Salin Artikel

2 Wisatawan Meninggal di Taman Nasional Komodo, Ini Respons Badan Otorita Labuan Bajo

Menanggapi hal itu, Direktur Badan Pelaksanaan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina menyatakan, keamanan dan kenyamanan berwisata adalah hal prioritas.

Sebab, kejadian meninggalnya wisatawan tidak hanya terjadi satu kali.

Karena itu, ke depan, diperlukan adanya informasi tentang riwayat kesehatan bagi calon wisatawan yang hendak berkunjung ke kawasan TNK.

"Selama ini, ketentuan riwayat kesehatan ini baru diberlakukan untuk wisatawan diving. Kita sedang diskusikan kemungkinan mekanismenya untuk terintegrasi dengan pelayanan ke wisatawan," kata Shana saat dihubungi Kompas.com, Selasa.

Ia melanjutkan, pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Syahbandar, dan Balai Taman Nasional Komodo, untuk melakukan koordinasi sesuai kewenangnya masing-masing.

Shana menyebutkan, seluruh kapal wisata dan TA/TO sedang dalam proses untuk diwajibkan memiliki sertifikat BST, sehingga dapat menangani kedaruratan langsung di lapangan.

"Per Mei 2022 mendatang, tanpa hal tersebut, maka mereka tidak diizinkan berlayar," ujarnya.


Dirinya mengakui, untuk sementara waktu penanganan kedaruratan instansi masih dalam tingkat koordinasi.

"Kami memiliki WAG khusus untuk percepatan koordinasi lintas instansi. Saat ini juga kesiapan armada dibantu lintas sektor sudah tersedia di Labuan Bajo," ungkapnya.

Terkait kondisi fasilitas kesehatan (Faskes) yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu, kata dia, sedang dalam proses peningkatan status.

Pustu akan ditingkatkan statusnya, sehingga dapat menangani kejaian darurat khususnya di TN Komodo.

Selain itu, pihaknya telah menyiapkan produk asuransi khusus untuk berwisata selama 7 hari di Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur.

"Ke depan untuk ini juga bisa menjadi antisipasi kenyamanan berkunjung bagi wisatawan," ungkapnya.

Pihaknya pun mengharapkan dukungan dari para calon wisatawan, pelaku usaha pariwisata untuk sama-sama mempedulikan kondisi kesehatan.

"Tidak boleh memaksakan diri dan juga segera memberikan info kepada petugas apabila ada gejala yang dirasakan," ungkapnya.

"Di musim cuaca ekstrem seperti sekarang, akan sedikit banyak berdampak ke kesehatan," lanjut Shana.

Ia menambahkan, area Waterfront Kampung Ujung Labuan Bajo akan dijadikan command center dalam rangka pelayanan pariwisata yang lebih baik.

"Ini sedang kita usahakan. Minimal sebenarnya kapal-kapal lintas instansi ini bisa digunakan untuk melayani kebutuhan mendesak di titik-titik terdekat. Misalkan, titik kejadian di Padar, maka nanti yang standby di Komodo akan turun duluan sambil tunggu yang dari Bajo. Kalau di Rinca, maka yang dari Bajo duluan turun," imbuh dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/22/192124478/2-wisatawan-meninggal-di-taman-nasional-komodo-ini-respons-badan-otorita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke