Salin Artikel

Ketika Anak-anak Belajar Membatik di Batik Linggo

“Harusnya tempat wisata memiliki nilai edukasi, jadi nggak sekadar jalan-jalan dan makan saja,” ujar Zachroni pemilik Batik Linggo dalam keterangannya kepada KOMPAS.com.

Tak hanya menjual produk batik warna alam, Batik Linggo secara konsisten membuka wisata edukasi anak untuk merasakan langsung proses pembuatan batik di atas spanram batik berukuran kecil.

“Selama ini anak-anak tahu batik, tapi nggak tahu prosesnya gimana. Ada kain, malam, canting, dan pewarna,” terang Roni.

Roni, sapaan akrabnya, sengaja menggelar stand eduwisata tersebut agar pengunjung anak mendapatkan pengalaman berharga saat berwisata dan memahami warisan budaya Indonesia itu.

Pameran yang diikutinya sudah dimulai sejak 27 Agustus hingga 4 September 2022. Di hari kerja ia hanya memiliki maksimal 5 pengunjung anak lantaran anak-anak bersekolah.

Namun di akhir pekan Roni mendapat belasan pengunjung anak. Stok spanram media pewarnaan batik untuk anak yang semula berjumlah 50 kini tersisa beberapa buah saja.

Mahira, anak perempuan asal Kendal yang duduk di bangku kelas dua itu mewarnai motif batik ikan. Didampingi kedua orang tuanya Ia nampak asyik menorehkan setiap warna di atas media spanram batik.

Bahkan sang ibu ikut mencoba menyanting batik dan membuat pola sendiri di samping putrinya. Rombongan keluarga kecil yang baru datang dari Boja, Kendal itu langsung mlipir ke stand itu karena anaknya ingin mewarnai batik.

“Mumpung libur refreshing ke sini. Baru sampai lihat anak-anak rame, langsung mampir. Nurutin anak pengen coba mewarnai batik,” ujar Yanuar, ayah Mahira.

Untuk anak-anak usia sekolah dasar, Roni hanya mengajarkan proses pewarnaan batik saja. sedangkan proses canting dan lainnya dijelaskan secara lisan.

“Anak-anak yang masih kecil kan bahaya kalau dipegangi canting sendiri, masih belum bisa hati-hati takutnya malah kena lilin,” terang Roni.

Di luar pameran, Roni rutin menggelar edukasi batik di dua sanggar miliknya. Ia juga menjalin kerja sama dengan banyak instansi pendidikan. Mulai PAUD hingga perguruan tinggi.

“Anak-anak mulai bisa diajari canting minimal mulai kelas 5 dan 6 SD,” katanya.

Cakupan kegiatan eduwisata yang digalakkan meliputi Kendal dan Semarang. Bahkan mahasiswa asing dari program pertukaran UNNES sudah kerap belajar batik di bawah bimbingannya.

“Intinya batik ini warisan budaya Indonesia untuk dunia. Makanya saya kira penting untuk anak-anak kita memahami budaya kita sebelum orang lain,” tandasnya.

Roni menyebutkan kurang lebih rombongan mahasiswa asing dari 25 negara rutin belajar di tempatnya sejak 2013. Sementara saat pandemi Covid-19 program harus berhenti.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/05/125418678/ketika-anak-anak-belajar-membatik-di-batik-linggo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke