Salin Artikel

Tradisi Jaburan di Masjid Jami Jomblang, Mendengar Kajian lalu Berbuka Bersama

Berpakaian rapi, bersarung dan berkerudung. Anak-anak itu dengan khidmat mendengarkan kajian dari seorang ustaz. 

Tak hanya anak-anak, satu per satu orang dewasa berdatangan dan berjalan menuju serambi masjid.

Para pengendara ojek juga mulai memarkir rapi kendaraannya di halaman masjid, mereka ikut menyimak kajian sambil menunggu waktu berbuka puasa.

Masyarakat yang hidup di sekitar Masjid Jami Jomblang, tepatnya terletak di Jalan Jomblang Barat, Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah, telah menjadikan kajian sore sebelum berbuka puasa sebagai tradisi setiap Ramadhan.

Tepat pukul 17.42 WIB azan maghrib berkumandang, mereka lalu membatalkan puasa secara bersama-bersama.

Masyarakat Jomblang Barat menamai tradisi tersebut dengan sebutan tradisi jaburan.

Seorang warga asli Jomblang, Mashud menuturkan, tradisi jaburan sudah ada sejak Masjid Jami Jomblang berdiri pada 1933.

Masyarakat Jomblang pun terus bekerja sama melestarikan tradisi tersebut.

“Dulu sejak saya kecil tahun 1975 sudah ada. Bahkan, lama sebelum itu mungkin juga sudah lahir tradisi Jaburan,” jelas Mashud kepada Kompas.com, Jumat (8/4/2022) sore.

Masyarakat Jomblang menyebut tradisi jaburan sebagai sesuatu yang dimakan secara bersama-sama. Mereka membatalkan puasa secara bersama-sama di masjid saat Ramadhan.

Tradisi jaburan diawali dengan pembacaan asmaul husna, dilanjutkan dengan kajian singkat oleh ustaz. Kemudian ditutup dengan berbuka puasa bersama.

Lebih jelas, Mashud mengatakan, minuman, makanan ringan, hingga makanan berat, yang disajikan di Masjid Jami Jomblang berasal dari warga setempat. Secara bergiliran, mereka memberikan menu berbuka puasa.

“Karena masyarakat sudah biasa, tanpa dikasih jadwal, mereka sudah lebih dulu menawarkan diri untuk memberi,” tutur Mashud.


Adanya antusias warga, imbuh Mashud, menjadikan masyarakat Jomblang Barat bisa hidup guyub rukun.

Sementara itu, pengurus Masjid Jami Jomblang Heri Kusuma mengungkapkan, dulu, Masjid Jami Jomblang termasuk salah satu pusat tempat ibadah di Kota Semarang.

Sehingga banyak jemaah yang datang dari berbagai daerah di Semarang untuk beribadah maupun mengikuti tradisi Jaburan.

“Tapi sejak tahun 1990-an ke sini sudah banyak masjid-masjid berdiri, jadi jemaah semakin berkurang. Namun sekarang banyak dari warga rukun tetangga (RT) sebelah dan warga setempat,” jelas Heri.

Heri menambahkan, banyaknya anak-anak yang antusias mengikuti tradisi jaburan ini menjadi salah satu siasat untuk melestarikan tradisi itu.

“Karena dulu sempat tenggang, tidak ada generasi dari generasi tua dengan remaja, maka dari sekarang anak-anak mulai diarahkan dan dibimbing,” jelas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/04/10/083342278/tradisi-jaburan-di-masjid-jami-jomblang-mendengar-kajian-lalu-berbuka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke