Salin Artikel

Asal-usul Kota Cianjur, Kisah Kepatuhan Warga Memenuhi Anjuran Pemimpin

KOMPAS.com - Kota Cianjur terletak di Provinsi Jawa Barat.

Cianjur terkenal sebagai daerah penghasil beras yang rasanya enak dan pulen.

Kawasan yang terletak di kaki Gunung Gede ini memiliki cerita rakyat asal-usul kota Cianjur. Cerita ini merupakan bagian dari cerita rakyat Jawa Barat.

Berikut ini cerita rakyat Jawa Barat asal-usul kota Cianjur.

Asal-usul Kota Cianjur

Dahulu kala di sebuah desa yang subur, ada seorang tuan tanah yang kaya raya. Ia menguasai sebagian sawah dan ladang di desa itu.

Dari sawah dan ladangnya, tuan tanah memiliki hasil panen yang melipah ruah, namun ia hanya sedikit bersedekah.

Hal ini karena, tuan tanah memiliki sifat yang sangat kikir, sampai warga setempat menjulukinya dengan sebutan 'Pak Kikir'.

Rupanya, Pak Kikir tidak hanya bersikap kikir pada warga setempat melainkan juga pada anaknya sendiri.

Suatu hari, seorang kakek memohon meminjam beras untuk cucunya yang belum makan. Tapi, Pak Kikir tidak mau memberikannya.

Mendengar hal itu, anak Pak Kikir mengambil satu rantang beras dan diberikan pada kakek tersebut.

Ternyata, anak Pak Kikir dikenal sering membantu warga, terutama untuk warga miskin. Sifatnya memang berkebalikan dengan ayahnya.

Pesan untuk meninggalkan desa

Musim hujan tiba dan penduduk tengah bersiap-siap untuk memasuki masa tanam.

Mereka mengadakan kenduri sebagai permohonan supaya sawah dan ladang terhindar dari hama serta diberikan hasil panen yang melimpah.

Begitu juga Pak Kikir, ia mengadakan kenduri agar hasil panennya melimpah.

Pak Kikir mengundang warga desa ke rumahnya, tapi ia hanya menyediakan makanan yang sangat sedikit dan tidak semua tamu kebagian.

Saat warga tengah berada di rumah Pak Kikir, seorang nenek tua datang meminta sedikit nasi. Namun, Pak Kikir tidak mau memberikan malah menyuruh nenek tersebut pergi.

Anak Pak Kikir yang melihat kejadian tersebut langsung menyusul nenek itu dan memberikan sebungkus nasi.

Nenek itu mengucapkan beribu terima kasih dan mendoakan anak Pak Kikir hidupnya mulia.

Ia juga berpesan kalau nanti malam saat hujan mulai turun, anak Pak Kikir diminta segera meninggalkan desa dan jangan memberitahukan kepada siapapun sebelum nanti malam.

Nenek tersebut juga berpesan agar anak Pak Kikir mengajak semua warga desa. Namun, nenek itu tidak mau memberitahu alasannya.

Rupanya pada malam hari, hujan mulai turun. Anak Pak Kikir mengajak ayahnya meninggalkan desa, seperti pesan nenek.

Namun, Pak Kikir tidak mau mempercayai perkataan anaknya serta menolak meninggalkan desa. Karena, ia berpikir meninggalkan rumah dapat membuat hartanya dijarah.

Akhirnya, anak Pak Kikir memilih untuk memberitahu warga desa dengan memukul kentongan. Ia mengajak warga desa untuk meninggalkan desa tersebut.

Tiba-tiba, nenek yang meminta nasi saat kenduri muncul dan menyuruh warga desa segera meninggalkan desa tersebut.

Semua warga desa menurut dan meninggalkan desa ke bukit, kecuali Pak Kikir yang tidak mau menggalkan rumah demi melindungi hartanya.

Hujan semakin deras, kilat menyambar-nyambar, air hujan semakin membanjiri desa dan semakin lama semakin tinggi.

Pak Kikir panik dan minta tolong. Namun tidak ada satu warga pun di desa itu, ia pun tenggelam bersama hartanya.

Keesokan harinya, warga melihat desanya teggelam dari puncak bukit. Mereka segera mencari lahan baru untuk tempat tinggal.

Warga mengangkat anak Pak Kikir menjadi pemimpin desa.

Di desa yang baru tersebut, anak Pak Kikir membagikan lahan secara adil.

Warga mematuhi anak Pak Kikir dan bergotong royong membangun saluran irigasi.

Makin lama, desa memiliki banya sawah dan saluran irigasi. Desa tersebut dikenal dengan nama Desa Anjuran, karena warga desa mematuhi anjuran pemimpinnya.

Adanya sistem pengairan yang baik di desa tersebut, maka desa diberi nama Cianjur. Karena 'Ci' dalam bahasa Sunda artinya air.

Sumber:

bobo.grid.id

https://regional.kompas.com/read/2022/06/05/225046778/asal-usul-kota-cianjur-kisah-kepatuhan-warga-memenuhi-anjuran-pemimpin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke