Salin Artikel

7 Kasus Suami Bunuh Istri hingga Anak, Salah Satunya karena Faktor Ekonomi

Dua korban dibunuh saat jelang sahur. Polisi mengatakan Supriyadi tega membunuh istrinya TU (43) dan anaknya, DI (9) karena faktor ekonomi hingga dugaan perselingkuhan.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, dalam istilah kriminologi, kasus pembunuhan anggota keluarganya sendiri dikenal dengan istilah familicide.

Familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga.

Riset yang diterbitkan dalam Howard Journal of Criminal Justice 2013 juga membuktikan, 68 persen pria yang melakukan familicide juga berakhir dengan bunuh diri.

Walaupun tak menutup kemungkinan, perempuan juga sebagai pelaku.

Sebesar 32 persen kasus familicide dilakukan dengan menusuk korban, dan 15 persen dilakukan dengan meracuni korban.

Para ahli mengatakan para pelaku familicide, baik pria maupun wanita, biasanya memiliki sejarah panjang penyakit mental, cenderung depresi atau psikotik.

Kriminolog juga telah membagi kasus familicide ini ke dalam beberapa istilah berikut:

Dan berikut 5 kasus suami bunuh istri hingga anaknya yang dirangkum Kompas.com sejak awa tahun 2022:

1. Istri di Mempawah dibunuh karena merintih sakit maag

ML (42), seorang suami asal Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barata diamankan katena membunuh istrinya sendiri, MS(22).

Pembunuhan terjadi pada Senin (17/1/2022) pukul 05.00 WIB. Ia membunuh istrinya karena kesal saat bangun mendengar istrinya yang merintih karena sakit maag.

Ia kemudian mengambil tali nilon sepanjang 2 meter dan melilitkannya ke leher korban lalu menjeratnya hingga perempuan muda itu tewas.

Mereka telah menikah selama delapan tahun. Namun sejaka 2 tahun terakhir, masalah muncul karena Kanipah sakit-sakitan hingga tak bekerja lagi sebagai kuli angkut.

Sejak saat itu, Indah kerap marah-marah dan meminta suaminya bekerja.

Endah dibunuh di rumah kos di daerah Srinindito Baru, Ngemplak Simongan Kota Semarang pada Sabtu (15/1/202) petang.

Saat itu Kanipah baru menjemput istrinya yang bekerja di konveksi. Mereka sempat cekcok dan Kanipah menusukkan pisau lipat sebanyak 14 kali ke istrinya.

Usai membunuh istrinya, pelaku mengambil anaknya yang dititipkan di rumah mertua dan membawanya berkeliling menggunakan motor hingga ke daerah Gunung Pati.

Kepada petugas, Kanipah mengaku mengalami gangguan di kepala dan selalu merasa pusing hingga tak bisa konsentrasi.

Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan, peristiwa bermula saat pelaku menjemput istrinya pulang untuk isoma di rumah dari tempat bekerja di konveksi.

Kasus tersebut berawal saat Tanuri berencana menjual tanahnya dan akan dibagi dua untuk anaknya. Sisanya akan digunakan untuk daftar haji.

Namun Robiyah menolak rencana itu. Hal tersebut membuat suaminya naik pitam. Ia kemudian membenturkan kepala istrinya berkali-kali ke lantai. Bagian kepala yang dibenturkan adalah samping sebelah kiri.

Sesaat setelah dianiaya, Robiyah sempat bisa duduk dan masuk rumah. Kemudian ia tak sadarkan diri dan dibawa ke klinik oleh para tetangganya.,

Namun nyawa nenek 65 tahun itu tak bisa diselamatkan dan ia meninggal dunia.

Tanuri dan Robiyah ternyata sudah tujuh tahun pisah ranjang. Robiyah kemudian membangun rumah sendiri berjarak sekitar 100 meter dari rumah lama yang ditempati Tanuri.

Mereka sering berkonflik dan telah beberapa kali dimediasi aparat desa setempat.

Diduga pembunuhan terjadi karena faktor ekonomi hingga isu adanya perselingkihan.

Pelaku diketahui bisnis jual lain yang menjadi sumber pendapatan keluarga. Namun sejak setahun terakhir bisnnya lesu.

Ia pun meminjam uang untuk membiayai kehidupan sehari-hari hingga utangnya menumpuk.

Selama tinggal di Kampung Baru, Desa Sentul, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, pelaku tidak pernah bertengkar dengan istri dan dikenal keluarga harmonis.

Tu dan anaknya dibunuh saat tidur menjelang sahur atau sekitar pukul 01.30 WIB. Mereka dibunuh dengan pisau.

Dari hasil olah TKP, korban diduga sempat melakukan perlawanan karena ada jejak darah dari ruang tengah ke kamar.

Supriyadi sendiri sempat menjalani perawatan di RS karena mengalami luka parah di lengannya karena sayatan pisau.

Ia sulit diperiksa karena kondisinya depresi. Polisi berencana akan memeriksa kondisi kejiwaan Supriyadi.

Pembunuhan terjadi pada Minggu (17/4/2022) sekitar pukul 17.00 WIB setelah berbuka puasa.

Saat kejadian, Lilis tinggal di rumah kakak kandungnya di Kelurahan Pagar Agung, Kecamatan Lahat.

Agus yang datang kemudian bertengkar dengan istrinya. Saat itu korban meminta cerai dan hal tersebut membuat Agus emosi.

Ia kemudian mengeluarkan pisau dan menganiaya korban hingga terjatuh. Lilis kemudian dilarikan ke RS, namun ia tak bertahan dan meninggal dunia.

Ternyata selama ini Lilis menjadi korban KDRT dan suaminya kerap judi serta minum minuman keras.

Akibat perbuatan tersebut, Agus (35) yang menjadi tersangka tunggal atas pembunuhan Lilis Manda Sari (30) kini mendekam di sel tahanan Polres Lahat setelah sebelumnya menyerahkan diri ke polisi.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ariska Puspita Anggraini, Riska Farasonalia, Aji YK Putra, Rasyid Ridho | Editor : Sari Hardiyanto, Robertus Belarminus, Khairina, I Kadek Wira Aditya), Tribunnews.com

https://regional.kompas.com/read/2022/04/20/091500078/7-kasus-suami-bunuh-istri-hingga-anak-salah-satunya-karena-faktor-ekonomi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke