Salin Artikel

Sejarah dan Asal-usul Pandeglang, Kabupaten di Banten Berjuluk “Kota Badak”

Pandeglang ini merupakan kabupaten paling barat yang ada di Pulau Jawa.

Luas wilayah Kabupaten Pandeglang mencapai 2.746,89 kilometer persegi, yang mencakup beberapa pulau kecil di Samudera Hindia.

Pulau-pulau kecil itu adalah Pulau Panaitan, Pulau Deli, dan Pulau Tinjil. Selain itu, kabupaten ini juga memiliki Taman Nasional Ujung Kulon.

Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki beberapa gunung dan sungai, seperti Gunung Karang, Gunung Pulosari, dan Gunung Aseupan.

Sedangkan sungai yang ada di Pandeglang yaitu Sungai Ciliman yang mengalir ke arah barat dan Sungai Cibaliung yang mengalir ke selatan.

Sejarah Kabupaten Pandeglang

Pemerintahan di Pandeglang sudah ada sejak tahun 1828. Saat itu, berdasarkan Staatsblad Belanda, Pandeglang merupakan bagian dari Kabupaten Serang.

Dalam aturan tersebut, Kabupaten Serang memiliki 11 kawedanan, salah satunya Kawedanan Pandeglang.

Kawedanan Pandeglang ini terdiri dari dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pandeglang dan Kecamatan Cadasari.

Kemudian bentuk pemerintahan ini diubah melalui Staatsblad Nomor 73 Tahun 1874. Dalam aturan baru ini, Pandeglang resmi berstatus kabupaten.

Aturan yang berlaku pada tanggal 1 April 1874 itu menyebutkan bahwa Pandeglang memiliki 9 distrik atau kawedanan.

Sembilan kawedanan itu adalah:

Baru pada tahun 1925, wilayah Pandeglang resmi menjadi kabupaten yang berdiri sendiri terpisah dari Karesidenan Banten.

Mengingat 1 April 1874 merupakan tanggal dimulainya Kabupaten Pandeglang, maka hari tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Pandeglang.

Asal-usul Nama Pandeglang

Wilayah Pandeglang sebenarnya sudah dihuni sejak masa kejayaan Kesultanan Banten pada abad XVI.

Hal itu dapat dibuktikan dengan catatan tentang asal-usul nama Pandeglang yang berlatar belakang Kesultanan Banten.

Disebutkan bahwa Pandeglang merupakan singkatan dari Pandai Gelang, atau tempat tinggal tukang menempa gelang.

Cerita tentang Pandai Gelang ini berkaitan dengan meriam milik Kesultanan Banten yang bernama Si Amuk.

Saat itu, Sultan Banten meminta pandai besi di wilayahnya untuk membuat gelang bagi Si Amuk, namun tidak ada yang bisa.

Hingga kemudian terdengar kabar ada seorang pandai besi di Desa Kadupandak, Pandeglang yang dikenal sakti.

Maka Sultan pun meminta pandai besi di desa itu untuk membuatkan gelang untuk Si Amuk.

Ternyata orang tersebut berhasil membuatkan gelang seperti yang diinginkan Sultan Banten.

Sejak saat itu, daerah tersebut dinamakan Pandai Gelang, yang seiring berjalannya waktu tereduksi menjadi Pandeglang.

Badak yang dimaksud adalah Badak Jawa atau Badak Sunda, yaitu badak bercula satu kecil.

Badak ini merupakan keluarga dari Rhinocerotidae, dan merupakan salah satu dari lima spesies badak yang masih ada.

Taman Nasional Ujung Kulon yang ada di Pandeglang, Banten merupakan salah satu habitat Bada Jawa ini.

Tercatat terdapat 50-60 Badak Jawa yang hidup di taman nasional ini, dan merupakan salah satu hewan yang dilindungi.

Selain berjuluk Kota Badak, Pandeglang juga menjadikan patung badak sebagai ikon kabupaten.

Tugu Badak itu berada di salah satu sudut Alun-alun Kabupaten Pandeglang, di Jalan Labuan, Kabupaten Pandeglang.

Sumber:
Pandeglangkab.go.id
Bantenprov.go.id
Tribunbanten.com

https://regional.kompas.com/read/2022/02/17/112830578/sejarah-dan-asal-usul-pandeglang-kabupaten-di-banten-berjuluk-kota-badak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke