Salin Artikel

Ibu di Kolaka Timur Sultra Melahirkan Bayi Kembar 4, Butuh Bantuan, 1 Bayi Meninggal

KENDARI, KOMPAS.com- Ketut Darmo (38) dan Made Paryani (35), pasangan suami istri asal Desa Lamoare, Kecamatan Loea, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), harus merelakan kepergian satu dari empat bayi kembarnya.

Bayinya yang memiliki berat 500 gram, meninggal dunia di rumah sakit Setia Bunda, Unaaha, Kabupaten Konawe pada Rabu (15/6/2022) pukul 03.00 Wita.

Made melahirkan empat bayi kembar berjenis kelamin perempuan melalui operasi caesar, dan saat ini tiga bayi kembar itu membutuhkan perawatan khusus karena lahir prematur.

Ketut Darmo, ayah dari bayi kembar menuturkan bahwa satu bayinya yang meninggal dunia karena mengalami kelainan kesehatan setelah mendapat perawatan melalui tabung inkubasi.

Anaknya yang meninggal merupakan bayi kedua dari empat bayi kembar yang lahir.

"Kami punya anak yang nomor dua, karena timbangannya bayi rendah sekali cuma 500 gram sudah meninggal mi kemarin. Cuma dia bertahan hidup 2 kali 24 jam lah, tengah malam baru dia meniggalkan kita," kata Ketut saat dihubungi via telepon, Kamis (16/6/2022).

Sementara, tiga bayi kembar yang lainnya memiliki berat masing-masing 1 kilogram, 900 gram dan 800 gram.

Kelahiran bayi kembar 4 dari pasutri asal Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) itu viral di media sosial, lantaran orangtuanya tidak memiliki biaya persalinan.

Sebab, Kartu Indonesia Sehat (KIS) milik Made sudah tidak aktif lagi.

Darmo mengatakan, kematian putrinya itu murni karena kelainan kesehatan bukan keterlambatan pelayanan kesehatan.

Ia menjelaskan, pihak rumah sakit telah menyampaikan lebih awal bahwa keempat bayi kembar tersebut rentan akan terkena kelainan kesehatan.

Tim dokter terpaksa melakukan operasi secara caesar untuk persalinan istrinya, meski usia kandungan masih cukup muda yakni 6 bulan. Sebab, saat itu, istrinya mengalami keracunan kandungan dan sudah pecah ketuban.

"Saya juga menyadari hal itu, ya itu mungkin si anak sudah waktunya, takdirnya seperti itu. Karena sudah disimpan di ruang inkubator, dikasih oksigen, semua itu sudah dimaksimalkan" ungkap Darmo pasrah.

Saat ini, lanjutnya, tiga bayi kembar tersebut masih menjalani perawatan intensif dari petugas medis RS Setia Bunda Konawe.

Made melahirkan 4 bayi kembar dalam kondisi sehat pada Senin (13/6/2022). Sebelumnya, pasangan ini telah memiliki dua orang anak.

Tak punya biaya RS

Terkait biaya perawatan dan persalinan istri dan buah hatinya itu, Darmo mengaku bingung karena tak memiliki dana, ditambah KIS milik istrinya sudah tidak bisa diaktifkan lagi.

"Saya juga belum tahu ini biayanya berapa karena belum selesai semua proses persalinannya. Baru kartu KIS istriku juga tidak aktif mi," ungkapnya.

Darmo yang bekerja sebagai petani menceritakan, sebelum persalinan istrinya, dirinya sudah pernah menanyakannya soal KIS ke BPJS dan Dinas Sosial.

"Sudah pernah saya tanyakan ke BPJS kesehatan, dijawab tidak dibisa diaktifkan. Saya diminta tanyakan ke Dinas Sosial Koltim, pas Pak Lukman dari Dinas Sosial dicek KIS istriku begitu juga sudah tidak bisa diaktifkan lagi," terangnya.

Darmo mengaku, sudah didatangi Dinas Kesehatan Kolaka Timur dan kepala Puskesmas, namun mereka juga tidak bisa berbuat banyak.

Dan saat ini, tambah Darmo, memang sudah ada open donasi yang dibuka relawan. Bagi warga yang ingin membantu biaya rumah sakit untuk pasangan suami istri ini, bisa mendonasikan ke rekening BRI 749701007877531 atas nama Ketut Darmo.

KIS nonaktif sejak 2019

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengelola Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (PDTKS) Dinas Sosial Kolaka Timur, Lukman, mengatakan pihaknya telah mengkonfirmasi ke BPJS, namun KIS milik Made tidak bisa digunakan lagi karena sudah nonaktif lebih dari 6 bulan.

"Aturannya, yang bisa diaktifkan kembali itu syaratnya yang pertama dalam keadaan urgent. Kedua penonaktifannya itu tidak lewat dari enam bulan. Nah kalau ibu Made Pariani ini dia penonaktifan kemarin itu di tahun 2019, kalau dia belum cukup dari 6 bulan dinonaktifkan maka dia bisa diaktivasi," kata Lukman saat dihubungi via telepon.

Pihaknya, lanjut Lukman, sudah melakukan konfirmasi ke BPJS kesehatan pada Selasa (14/6/2022) karena Dinsos hanya bisa mengecek warga yang dinonaktifkan yang tidak lewat dari 6 bulan. Jika lewat dari itu maka pihaknya sudah tidak bisa mendeteksi.

"Saya konfirmasi ke pihak BPJS Kolaka Timur minta tolong dicekkan warga ini kapan sebenarnya dia dinonaktifkan, nah ternyata dia dinonaktifkan 2019, maka tidak bisa diaktivasi kembali,"ujarnya.

Selain itu, tambah Lukman, pihaknya juga sudah berupaya mengusulkan Bantuan Sosial (Bansos) bagi keluarga pasien pada bulan Mei lalu, namun KIS yang terbaru belum bisa ditetapkan oleh pemerintah pusat.

"Dia kan termaksud peserta PKH yang tidak berlanjut bantuannya, karena kemarin dia punya data bermasalah. Data kependudukan bermasalah dengan data pusat di Kemensos, makanya bantuannya dinonaktifkan," tambahnya.

Lukman menambahkan, pihaknya sudah mencari solusi namun tidak bisa berbuat banyak karena terkendala oleh sistem aturan yang ada.

Pihaknya hanya sebatas mengusulkan ke pihak pemerintah pusat untuk menentukan agar diserahkan ke pihak BPJS.

"Kita punya harapan ke masyarakat, setidaknya kalau untuk dalam kondisi urgent utamanya yang hamil upayakanlah pergi cek dia punya kartu di puskesmas. Supaya terdeteksi apakah kartunya aktif atau tidak," tambahnya.

Lukman menambahkan, jika lebih awal KIS-nya dicek bahwa ternyata sudah tidak aktif, bisa langsung melapor agar diusulkan ke APBD dan ke pusat.

"Terakhir kalau memang dua-duanya enggak bisa, ya sebelum kelahiran ya minimal dulu kita pakai kan mandiri. Dia harus mendaftar mandiri dulu, itu harapan kita ke masyarakat,"jelasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2022/06/16/171643078/ibu-di-kolaka-timur-sultra-melahirkan-bayi-kembar-4-butuh-bantuan-1-bayi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke