Salin Artikel

HUT Ke-77 Kemerdekaan Indonesia dalam Waktu Jayapura

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 1945.
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta."

BEGITU deklarasi suci proklamasi negara Indonesia tertulis. Ikatan itu atas nama bangsa Indonesia. Sebuat entitas dan visi baru. Menyatakan kemerdekaanya sebagai mahluk setara dan suci di hadapan Tuhan.

Kekuasaan yang diatur oleh ikatan kesucian akan dibereskan dalam waktu seefektif mungkin.

Proklamasi adalah pra kontrak legal, waktu (tempo) dimaknai secara normatif. Tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945 baru dilegalkan, menyempurnakan Proklamasi. Deklarasi “kemerdekaan” ditegaskan kembali secara imperatif atas nama hak.

Mewajibkan bangsa Indonesia secara legal mengenyahkan penjajahan karena menghilangkan dan merusak kesucian diri (martabat) manusia. Kemerdekaan artinya bebas dari dan memutus rantai penindasan.

“Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Selanjutnya ungkapan rasa syukur, menggantungkan bangsa dan negara sebagai alam kemungkinan pada alam kemutlakan total Tuhan.

“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

"Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

Begitulah kemerdekaan bagi bangsa dan individu oleh para pendiri bangsa, ditulis secara legal, berkelas, dan memiliki insting konstitusi cita rasa tinggi bertaraf internasional.

Proklamasi dan konstitusi dimaknai secara teologis akibat curahan rahmat Tuhan. Bukan mutlak hasil manusia.

Proklamasi Kemerdekaan dalam bingkai waktu dan tempat, dalam kehidupan dan kematian bangsa Indonesia.

Kehidupan dan kematian bagi founding father adalah ciptaan Tuhan, keduanya adalah makhluk. Teks proklamasi, implikasinya dengan demikian bermakna sosiologis, yuridis dan teologis.

Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru saja diperingati. Tepat hari Rabu 17 Agustus 2022, 19 suro, pasaran kliwon, 1956 (Jawa). Tanggal 20, Cit Gwee 2573 (Cina). Tanggal 19 Muharram 1444 Hijriyah (Islam), 26 Murdad 1401 (Persia). Masehi, Jawa, Hijriyah, Cina, Persia adalah nama penanggalan. Penanda waktu.

Jutaan orang dengan beragam latar, berlomba memaknai waktu dan menandainya (penanggalan). Tanggal 17 Agustus adalah waktu peringatan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Momentum nilai sakral, tonggak awal berdirinya negara. Waktu adalah nilai suci bagi bangsa dan negara. Sebagaimana tertulis dalam tek proklamasi.

Tapi semenjak negara sudah berdiri, pemaknaan waktu mengalami desakraliasi. Waktu menjadi momen kapitaliasi.

Segala wajah wilayah geografi, kekayaan alam, lalu lalang manusia dihitung dalam satuan waktu. Pemerintah dan swasta pada setiap era berlomba menumpuk kekayaan dalam kecermatan waktu.

Efisien dan efektif adalah kata kunci memanfaatkan waktu. Memanfaatkan waktu yang sedikit dengan pertimbangan pemasukan sebanyak-banyaknya.

Bagi pedagang dan pemerintah, waktu adalah kesempatan emas, komponen strategis kesejahteraan. Pedagang dan pemerintahan saling memanfaatkan zona waktu.

Bagi pemerintah, para pedagang harus selama dan sebanyak mungkin membelanjakan uangya untuk membeli tiket, membayar hotel, dll.

Bagi pedagang, pemerintah adalah pelayan sebaik-baiknya bagi regulasi, terciptanya demi keuntungan sebanyak banyaknya. Pergerakan bumi mengelilingi matahari di manapun telah menjadi zona waktu-ekonomi.

Masa pra kemerdekaan Hindia Belanda telah mengubah satuan sebanyak lima kali. Indonesia mengubah tiga kali sejak 1947, 1950 dan 1963.

Rusia sedang mengubah dari 11 zona menjadi 4. Cina lebih dulu, menjadi 4. Indonesia sedang menyatukan dari 3 (WIB, WITA, WIT) menjadi 1 waktu (WITA).

Perbedaan zona waktu bagi Promosi KP3EI (Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) adalah tambahan pemasukan bagi negara, soal ekonomis.

Bagi pilot sama saja. Namun bagi penumpang perbedaan zona waktu terasa lebih lama.

Saya pun tak ingin kehilangan momen memaknai zona waktu. Zona hanyalah kategori mental, penanda tempat.

Kesadaranlah yang membuat waktu bermakna mendalam. Tahun 2022 harus spesial. Saya memilih pulau surga, Jayapura, tempat memperingati kemerdekaan negara saya ini. Pulau tertimur Indonesia.

Segala informasi tentang sensifitas keamanan saya arahkan dinbawah payung kesucian waktu. Hutan, manusia, cuaca Papua adalah manifestasi keindahan Tuhan.

Konflik manusia hanyalah penyimpangan sesaat, proklamasi dan kesucian alamlah yang memandu hati dan akal para penghuninya.

Ya saya terbang dari Jakarta-Makasar-Jayapura, 16/08. Dua setengah jam Jakarta Makasar. Tiga setengan jam, Makasar-Jayapura. Badan harus bergerak, pikiran dan rasa harus di bawah kesadaran sempurna dan tuntas.

Pukul 06.10, pesawat flight JTO 798, Lion Air landing di Bandara Sentani. Kolonel Zaenudin, saudara sepupu. Badanya tegap, pancaran ksatria, lama tak jumpa, menjemput kami.

Sepanjang jalan menuju penginapan kodam XVII Cendrawasih, Jayapura Utara nampak elok. Jalan berkelok, pegunungan penuh pohon rindang. Terlihat dari bukit Jayapura kota, pantai Hamadi.

Hawa sejuk, terkadang panas, hujan sering tiba-tiba datang, gas pol, tanpa pemanasan, seperti take off pesawat dengan landasan pendek.

Sorenya langsung mengikuti prosesi penurun bendera HUT ke-77 RI di Parkir stadion Lukas Enembe Jayapura, Sentani.

Tepat waktu Indonesia bagian timur, pukul 16.00 WIT, saya bersama satuan aparat sipil, pemerintahan, dan rakyat memperingati arti 77 tahun nikmat kemerdekaan.

IRUP (Inspektur upacara) Pangdam XVII/Cendrawasih, penurunan bendera, Mayjen Teguh Muji Angkasa, S.E, M.M memimpin dengan penuh wibawa. Sesekali drone TVRI satu dua meraung di udara mengabadikan dari sudut estetis terbaik.

Jika bagi pemerintah sipil dan pedagang, waktu adalah uang. Lain dengan petugas keamanan. Waktu adalah pengabdian bagi terjaganya keamanan rakyat dalam arti sedalam dan seluas luasnya.

Satuan-satuan teritori menyebar di seluruh Jayapura berbaur dengan rakyat memperingati arti kemerdekaan.

Seperti di Kabupaten Boven Digoel, Merauke, Yapen, Lanny Jaya dan Keerom. Keamanan terbaik bagi aparat adalah kedekatan dengan rakyatnya. Relasi kesucian orangnya, senjata nomer pertama dan moncong senjata adalah keamanan kedua.

Komandan Kodim 1711/BVD Letkol Czi Agustinus Resaa Sala’pa, sertu Hayoni Babinsa Koramil 1709-02/Yapen Timur Kodim 1709/Yawa bersama penduduk membangun masjid Al-Istiqomah di Distrik Yapen kab kepulauan Yapen.

Dansatgas Yonif Mekanos 203/AK Mayor inf Achmad Zaki, Satgas Yonif Mekanis 203/AK, di distrik Tiom Kab Lanny Jaya, melaksanaan tradisi bakar batu. Menyumbangkan 25 ekor ayam dan 1 ekor babi dimasak di Desa Umbana.

Silaturahmi terjalin bersama tokoh adat, masyarakat, pemuda, bapak Jacob, sang kepala suku.

Kepala kampung Elias Bangga bersama Prajurit Satgas Yonif 123/RW, para tokoh adat, masyarakat, pemuda mengadakan lomba panahan dan asah bambu, tepatnya di kampung kondo Distrik Naukenjerai kab Merauke Papua.

Merawat tradisi leluhur, berburu. Lomba panahan dan asah bambu atau menghidupkan api dari gesekan bambu.

Sementara di kampung Worwana, Distrik Kota Kabupaten Keerom, bersama mantan petinggi Keerom, Lambert Pekikir, mengadakan tarian adat, pengalukan noken dan topi, tarik tambang, lari karung, lari kelereng, makan krupuk dan gigit koin.

Letda inf A. Tukiran Danpos Aroanop, Satgas Yonif 405/SK, di Kamoung Aroanop, Dsitrik Tembagapura, Kab. Mimika, mengadakan lomba panahan, bola voli, balap karung dan panjat pinang.

Danrem 172/PWY Brigjen Korem J.O Sembiring, memperingati di Kab Keerom bersama mantan OPM, Lambert pekikir dan masyarakat setempat.

Tepat di tengah, garis lurus dari Border Post RI Skouw & Papua New Guinea (PNG), di perbatasan RI-PNG, PLBN Kampung Yertetkun, Distrik Ninati Kab.Boven Digoel. Memperingati dengan membentangkan bendera Merah Putih 77 X 10 m, cukup raksasa.

Jarak Border Post RI Skou Papua New Guinea ke Merauke, 168 jam 3.637,9 km, melalui Bitung.

Saya urungkan ke Merauke karena cukup jauh. Bersama sahabat saya, pak Mukri, yu Mus, dik Zahra menuju perbatasan RI-PNG. Dua jam dari kota Jayapura.

Pak Syahrul, penjaga pos perbatasan mengantar kami hingga 5 meter dari perbatasan PNG. Burung-burung unik bernyanyi mistis sepanjang jalan, tak pernah terdengar sebelumnya.

Kakatua Raja (Probosciger aterrimus), Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita), dan Bayan Hijau (Eclectus rotatus).

Kesadaran total metode fenomenologis terbuka selebar-lebarnya. Saya menjadi kecil, alam Papua, manusianya adalah saya sendiri. Merekalah sumber pengetahuan, bukan data.

Masih terngiang nyanyian kebaktian dan lonceng gereja di mana-mana, tertanam dalam gendang terdalam dan abadi, rasa syukur rakyat Papua menjadi ritus harian.

Terima kasih sang pemimpin besar revolusi, Sukarno dan Hatta dan seluruh tetua pendiri negeri. Hujan suci dari langit mendungpun menitik bercampur air mata saya yang kotor.

Demi Allah saya bersaksi, tanah Papua, tanah surga, salah satu peradaban terbaik Indonesia. Selamat HUT ke-77.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/22/09000071/hut-ke-77-kemerdekaan-indonesia-dalam-waktu-jayapura

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke