Salin Artikel

Septicaemia Epizootica, Penyebab Banyak Kerbau Mati Mendadak di Kampar Riau

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Deyus Herman mengatakan, kerbau tersebut mati akibat penyakit ngorok.

"Itu akibat penyakit septicaemia epizootica (SE) atau ngorok. Ini disebabkan oleh bakteri. Kalau PMK kan virus," kata Deyus saat diwawancarai Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (7/9/2022).

Ia menjelaskan, kasus SE pada ternak ini terjadi dalam siklus lima tahunan. Awal muncul penyakit ini pada 16 Agustus 2022 lalu.

Salah satu faktornya, adalah perubahan cuaca dari panas ke musim hujan.

"Kemudian, sebelum Lebaran Haji 2022 kemarin, banyak ternak yang masuk dari luar Kampar. Awalnya kan PMK (penyakit mulut dan kuku), lalu datang lagi SE jadi sudah komplikasi," kata Deyus.

Namun, ia menyatakan bahwa penyakit pada kerbau itu masih bisa diobati.

Pihaknya juga telah melakukan penanganan dengan melibatkan tim dari Balai Veteriner Bukittinggi.

"Kami sudah melakukan pengambilan sampel untuk diperiksa, hasilnya akan keluar dalam tiga hari ke depan," kata Deyus.


Ia menyebutkan, kerbau yang banyak diserang penyakit ngorok terbanyak di tiga desa, yakni Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu, Desa Gunung Bungsu dan Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar.

Namun, kerbau yang mati hanya sedikit melainkan dijual oleh pemilik ternak.

"Kalau kata warga kan ada ratusan yang mati. Tapi kita cek ke lapangan hanya ada tujuh sampai delapan ekor. Seperti di Desa Gunung Bungsu itu 8 ekor mati, sedangkan 12 ekor dipotong paksa. Sebenarnya banyak yang dijual sebelum mati. Yang dijual itu ada sekitar 200 ekor," sebut Deyus.

Menurutnya, warga cepat menjual kerbaunya karena panik dan khawatir akan mati.

Deyus menyampaikan bahwa penyakit SE pada kerbau masih bisa diobati. Pihaknya sudah melakukan penanganan terhadap hal ini, yakni dengan memberikan vaksin dan vitamin.

Ia juga meminta pemilik ternak, agar mengisolasi ternaknya.

"Harus dikandangkan atau diisolasi agar tidak menular ke ternak yang lain. Artinya harus dijaga kesehatan hewan," kata Deyus.

Diberitakan sebelumnya, peternak di Kabupaten Kampar, Riau, mengeluhkan banyaknya kerbau ternak mereka yang tiba-tiba mati mendadak.

Salah satunya di Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar.

Menurut warga setempat, sudah ada ratusan ekor kerbau ternak mati mendadak sejak sebulan terakhir.

"Kalau di Desa Tanjung ini mungkin sudah ada ratusan ekor kerbau yang mati. Kerbau saya sudah dua ekor mati. Cuma satu ekor masih bisa disembelih. Sekarang tinggal dua ekor lagi kerbau saya," kata Ides (41) salah satu warga Desa Tanjung yang diwawancarai Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (7/9/2022).


Ia tidak mengetahui penyakit apa yang menyerang kerbau tersebut. Namun, kerbau miliknya mengeluarkan air liur, tumbang, ngorok, dan langsung mati.

"Kami enggak tahu apa nama penyakitnya. Kata orang-orang itu PMK (penyakit mulut dan kuku). Tapi iya atau tidaknya kami tidak tahu. Yang jelas kemarin itu, kerbau saya di mengeluarkan air liur terus tumbang, ngorok dan mati. Padahal sudah disuntik vaksin dan vitamin sebelumnya," kata Ides.

Sebelum semakin banyak kerbau yang mati, kata dia, beberapa hari lalu sejumlah peternak mengadakan doa tolak bala.

"Kemarin itu ada yang sampai 15 ekor mati dalam sehari. Jadi, kami adakan doa tolak bala untuk mencegah penyakit yang menyerang kerbau kami," kata Ides.

Menurutnya, kerbau mati mendadak tidak hanya di kampungnya, melainkan di desa tetangga juga banyak yang mati.

"Informasinya di Desa Gunung Bungsu dan Desa Muara Takus, sangat banyak kerbau yang mati mendadak," sebut Ides.

Sementara itu, Sekretaris Desa Tanjung, Rusli saa dikonfirmasi mengaku sudah mendapat laporan soal banyaknya kerbau warga yang mati mendadak.

"Iya, sudah banyak sekali kerbau warga yang mati mendadak. Laporan yang kami terima, ada sekitar 60 ekor kerbau yang mati dalam sebulan terakhir. Itu karena PMK. Sebelumnya pihak dinas kesehatan hewan sudah turun memberikan suntik vaksin," kata Rusli melalui sambungan telepon, Rabu.

Ia menambahkan, beberapa ekor kerbau dipotong paksa sebelumnya mati.

Namun, lebih banyak yang mati sia-sia karena ditemukan mati dalam semak-semak.

"Kalau sudah ada tanda-tanda mau mati, warga langsung memotongnya. Tapi, banyak  yang mati dalam semak dan sudah membusuk," kata Rusli.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/08/110114678/septicaemia-epizootica-penyebab-banyak-kerbau-mati-mendadak-di-kampar-riau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke