Salin Artikel

Nestapa Petani Seluma di Balik Nikmatnya Padi Empai

Padi Warsono dalam kondisi bunting, menandakan beberapa bulan lagi ia akan menikmati beras "padi empai".

Padi empai adalah istilah untuk menamakan beras baru hasil panen. Istilah itu berasal dari bahasa etnis Serawai yang menempati Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

Menikmati beras baru atau padi empai adalah hal istimewa bagi petani. Itu adalah simbol keberhasilan bertani di sawah.

Kepulan asap wangi dan rasa nasi yang pulen menjadikan selera makan meninggi.

Itulah istimewanya padi empai.

"Tiap tiga bulan, kami selalu makan beras baru hasil panen. Nanti kalau musim panen tiba, datang ke sini, saya suguhkan nikmat dan wanginya beras kami," kata Warsono kepada Kompas.com, Sabtu (19/2/2022).

Warsono adalah petani di Desa Maras Tengah, Kecamatan Semidang Alas Maras, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

Warsono merupakan salah satu dari 200 petani yang dianggap beruntung, karena masih bisa mengolah sawahnya secara mandiri, karena bisa mendapatkan air.

Ada 4.000 petani lain di daerah itu yang bernasib malang, karena tak dapat menyediakan air untuk sawah.

Akibatnya, 7.000 hektar sawah terbengkalai dan beralih fungsi menjadi kebun sawit.

"Sawah saya masih aktif, karena jaraknya dengan Sungai Alas dekat. Sedikit bantuan pompa dari Dinas Pertanian, air bisa dialirkan. Ada juga yang membuat siring manual mengalirkan air agar sawahnya dapat air. Selebihnya, ribuan hektar sawah menganggur karena jaraknya dengan sungai jauh, lalu alih fungsi kebun," kata Warsono.

Warsono menjelaskan, pada 1996, di daerahnya sebenarnya telah dibangun bendungan yang diberi nama Bendung Alas.

Namun, keberadaan bendungan belum optimal, karena kerusakan di beberapa tempat dan kurangnya siring dari bendung itu untuk mengalirkan air ke 7.000 hektar sawah petani.

"Bendung Alas apabila maksimal dapat mengairi 3 kecamatan, yakni Semidang Alas Maras, Semidang Alas dan Talo Kecil. Total luas sawah 7.000 hektar dengan jumlah ribuan keluarga petani," ujar Warsono.


Menurut Warsono, apabila Bendung Alas beroperasi maksimal, dipastikan produksi gabah petani mencapai minimal 105.000 ton per tahun.

Selain itu, panen padi bisa dilakukan tiga kali setahun apabila bendungan beroperasi maksimal.

"Kalau sekarang, paling cuma sekali setahun panen. Ada juga 2 kali panen, tapi tidak banyak," kata dia.

Sutami selaku Ketua Kelompok Tani Maju Bersama, Kecamatan Semidang Alas Maras, Seluma,  mengamini keluhan Warsono.

Menurut Sutami, apabila Bendung Alas diperbaiki, maka kesejahteraan petani sawah akan terjadi.

"Bayangkan, ada 4.000 tani bergantung dengan Bendung Alas. Ada ribuan jiwa bergantung pada pertanian padi sawah yang butuh air. Solusi kesejahteraan kami adalah bendung berfungsi baik," ujar Sutami.

Sutami mengatakan, ia bersama kelompok petani lain di Seluma sudah beberapa kali mengusulkan pada pemerintah, agar Bendung Alas diperbaiki.

Namun, usaha itu belum membuahkan hasil.

"Ada beberapa perbaikan memang, namun sedikit sekali. Mungkin anggaran dari pusat belum mengakomodir kebutuhan perbaikan Bendung Alas. Sepertinya butuh anggaran besar," kata Sutami.

Bagi petani, air menjadi kebutuhan pokok untuk bersawah.

Akhirnya petani memutar otak agar air dari Sungai Alas masuk ke persawahan.

"Ada yang gunakan pompa air bantuan pemerintah, ada yang buat siring manual, dilakukan secara mandiri mengeluarkan modal sendiri. Berat memang, tapi sawah harus ada air," ujar dia.

Ia berharap, Bupati Seluma, Gubernur Bengkulu, dan Kementerian Pertanian dapat mendengar keluhan ribuan petani sawah di Seluma ini.

"Semoga masukan petani didengar, agar bendung diperbaiki. Kawasan kami harusnya menjadi swasembada beras," kata dia.

Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VII, Mohammad Firman membenarkan bahwa apabila Bendung Alas di Kabupaten Seluma diperbaiki, maka ada ribuan hektar sawah yang dapat menerima manfaat.

"Kami setiap tahun mengusulkan anggaran perbaikan Bendung Alas. Kami menghitung total perbaikan keseluruhan Bendung Alas agar maksimal membutuhkan anggaran Rp 200 miliar," ujar Firman saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Meskipun telah diusulkan anggaran ratusan miliar rupiah, menurut Firman, yang disetujui oleh pemerintah pusat hanya puluhan miliar rupiah.

Jumlah itu yang selama ini dipakai BWS untuk memperbaiki bendungan, sehingga terkesan tak maksimal.

"Kami selalu berkoordinasi dengan kepala daerah agar usulan perbaikan bendung dapat kita kawal bersama. Diperlukan usaha bersama untuk meyakinkan pemerintah pusat. Perbaikan Bendung Alas penting untuk ribuan petani," kata Firman.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/20/153308178/nestapa-petani-seluma-di-balik-nikmatnya-padi-empai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke