Salin Artikel

Asal-usul, Ragam Jenis, dan Fungsi Wayang Kulit

KOMPAS.com - Kesenian Wayang Kulit telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pertama Indonesia dalam kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity pada tahun 2003.

Wayang kulit adalah kesenian dengan menggunakan bentuk karakter mitologi yang biasanya dibuat dengan menggunakan lembaran kulit binatang (kerbau atau sapi) yang dikeringkan.

Dimainkan oleh seorang dalang, wayang kulit membawa cerita-cerita dengan pesan yang berasal dari kepercayaan dan budaya setempat mengenai budi pekerti luhur, atau bahkan berupa kritik sosial.

Lalu bagaimana sebenarnya sejarah wayang kulit dan apa saja ragamnya di nusantara? Simak ulasannya berikut ini.

Asal Usul Wayang Kulit

Melansir laman indonesia.go.id, sebutan wayang berasal dari kata ‘Ma Hyang’ yang artinya menuju kepada roh spiritual, para dewa, atau sang kuasa.

Hal ini menjadi kebanggan tersendiri karena kesenian ini memang sudah dimainkan sejak zaman dahulu sejak kerajaan Hindu-Buddha di mana sebagian besar masyarakat masih memiliki kepercayaan terhadap dewa-dewa.

Bahkan setelah pengaruh Islam masuk ke tanah air, wayang kulit juga digunakan oleh para wali sebagai media penyebaran agama di Pulau Jawa melalui bidang kesenian.

Terkait sejarahnya, ada beberapa pendapat tentang dari mana asal-usul wayang kulit mulai dikenal di nusantara.

Pendapat pertama menyatakan bahwa asal usul wayang adalah Pulau Jawa (Indonesia) yang diyakini oleh JLA Brandes, GAJ Hazeu, J Kats, Anker Rentse, dan beberapa peneliti lainnya.

Pendapat kedua menyatakan bahwa wayang berasal dari India yang diyakini oleh penelitian R Pichel, Poensen, Goslings, dan Rassers.

Pendapat ketiga menyatakan bahwa asal usul wayang berasal dari percampuran budaya Jawa dan India yang didukung oleh penelitian J Krom dan WH Rassers

Sementara pendapat keempat, meyakini bahwa wayang berasal dari negeri China yang dinyatakan oleh G Schlegel.

Sementara dalam seperti diberitakan Kompas.com pada Selasa (16/11/2021), Guru Besar Ilmu Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Prof Kasidi Hadiprayitno menyatakan bahwa wayang sudah ada jauh sebelum abad ke-9.

Kasidi juga menjelaskan bahwa wayang di masa Majapahit sudah berkembang meski dari segi bentuk belum seperti saat ini.

Ragam Wayang Kulit di Indonesia

Indonesia memiliki puluhan ragam atau jenis wayang yang berbeda-beda di tiap daerah.

Pandam Guritno dalam karyanya Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila (1988) menyebut bahwa daerah seperti Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, dan Sumatera memiliki jenis wayang yang berbeda.

Di Pulau jawa sendiri dikenal adanya wayang beber, wayang gedog, wayang golek, wayang jemblung, wayang kalithik (klithik), wayang karucil (krucil), wayang langendria, wayang lilingong, wayang lumping, wayang madya, wayang pegon, wayang purwa, wayang puwara, wayang sasak, wayang topeng, dan wayang wong atau wayang orang.

Di Bali masyarakat mengenal adanya wayang gambuh, wayang parwa, dan wayang ramayana.
Sementara di Lombok ada wayang sasak, di Kalimantan ada wayang banjar, dan di Sumatera ada wayang palembang.

Masih ada berbagai jenis wayang bisa dibagi dalam tiga kriteria seperti pelaku, sumber cerita, dan bahasanya.

Yang pasti, wayang tidak bisa dilihat hanya sebagai benda, karena sebenarnya kesenian ini memiliki arti yang lebih dalam, serta berbagai pesan yang bisa disampaikan sehingga harus selalu dijaga kelestariannya agar tidak hilang ditelan zaman.

Sumber:

https://indonesia.go.id/kategori/keanekaragaman-hayati/751/keragaman-wayang-indonesia

https://www.indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/wayang-kulit-salah-satu-identitas-kesukuan

https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/16/190200765/ramai-soal-klaim-wayang-kulit-dari-malaysia-ini-sejarah-wayang?page=all

https://regional.kompas.com/read/2022/01/06/203258578/asal-usul-ragam-jenis-dan-fungsi-wayang-kulit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke