Salin Artikel

Lewat Domba, Isroi Berdayakan Pemuda Kampung di Purworejo, Kebanyakan Menganggur karena Pandemi

PURWOREJO, KOMPAS.com- Pandemi memang telah menghantam sebagian masyarakat di Indonesia tak terkecuali para pemuda yang di Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

Kebanyakan pemuda, tepatnya di Dusun Plaosan Desa Blimbing harus pulang kampung akibat di rantau kehilangan pekerjaan mereka saat pandemi melanda.

Melihat banyaknya pemuda di desanya menganggur karena terdampak pandemi Covid-19 pada tahun 2020 lalu, seorang warga bernama Ahmad Isroi (48) Dusun Plaosan, Desa Blimbing, Kecamatan Bruno berinisiatif membuat kelompok usaha yang memberdayakan pemuda di desanya.

Usaha tersebut kini telah sukses berjalan selama dua tahun dan menjadi lapangan kerja baru bagi para pemuda Desa Blimbing yang sebelumnya tak mempunyai pekerjaan.

Niat Isroi membentuk Kelompok Usaha Sentra Domba An Najah didorong keinginan untuk membantu sesama bangkit dari Pandemi Covid-19.

Isroi prihatin atas banyaknya pemuda hanya menganggur di desa karena sulitnya mencari pekerjaan saat pandemi.

"Kita mulai sejak pandemi Covid-19, melihat banyak pemuda yang kehilangan pekerjaan, maka kita inisiatif membangun usaha ternak domba," kata Isroi saat ditemui di kandang domba miliknya di Desa Blimbing, pada Selasa (5/7/2022).

Berkat inisiatifnya ini, sekarang sudah ada 15 orang yang ikut dalam kelompok usaha yang didirikannya sekiranya 2 tahun lalu ini.

Selain itu, kelompok ini juga telah memiliki tiga kandang. Satu di Desa Blimbing, dan dua kandang di wilayah kota Purworejo.

Setiap pagi dan sore hari para pemuda yang tergabung dalam kelompok, saat ini sudah memiliki kesibukan yang pasti yakni memberi makan ternak domba.

Tidak hanya itu pemberian vitamin dan pembersihan dilakukan setiap hari agar kandang selalu terjaga kebersihannya.

"Yang di wilayah kota untuk mempermudah kerja sama dengan pihak katering, biasanya untuk pesanan akikah," kata Isroi yang juga Kepala Sekolah di MTs 02 Tegalsari, Kecamatan Bruno.

Dalam satu kelompok usaha yang dibangun Isroi, terdapat 4 pemodal, belasan yang lain menjadi pekerja yang merawat puluhan ekor domba.

Di dalam Sentra Domba An Najah, terdapat beberapa jenis, di antaranya domba dombat, texel, marino, domba lokal, dombos, domba gibas, dan domba garut.

Selain itu, ada juga beberapa silangan antara domba lokal dengan domba texel, dombat atau marino.

"Pakan menggunakan rumput odot, kita juga punya kebun odot sendiri, nutrisi juga lebih banyak jika menggunakan odot," jelas Isroi.

Rumput odot


Ia menjelaskan, rumput odot merupakan salah satu varietas rumput gajah (Pennisetum purpureum), sering dikenal dengan sebutan dwarf elephant grass atau mott elephant grass di luar negeri.

Tanaman ini mampu tumbuh pada saat musim kemarau dengan tanah yang tingkat kesuburannya rendah.

Ia menyebut, kelebihan domba dibanding kambing biasa ada pada kelunakan daging dan banyaknya daging yang dihasilkan.

Oleh karena itu, banyak dari para pembeli mulai beralih dari kambing ke domba.

"Daging lebih lunak, dengan waktu pelihara yang sama tapi domba bisa dapat daging dan ukuran yang lebih besar (daripada kambing). Kotoran juga bisa untuk pupuk, karena lebih cepat terserap tanah, berbeda dengan kambing biasa, pupuk ini mulai dilirik petani," ujarnya.

Untuk harga, domba ini dinilai Isroi sangat menguntungkan para peternak.

Bayangkan saja domba jenis dombat saat usia tiga bulan harganya bisa mencapai Rp 3-5 juta, sedangkan saat usia satu tahun Rp 12-14 juta.

Untuk jenis texel juga tidak jauh berbeda, usia tiga bulan Rp 2-3 juta, dan usia 1 tahun Rp 11-13 juta.

Sedangkan jenis marino dan dombos harganya hampir sama dengan texel, sedangkan domba gibas sama harganya dengan domba lokal.

"Harganya jauh sama domba lokal, kalau lokal satu tahun paling tinggi ya Rp 1 juta. Kita juga menyediakan domba dengan harga terjangkau, itu persilangan antara domba lokal dengan dengan dombat, texel atau marino," katanya.

Kelebihan dari persilangan ini adalah dagingnya lebih banyak dari domba biasa tapi harga lebih terjangkau, biasanya yang siap untuk kurban harganya sekitar Rp 3,5 juta.

Saat musim menjelang kurban seperti ini permintaan dari peternakannya mulai ramai dan harganya juga cukup tinggi.

Dijelaskan Isroi, Sentra Domba An Najah ini fokus untuk pengembangbiakan domba bukan pembesaran.

An Najah juga memiliki domba bibit unggul yang kemudian anakannya dijual kepada konsumen.

Berdasarkan pengalaman Isroi selama ini, domba dari Sentra An Najah saat usia 3 bulan sudah banyak dicari penggemar.

Bahkan, usia satu bulan saja sudah banyak dipesan. Dari usaha ternak domba, kelompok tersebut berhasil meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.

"Tahun kemarin itu sudah dapat 25 juta, itu sudah bersih, kita prinsipnya bagi hasil, jadi 25 juta itu sudah sisa dari bagi hasil, nanti uang sisa akan digunakan untuk pengembangan. Kita jualnya online, kita belum pernah jual di pasar, rata-rata pada ambil ke sini," paparnya.

Setelah berhasil dengan pengembangbiakan, Isroi beserta kelompoknya berencana membuka wisata edukasi dan pelatihan ternak Domba.

Dirinya juga sudah mempunyai rencana besar ke depan, dengan membuat sentra dengan skala yang lebih besar, serta menjadi pusat edukasi dan pelatihan peternakan domba, sekaligus pengembangan ke sektor kuliner.

"Kita sekarang punya 75 domba, punya potensi penjualan untuk bulu dan susu, tapi saat ini masih dalam tahap pengembangan," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/05/165114078/lewat-domba-isroi-berdayakan-pemuda-kampung-di-purworejo-kebanyakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke