Salin Artikel

Kasus HIV/AIDS di Banyuwangi Lebih dari 500 pada 2021, KPA: Masalah Serius...

Menurut KPA Banyuwangi, temuan angka kasus tersebut merupakan masalah serius yang harus segera diselesaikan bersama.

"Ini tidak bisa dilakukan sendirian. Namun semua elemen masyarakat lintas sektoral wajib bersama mencegah," kata Komisioner KPA Banyuwangi, Ana Aniati kepada Kompas.com, Jumat (9/9/2022).

Menurut Ana, pemerintah desa dan tokoh agama mempunyai peran sangat penting dalam membantu pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS di Banyuwangi.

"Desa ini kan tatanan pemerintahan paling bawah. Dari RT, RW, komunitas keagamaan dan para pemuda. Sehingga akan lebih mudah untuk diberikan edukasi soal HIV/AIDS sampai bawah," ujar Ana.

"Misalnya ada tetangga yang sudah terkena AIDS untuk tidak dikucilkan. Itu contoh hal kecil yang kami kira perlu diperhatikan bersama," imbuhnya.

Selama ini, lanjut Ana, KPA Banyuwangi rutin melakukan penyuluhan dan pendampingan kepada para komunitas atau kelompok yang rentan terserang HIV/AIDS.

Melalui LSM KKBS yang fokus dibidang itu, KPA Banyuwangi bergerak bersama dalam penanggulangan HIV/AIDS di kota pariwisata.

"Termasuk kelompok LGBT atau waria dan kelompok-kelompok rentan lainnya," ucap Ana.

Dalam pelaksanaan di lapangan, pihaknya mengaku masih banyak mengalami kendala.

"Maka itu kami sampaikan bahwa kasus HIV/AIDS ini adalah masalah yang harus diselesaikan secara bersama," ungkap Ana.

Ana menjelaskan, kasus yang terjadi di Banyuwangi menjadi peringatan bersama agar lebih intens melakukan edukasi khususnya untuk mereka yang berusia produktif.

"Apalagi disebutkan oleh Dinas Kesehatan, jarum suntik yang bergantian pada pengguna narkoba dan seks bebas menyumbang angka yang tinggi," terang Ana.

Pihaknya juga meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak menjauhi orang hidup dengan HIV/AIDS.

"Jangan jauhi orangnya, tapi jauhi penyakitnya. Ayo bergerak bersama cegah penularan HIV/AIDS," tandas Ana.

Sementara itu Lembaga Anti Narkoba (LAN) Banyuwangi mengaku prihatin dengan angka penularan HIV/AIDS melalui pemakaian jarum suntik bagi pengguna narkoba secara bergantian.

"Di Banyuwangi peredaran narkoba bisa dikatakan masih menjadi ancaman yang luar biasa," kata Kepala Divisi Penyuluhan LAN Banyuwangi Hermin Dwi Susanti.

Senada dengan KPA Banyuwangi, Hermin menyebutkan, penularan HIV/AIDS merupakan masalah yang hanya bisa dilakukan secara bersama-sama.

"Semua sektor harus bahu membahu untuk menyelesaikan pekerjaan besar ini," ujar Hermin.

LAN Banyuwangi, menurut Hermin, rutin bersama melakukan penyuluhan narkoba di lingkungan sekolah dan desa.

"Tujuan kami tidak lain adalah untuk memberikan edukasi kepada para pelajar dan para pemuda-pemuda di desa," ungkapnya.

Sebelumnya Dinas Kesehatan Banyuwangi menyampaikan angka kasus penderita penyakit HIV/AIDS di Banyuwangi, menempati peringkat kedua se Jawa Timur.

Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mengatakan, berdasarkan data pada tahun 2021 lalu, lebih dari 500 kasus yang ditemukan.

"Angka parsial kita sangat tinggi. Tertinggi kedua se Jawa Timur, setelah Surabaya," kata Amir.

Dari 25 kecamatan di Banyuwangi, paling banyak kasus HIV/AIDS ada di Kecamatan Banyuwangi dan Muncar.

Menurut Amir, usia paling tinggi penderita HIV/AIDS di Banyuwangi adalah kalangan anak muda.

"Hampir seluruh kelompok di usia produktif. Ini kita yang prihatin. Terutama anak-anak muda yang banyak terjadi kasus," ungkap Amir.

Dijelaskan Amir, perilaku seks bebas menyumbang angka sekitar 30-50 persen penularan HIV/ AIDS.

"Sedangkan penggunaan jarum suntik karena penggunaan narkoba menjadi penyebab utama dengan menyumbang angka 70-80 persen," terangnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/09/225750778/kasus-hiv-aids-di-banyuwangi-lebih-dari-500-pada-2021-kpa-masalah-serius

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke