Salin Artikel

Cerita Liany, Sarjana Pendidikan yang Rela Jadi Tukang Ojek demi Biayai Rumah Baca di Pelosok Flores

Perempuan yang akrab disapa Liany itu menuturkan, ia membuka rumah baca itu pada Juli 2021.

Saat itu, Covid-19 sedang merebak di Kabupaten Manggarai Barat. Hampir semua sektor kehidupan lumpuh, termasuk pendidikan.

Anak-anak sekolah terpaksa belajar secara daring dari rumah untuk mencegah terjadinya kontak dan penyebaran Covid-19 di sekolah.

Liany mengatakan, siswa SMP dan SMA yang mendapatkan tugas dari guru datang ke rumahnya untuk belajar.

Tak hanya siswa SMP dan SMA, siswa SD di sekitar rumahnya juga ikut bergabung.

"Waktu itu mereka ramai-ramai datang ke rumah dan kita belajar di situ. Lihat begitu anak-anak SD juga mau ikut itu pekan keduanya. Melihat itu, saya termotivasi untuk menjadikan rumah sebagai tempat belajar bagi anak sekolah di desa," tutur Liany saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Selasa (15/3/2022).

Liany lalu memberanikan diri membuka tempat belajar bagi anak-anak sekolah di rumahnya. Tempat belajar itu diberi nama Rumah Baca Woang (RBW). 

"Saya buat itu atas dasar keprihatinan pribadi, melihat anak-anak bermain tidak jelas karena tak ada belajar tatap muka. Saya punya hati tergerak. Sesuai moto hidup saya, coba bermanfaat bagi orang lain tanpa pamrih," ungkap alumni Universitas Dwijendra Denpasar itu.


Ia mengatakan, di Rumah Baca Woang, dirinya memberikan materi sesuai permintaan anak-anak sekolah. Setelah itu, ada literasi selama 10 menit.

"Saya memberi materi-materi dasar khusus Bahasa Inggris. Anak-anak juga senang. Selain itu, saya juga ajarkan mereka bagaimana mengakses internet dan mengoperasikan laptop," katanya.

Jadi tukang ojek demi biayai Rumah Baca Woang

Ia mengakui, Rumah Baca Woang masih kekurangan sejumlah fasilitas, seperti buku. Namun, kekurangan itu bukan halangan untuk menerapkan rasa kepedulian terhadap generasi muda di desanya.

Ia pun memilih menjadi tukang ojek untuk membeli berbagai perlengkapan di Rumah Baca Woang. Sehingga, api literasi tetap menyala di desanya.

"Uang hasil ojek saya gunakan untuk pelan-pelan beli buku untuk anak-anak belajar. Ya, lumyan lah. Bisa tambah buku-buku yang saya bawa dari Bali. Sekarang, yang masih kurang buku bergambar buat anak-anak TK, kelas 1 atau 2 SD," ungkapnya.

Ia mengaku, awalnya agak susah membimbing anak-anak yang datang belajar di Rumah Baca Woang.

Anak-anak masih susah diatur karena baru berhadapan dengan situasi dan tempat baru.

Namun, seiring berjalannya waktu, anak -anak mulai mengikuti kegiatan belajar dengan penuh antusias. Mereka semua senang, sebab waktu luang mereka terisi dengan belajar.

"Tidak hanya anak-anak yang senang. Orang tua di kampung juga turut senang. Mereka sangat mendukung dengan apa yang saya buat. Saya akhirnya termotivasi untuk terus semangat menggelorakan literasi di desa tercinta ini," imbuh dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/16/141010578/cerita-liany-sarjana-pendidikan-yang-rela-jadi-tukang-ojek-demi-biayai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke