Salin Artikel

Kisah Para Pelapak Buku Legendaris sejak Tahun 1990-an di Stadion Undip Semarang

KOMPAS.com - Di bawah pohon yang rindang, terlihat sejumlah pedagang kios buku di kawasan Stadion Undip, Kota Semarang duduk santai menunggu pembeli datang.

Meski tampak sepi, para pelapak ini tetap optimis membuka kiosnya yang menjual buku-buku dengan sebagian kondisinya bekas dan menua.

Sayangnya, saat ini hanya sekitar 30 kios saja yang masih buka dan menjual buku-buku disana. Sebagian pedagang lain memilih menutup tokonya.

Seny, salah seorang pelapak buku di kawasan Stadion Undip Semarang mengatakan, perkembangan digital sangat berpengaruh terhadap penjualan buku sejak tahun 1990-an.

Terlebih penjualan buku pelajaran yang kurang diminati masyarakat, karena faktor seperti seringnya pergantian kurikulum pendidikan di Indonesia.

"Ini sudah pakai kurikulum merdeka belajar. Tidak tahu nanti kalau ganti presiden, ganti menteri, ganti lagi juga buku-bukunya," jelas Seny.

Ditambah kondisi pandemi Covid-19, penurunan penjualan buku di kios Seny sangat terasa hingga 60 persen.

Untuk menyiasati penjualan, dia harus banting stir mengikuti era jualan online agar bisa tetap dapat untung meski tak banyak.

“Sekarang sepi, tidak seperti dulu. Makanya sekarang disambi dengan penjualan di Tokopedia dan Shopee. Kalau mengandalkan toko ini saja tidak bisa,” papar Seny.

Menurutnya, tantangan terberat penjualan buku yang masih berbentuk fisik saat ini yaitu bersaing dengan perkembangan buku elektronik atau e-book.

Kemudahan akses bagi sebagian orang tentunya banyak dicari meskipun dari sisi harga buku bekas tentu lebih murah.

“Tantangannya e-book. Sekarang kan zamannya sudah internet semua. Kita kalah disitu,” pungkas dia.

Begitu pun dirasakan Feri, penjual buku di kawasan Stadion Undip Semarang. Meskipun buku bekas dan lawas, namun masih ada saja peminat buku bacaan seperti novel dan komik.

Feri tak menampik buku kini semakin ditinggalkan terutama buku ajar yang kurang diminati.

Feri juga menyediakan berbagai buku ajar. Mulai dari mata pelajaran Sekolah Dasar (SD) hingga perkuliahan, seperti RPAL, RPUL, Pepak Bahasa Jawa, Membaca ABJAD Cepat, hingga hasil thesis di beberapa universitas.

"Kemarin musim liburan kebanyakan pada cari komik, kalau yang buku pelajaran jarang," jelas dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Semarang, Sabrina Mutiara Fitri | Editor Dita Angga Rusiana)

https://regional.kompas.com/read/2022/07/13/154814978/kisah-para-pelapak-buku-legendaris-sejak-tahun-1990-an-di-stadion-undip

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke