Salin Artikel

Harga Jahe Anjlok, Petani di Purworejo Biarkan Jahenya Membusuk di Lahan

Di saat ujian ekonomi yang makin sulit akibat pandemi Covid-19, harga jahe yang biasanya di jual diangka Rp 8.000-20.000 per kilogram anjlok ke angka Rp 2.000-5.000 per kilogram.

Anjloknya harga yang sedemikian signifikan ini membuat para petani pusing, dan hanya bisa berharap bantuan dari pemerintah untuk menstabilkan harga Jahe.

Salah satu petani Jahe di Desa Giyombong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Prasetyawan mengatakan, sebelumnya harga jahe sempat meroket di awal pandemi.

Pasalnya pada saat itu, diyakini jahe mampu menangkal virus corona. Namun beberapa bulan terakhir ini, harga jahe merosot tajam.

“Harga jahe turun drastis terutama Jahe Gajah, sehingga banyak petani yang tidak memanen dan membiarkan busuk sembari menunggu harga normal kembali,” ungkapnya pada Jumat (22/7/2022).

Setidaknya ada 3 jenis Jahe yang ditanam masyarakat, yakni Jahe Gajah, Jahe Emprit, dan Jahe Merah. Tiga jenis jahe tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Jahe Gajah banyak ditanam masyarakat karena masa tanamnya cukup singkat dibandingkan Jahe Emprit dan jahe merah, yakni masa tanam hingga panennya hanya 7-8 bulan.

Harga Jahe Gajah biasanya dikisahkan harga Rp 8.000 per kilo. Tetapi kini, para tengkulak tak mau membeli jahe milik petani.

Sedangkan untuk Jahe Merah, masa tanamnya sekitar 10-12 bulan dengan kisaran harga normal Rp 10.000.

Namun kali ini harganya turun hingga tinggal Rp 4.000. Paling lama adalah masa tanam Jahe Emprit yang mencapai 18 bulan dengan harga normal mencapai Rp 20.000 per kilogramnya.

"Jahe Emprit sepuluh ribu aja udah paling tinggi itu, Mas," katanya.

Prasetyawan menyebut, ada beberapa faktor penyebab harga jahe turun. Ia menduga pasokan jahe dari luar Purworejo banyak yang masuk, sehingga harga jahe lokal merosot.

“Bahkan beberapa tengkulak saja tidak mau membeli jahe, mungkin stoknya masih banyak,” tambahnya.

Prasetyawan mengaku jahe di ladang miliknya jika dipanen bisa menghasilkan hingga 1 ton jahe. Namun dengan kondisi harga yang anjlok seperti ini, ia memilih tak memanen jahenya agar kerugian yang ia alami tak semakin besar.

"Jika kita panen masih ada ongkos lagi untuk panen, belum lagi ongkos untuk mengangkut ke pasar," katanya.

Ia berharap dengan merosotnya harga jahe di wilayahnya dapat perhatian dari pemerintah. Ia menyebut banyak petani jahe di Desa Giyombong yang mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.

"Kalau enggak bisa panen kayak gini, ya sudah rugi modal ditambah rugi tenaga juga," keluhnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/22/190229978/harga-jahe-anjlok-petani-di-purworejo-biarkan-jahenya-membusuk-di-lahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke