Salin Artikel

Berkaca dari Kasus Pengeroyokan Ade Armando, Ada Nama yang Tercemar akibat “Doxing”

KOMPAS.com - Kasus pengeroyokan Ade Armando dalam demonstrasi di Jakarta, Senin (11/4/2022) menjadi sorotan.

Usai kejadian, sebuah akun anonim di Twitter menyebar foto dan identitas terduga pelaku.

Ada empat wajah yang terpampang dalam unggahan viral tersebut.

Pas foto dan alamat Try Setia Budi Purwanto (26) turut terpasang dalam unggahan itu. Foto Budi disandingkan dengan seseorang berjaket hitam.

Namun, Budi membantah terlibat pemukulan terhadap Ade Armando. Pasalnya, di hari kejadian, Budi berada di Kabupaten Way Kanan, Lampung.

Dia sedang mengurus sound system untuk acara PKK yang dihadiri istri Bupati Way Kanan. Setelahnya, Budi pergi ke rumah orangtuanya untuk buka puasa bersama.

Meski terbukti tak terlibat pengeroyokan Ade Armando, tetapi nama Budi telah tercemar akibat doxing yang dilakukan akun anonim.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, doxing adalah tindakan penyebaran data-data pribadi di dunia maya.

Itu dilakukan dengan tujuan untuk menyerang, membunuh karakter, dan melemahkan seseorang atau persekusi online.

Pengamat media sosial, Hariqo Wibawa Satria, memberikan pandangannya mengenai kasus doxing yang marak terjadi di dunia maya.

Hariqo mengatakan, dalam konteks politik, doxing dilakukan untuk menjatuhkan mental dan memperlambat langkah seseorang.

Menurutnya, doxing adalah cara instan bagi pelaku yang tidak mempunyai kemampuan melawan secara argumen dan data.

Dalam ranah politik, doxing ditujukan kepada orang yang mengkritisi suatu kebijakan.

“Si pelaku menyebar lokasi yang korban kunjungi, menyebar nomor handphone-nya. Cara-cara seperti itu sangat berpengaruh agar korban terganggu mentalnya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/4/2022).


Pada kasus-kasus viral, salah satunya pengeroyokan Ade Armando, orang awam juga bisa menjadi pelaku doxing.

Seseorang yang merasa “bertalian” dengan kasus itu, bisa dengan mudah menyebarkan materi yang disiapkan pelaku.

Menurut CEO Komunikonten ini, ketika seseorang mengekspos hal-hal yang berkaitan dengan pihak lawan, orang tersebut akan merasa puas.

Saat doxing terjadi, korban dikhawatirkan akan terkena dampaknya, tak hanya dari sisi di dunia maya, tetapi juga di kehidupan nyata.

Hariqo mencontohkan, pada kasus doxing terhadap Budi, keselamatan Budi dikhawatirkan akan terdampak.

“Saat doxing terhadap Mas Budi menyebar, saat itu bisa jadi ada orang yang menganggap Mas Budi adalah pelakunya. Orang itu bisa jadi akan melakukan balas dendam. Ini (doxing) sangat berbahaya sekali,” ucapnya.

Dalam kasus doxing terhadap Budi, Hariqo menyampaikan bahwa polisi seharusnya mengonternya.

“Bentuk counter-nya bisa dengan menyebutkan bahwa data ini tidak fix. Polisi lewat cyber patrol-nya seharusnya bisa cepat melakukan klarifikasi, bahwasannya unggahan itu bohong, palsu, hoaks,” ungkapnya.

Selain itu, Hariqo juga berpesan agar pihak media sosial memberi perhatian terhadap unggahan-unggahan dari akun-akun anonim.

“Twitter harus hati-hati terhadap konten tidak bertuan,” tuturnya.

Jika tidak segera memberi perhatian, hal ini akan menjadi bumerang bagi pihak penyedia media sosial.

“Hal-hal semacam ini bisa merusak kredibilitas media sosial itu sendiri,” sebutnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/04/16/170416378/berkaca-dari-kasus-pengeroyokan-ade-armando-ada-nama-yang-tercemar-akibat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke