Salin Artikel

Apa Itu Rebo Wekasan? Mengenal Berbagai Tradisi Tiap Rabu Terakhir di Bulan Safar

KOMPAS.com - Rebo Wekasan adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Islam atau kalender Hijriah.

Pada Kalender Hijriyah yang dibuat berdasar pada penanggalan Qomariyah, bulan Safar jatuh setelah bulan Muharram atau sebelum bulan Rabi’ul Awal.

Tahun ini pelaksanaan tradisi Rebo wekasan akan berlangsung pada hari Rabu, 21 September 2022 yang bertepatan dengan tanggal 24 Safar 1444 H.

Pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan, hingga Maluku.

Lalu bagaimana asal-usul tradisi Rebo Wekasan dan apa saja ragam perayaan di berbagai daerah di Indonesia?

Asal-usul tradisi Rebo Wekasan

Dilansir dari jabar.nu.or.id, tradisi Rebo Wekasan di Indonesia diyakini muncul pada abad ke-17 dan pertama kali dilaksanakan pada masa Wali Songo.

Keberadaan tradisi ini merujuk pada sebuah hadist Rasulullah SAW yang menanggapi pandangan tentang adanya kesialan atau keburukan yang melekat pada bulan Safar.

Hadist tersebut menjawab dengan perintah untuk tidak mencela waktu dan ketetapan Allah, serta anjuran untuk tetap beriman kepada qadha dan qadar-Nya

Oleh karena itu, banyak ulama kemudian lebih menekankan dengan menyebut dengan ‘Shafar al-Khair’ atau bulan Shafar yang baik.

Sementara tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam menyambut Rebo Wekasan bersumber pada amaliyah seperti shalat, dzikir, doa, dan tabarruk.

Tradisi Rebo Wekasan dilakukan sebagai bentuk permohonan turunnya kebaikan dan dan perlindungan dari segala macam musibah dan cobaan dari Allah SWT.

Berbagai tradisi Rebo Wekasan di Indonesia

Perayaan terkait hari Rabu terakhir di bulan Safar selain disebut Rebo Wekasan juga dikenal dengan berbagai istilah lain seperti Rabu Abeh, Rebo Kasan, Rebo Pungkasan, dan sebagainya.

Perayaannya pun dilaksanakan dengan cara berbeda-beda sesuai dengan tradisi di daerah masing-masing.

1. Rabu Abeh, Aceh

Dilansir dari laman Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Selatan, Rabu Abeh adalah tradisi yang dilakukan tiap hari Rabu terakhir bulan Safar yang telah dilakukan secara turun-temurun.

Tradisi tolak bala tersebut merupakan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Aceh Barat dan Aceh Selatan.

Mulanya tradisi ini dilakukan dengan memotong kerbau dan membuang bagian kepalanya ke laut untuk menolak bala (bencana), namun kini tradisi tersebut diganti dengan pembacaan shalawat, dzikir dan doa.

2. Rebo Pungkasan atau Rebo Wekasan, Bantul

Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, masyarakat
Desa Wonokromo, Bantul mengenalnya sebagai tradisi Rebo Pungkasan atau Rebo Wekasan.

Konon pada hari Rabu terakhir dalam bulan Safar itu merupakan hari pertemuan antara Sri Sultan HB I dengan mBah Kyai Faqih Usman yang bisa menyembuhkan segala penyakit dan dapat memberikan berkah untuk kesuksesan usaha atau untuk tujuan-tujuan tertentu.

Dulu upacara ini berada di tempuran Kali Opak dan Kali Gajahwong, namun kemudian dipindahkan ke Lapangan Wonokromo yang terletak di depan balai desa.

Puncak acara Rebo Wekasan di Desa Wonokromo biasanya dilakukan pada Selasa malam atau malam Rabu dengan mengarak lemper raksasa yang selanjutnya dibagi-bagikan kepada para pengunjung.

3. Dudus, Banten

Dilansir dari Tribun Banten, Kampung Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang mempunyai tradisi bernama Dudus atau mandi kembang tujuh rupa yang sudah ada sejak masa Kesultanan Banten.

Tradisi Dudus dilakukan pada Rabu akhir bulan Safar, dengan diikuti dengan tradisi sedekah bumi pada malam harinya.

Sebelum tradisi Dudus dilakukan, terlebih dahulu masyarakat melakukan shalat dan riungan.

Tujuan tradisi ini antara lain agar panjang umur, sehat, banyak rezeki, terhindar dari bahaya, dekat jodoh, dan lain sebagainya.

4. Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan, Gresik

Dilansir dari laman Disparekrafbudpora Kabupaten Gresik, Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan juga masih dipertahankan oleh masyarakat di Desa Suci, Kecamatan Manyar.

Bentuk perayaan Rebo Wekasan di Desa Suci adalah sedekah bumi berupa kegiatan doa bersama dan selamatan di sekitar Telaga Suci atau sendang dekat Masjid Mambaul Thoat.

5. Petik Laut, Banyuwangi

Dilansir dari laman Antara, masyarakat di sekitar Pantai Waru Doyong, Banyuwangi merayakan Rebo Wekasan dengan tradisi Petik Laut.

Petik Laut dilaksanakan dengan cara menyelenggarakan doa bersama yang diikuti dengan ritual melarung sesaji yang diletakkan dalam sebuah kapal kecil ke tengah laut.

Tradisi doa dan Petik Laut ini dipercaya masyarakat setempat sebagai cara untuk menolak bala.

6. Arba Mustamir, Kalimantan Selatan

Dilansir dari laman banjarmasin.tribunnews.com, Arba Mustamir dalam bahasa Arab yang artinya adalah Rabu berkelanjutan.

Masyarakat Kalimantan Selatan kemudian memaknai Arba Mustamir sebagai hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Perayaan dilaksanakan dengan berbagai cara mulai dari pelaksanaan shalat sunnah sampai membaca ayat suci dan doa-doa secara berjamaah.

7. Mandi Safar, Maluku Tengah

Dilansir dari laman Kemendikbud, masyarakat di Negeri Hitu Lama, Kabupaten Maluku Tengah merayakan Rebo Wekasan dengan tradisi Mandi Safar.

Masyarakat masih meyakini bahwa ritual Mandi Safar akan mendatangkan keselamatan dan menghindarkan dari marabahaya atau musibah.

Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun silam, dengan beberapa rangkaian acara termasuk doa bersama,membuat panganan berupa lamet, dan ditutup dengan pelaksanaan mandi di pantai.

Sumber:
jabar.nu.or.id  
dispar.acehselatankab.go.id  
budaya.jogjaprov.go.id  
banten.tribunnews.com
disparbud.gresikkab.go.id  
jatim.antaranews.com  

https://regional.kompas.com/read/2022/09/20/155620778/apa-itu-rebo-wekasan-mengenal-berbagai-tradisi-tiap-rabu-terakhir-di-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke