Salin Artikel

Asal-usul Kota Bandung, Wilayah Luapan Sungai Citarum yang Terbendung

KOMPAS.com - Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat.

Kota ini sangat terkenal sejak zaman kolonial Belanda.

Saat kedatangan Gubernur hindia-Belanda William H Daendels pada tahun 1810, Bandung dikembangkan sebagai kota persinggahan.

Hingga kini, Bandung menjadi tujuan wisata kota-kota di sekitarnya bahkan seluruh Indonesia.

Kota ini juga memiliki cerita rakyat Jawa Barat berupa Asal-usul Kota Bandung.

Berikut ini cerita rakyat Asal-usul Kota Bandung.

Asal-usul Kota Bandung

Kisah Asal-usul Kota Bandung berawal dari sungai Citarum, sungai yang terdapat di Bandung.

Dahulu, ada orang sakti yang bernama Empu Wisesa, ia memiliki anak perempuan yang bernama Sekar.

Empu Wisesa juga memiliki dua orang murid, yakni Wira dan Jaka.

Kedua muridnya ditemukan saat Empu Wisesa mengunjungi desa yang terkena lahar letusan Gunung Tangkuban Perahu.

Kala itu, ia menemukan dua orang bayi yang orang tuanya meninggal dunia. Lalu, ia merawatnya.

Selain merawat Wira dan Jaka, Empu Wisesa juga menyalurkan ilmu bela diri serta kearifan kehidupan pada kedua muridnya itu.

Namun, kedua muridnya itu memiliki sifat yang sangat berbeda.

Wira merupakan pribadi yang rajin, meskipun tidak diawasi ia giat berlatih bela diri. Sedangkan, Jaka akan bermalas - malasan berlatih kalau tidak diawasi Empu Wisesa.

Suatu hari, Jaka meminta berbicara empat mata dengan gurunya.

Ternyata, Jaka ingin melamar anak Empu Wisesa. Empu Wisesa menyetujui serta menyampaikan lamaran tersebut pada Sekar, anaknya.

Namun, Sekar hanya ingin menikah dengan Wira. Sekar juga mengatakan pada ayahnya mengapa tidak menanyakan pada dirinya sebelum menyetujui lamaran Jaka.

Empu Wisesa berjalan keluar rumah sambil berpikir untuk mencari jalan keluar.

Tiba-tiba dari kejauhan, ia melihat lahar Gunung Tangkuban Perahu masih menyala-nyala. Lalu, Empu Wisesa mendapatkan ide untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapinya.

Pada esok harinya, Empu Wisesa menyampaikan suatu pesan pada Wira dan Jaka. Keduanya tidak boleh membantah pesan itu.

Mereka diminta untuk memadamkan lahar Gunung Tangkuban Perahu. Siapa yang berhasil maka akan dinikahkan dengan Sekar.

Menerima tantangan tersebut, Jaka berpikir bahwa hal tersebut tidak masuk akal. Namun, Wira berpikir sebaliknya bahwa api bisa dipadamkan dengan air.

Bergegas, Wira mencari sumber air dalam jumlah besar dan menemukan di Sungai Citarum. Ia mencermati aliran lahar Gunung Tangkuban Perahu berada di cekungan yang agak rendah.

Lalu, Wira menggunakan ilmu yang dimilikinya untuk meruntuhkan bukit di dekat Sungai Citarum. Air yang tidak terbendung tersebut meluap dan mengalir ke cekungan lahar Gunung Tangkuban Perahu.

Alhasil, cekungan lahar itu berubah menjadi danau yang luas dan dikenal dengan nama Danau Bendung, karena berasal dari Sungai Citarum yang dibendung.

Akhirnya, Wira menikah dengan Sekar karena ia berhasil menyelesaikan syarat dari Empu Wisesa. Hal ini berkat sikapnya yang tidak mudah menyerah serta menggunakan akalnya untuk memaksimalkan ilmu yang dimiliki.

Semakin lama, Danau Bendung itu mengering dan menjadi lahan yang subur.

Karena wilayahnya luas, Wira dan Sekar serta seluruh warga desa pindah ke Danau Bendung yang telah mengering itu.

Mereka lalu membangun sawah dan ladang hingga mendapatkan panen yang berlimpah. Wira diangkat menjadi pemimpin.

Daerah bekas danau itu lama kelamaan disebut dengan nama "Bandung".

Sumber

bobo.grid.id

https://regional.kompas.com/read/2022/06/04/205844478/asal-usul-kota-bandung-wilayah-luapan-sungai-citarum-yang-terbendung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke