Salin Artikel

Tradisi Nyadran, Berdoa ke Makam Tenggelam di Pesisir Semarang

Suara lirih itu datang dari empat peziarah yang melakukan tradisi nyadran menyambut bulan suci Ramadhan di wilayah pesisir Tambakrejo, Kota Semarang.

Tak seperti Tempat Pemakaman Umum (TPU) kebanyakan, TPU Tambakrejo, Kota Semarang kini hanya terlihat seperti hantaran laut biasa. Tidak ada gerbang masuk, pohon kamboja, pun batu nisan.

Ribuan makam di TPU Tambakrejo sudah habis terkikis akibat abrasi dan air pasang laut atau rob beberapa tahun terakhir.

Aris Triyatmoko, seorang warga Sembungharjo, Genuk bersama anak dan isterinya datang untuk berziarah mendoakan mendiang sanak keluarganya yang dikebumikan di pemakaman Tambakrejo.

Dirinya mengatakan, meskipun makam tersebut sudah tidak terlihat, Aris beserta keluarganya selalu menyempatkan waktu untuk mengirim doa menjelang Ramadhan dan Lebaran.

“Sebagai wujud bakti kami kepada orangtua. Ingin mendoakan secara dekat, walaupun tidak bisa menjangkau tanah kuburnya," ujar Aris kepada Kompas.com, Sabtu (2/4/2022).

Menurut Aris, wujud pemakaman Tambakrejo masih bisa terlihat pada 2017. Namun seiring berjalannya waktu, di 2018 sudah mulai tenggelam.

Kendati demikian, Aris harus mengarungi lautan dengan perahu kecil untuk menyambangi pemakaman.

"Dulu masih tahu posisi patoknya dimana. Tapi sekarang sudah tenggelam semua, jadi cukup dari pinggiran saja," kata Aris.

Kondisi tersebut juga dialami oleh Dani, seorang warga Tambakrejo yang kerap mengirim doa untuk almarhum sang ayah yang dimakamkan di TPU Tambakrejo.

Dengan mata berkaca-kaca, dirinya mengungapkan jika harus menerima kondisi makam ayah yang tenggelam.

"Sedih sebenernya, tapi mau gimana lagi. Keadaannya sudah seperti ini," ucap Dani.

Sementara itu, Dani beserta keluarganya juga harus menyeberangi laut dengan perahu kecil untuk berziarah.

"Kami satu keluarga di atas perahu, berdoa sambil tabur bunga. Sebenernya takut tapi tekad ingin berdoa di sana," jelas Dani.

Diceritakan oleh Dani, sejumlah warga telah berhasil memindahkan makam dari TPU Tambakrejo ke pemakaman lain di Semarang, meski tidak banyak.

Sehingga, momen hari Kamis, Jumat atau menjelang bulan puasa dan Lebaran masih sering dikunjungi peziarah.

"Saya pernah dimintai tolong warga Cilosari memindahkan 12 makam ke TPU Bergota. Pernah juga melihat kerangka yang terkena arus," ucap Dani.

Meski sudah berncana memindahkan makam, hingga saat ini, baik Aris maupun Dani masih mempertahankan makam keluarganya di TPU Tambakrejo.

"Sudah bilang sama Pak Kyai, tapi katanya tidak apa-apa tidak dipindah. Yang penting selalu didoakan," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/04/02/151901678/tradisi-nyadran-berdoa-ke-makam-tenggelam-di-pesisir-semarang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke