan kepada ibu an ayah tirinya. Bujang Paman dan Puti Reno Ali bertunangan dan seminggu kemudian mereka menikah secara besar-besaran.

Pesan Moral Kaba Bujang Paman

Betapapun kuatnya kebatilan dan kesewenang-wenangan akan dapat dikalahkan dengan kebenaran. Dan kesabaran akan memetik kebahagiaan di kemudian hari.

Sumber:

https://budaya-indonesia.org/Kisah-Bujang-Paman

http://a-research.upi.edu

https://regional.kompas.com/read/2022/10/04/233308978/cerita-singkat-dan-pesan-moral-kaba-bujang-paman-asal-sumatera-barat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke