Salin Artikel

Kisah Wayang Krucil di Magetan, Berusia 400 Tahun, Hanya Dipentaskan oleh Dalang Terpilih

Keberadaan wayang krucil di Desa Bedagung, sudah dianggap sebagai punden desa oleh masyarakat.

Sejumlah kisah menyertai wayang berusia lebih dari 400 tahun tersebut.

Kisah wayang krucil

Wayang krucil, menurut penuturan turun temurun, dipercaya berasal dari sebuah bongkahan kayu yang bergerak, namun bisa menolak saat akan dibakar.

Sugeng Hariyanto, penerus ketujuh dari pemilik pertama wayang krucil di Desa Bedagung mengatakan, wayang krucil dulunya ditemukan di dalam sebuah bongkahan kayu yang terbawa aliran sungai.

Wayang itu ditemukan oleh kakek buyutnya yang bernama Mbah Dipo, saat mengerjakan ladang di hutan kaki Gunung Lawu.

Pada saat itu, kayu tersebut akan digunakan untuk membuat perapian di kebun. Konon, setiap akan termakan api, kayu tersebut selalu bergerak menjauh.

“Oleh kakek buyut kayu tersebut kemudian dibelah dan di dalamnya terdapat wayang krucil tersebut,” ujar Sugang Hariyanto Selasa (30/11/2021).

Dikembangkan dan dipentaskan

Sugeng Hariyanto menambahkan, dari dua wayang yang ditemukan, kakek buyutnya kemudian mengembangkan menjadi puluhan tokoh wayang lainnya hingga bisa dipentaskan.

Dia mengaku pernah mengikuti pementasan wayang krucil sebagai penabuh gamelan saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Mesti tidak pernah latihan, namun dia mengaku lancar menabuh gamelan mengiringi cerita yang dipentaskan.

“Setiap siapa saja yang diajak main sudah bisa tanpa latihan. Secara logis nada gamelannya monoton, tapi secara spiritual siapa yang ditujuk untuk memainkan pasti bisa,” imbuhnya.

Kakeknya yang merupakan keturunan terakhir sebagai dalang wayang krucil berpesan, siapa pun akan bisa memainkan cerita wayang krucil hanya jika dibutuhkan untuk memainkan wayang tersebut.

Kebisaan kakeknya mementaskan wayang krucil disebut seperti panggilan jiwa.

”Kakek saya bilang, memainkan wayang krucil seperti menunggu 'wahyu' atau anugerah, karena tiba masanya orang yang harus mementaskan wayang itu, dia akan bisa tanpa belajar. Dari 7 keturunan simbah saya, semua seperti itu,” ucapnya.

Terakhir dipentaskan 30-an tahun lalu

Wayang krucil terakhir dipentaskan pada tahun 1986 atau sekitar 30-an tahun lalu.

Wayang itu konon hanya ditampilkan disaat saat tertentu atas permintaan seseorang yang mempunyai nazar atau cita-cita yang telah terlaksana.

Saat itu dirinya yang masih kecil juga ikut menabuh gamelan.

Sejak saat terakhir itu hingga kini, wayang krucil tidak pernah dipentaskan lagi.

Apalagi sang kakek kemudian meninggal beberapa tahun lalu.

Praktis puluhan wayang dan gamelan yang tersimpan di rumah neneknya tersebut tak lagi bisa dinikmati penonton.

Tak bisa berbuat banyak

Adanya pesan dari kakeknya terkait dalang wayang krucil adalah dalang yang telah tepilih untuk mementaskan wayang tersebut, membuat Sugeng Hariyanto selaku salah satu generasi penerus tak bisa berbuat banyak

Apalagi kisah yang ditampilkan merupakan kisah yang tidak pernah dibukukan atau didokumentasikan.

“Kita tidak tahu seperti apa dalang terpilih untuk memainkan. Kakek saya bilang jika tidak terpilih bisa mempengaruhi usia orang yang mementaskan wayang krucil,” katanya.

Saat ini, peralatan seperti gong, kendang serta lainnya sudah mulai rusak.

Minimnya kepedulian masyarakat akan keberlangsungan wayang krucil turut membuat kebudayaan langka tersebut mulai dilupakan.

Saat ini Sugeng Hariyanto hanya bisa merawat peninggalan wayang yang diperkirakan telah berusia 400 tahun tersebut.


Dinas Pariwisata Magetan lakukan observasi.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan Joko Trihono mengaku, saat ini pihaknya melakukan upaya penyelamatan kesenian wayang krucil dengan melakukan pendataan dan kajian terhadap kebudayaan langka tersebut.

Bagaimana pun, wayang krucil yang ada di Desa Bedagung merupakan khazanah kesenian yang harus dilestarikan.

“Kita sudah melakukan pendataan dan kajian terkait keberadaan wayang krucil dengan kita mendatangi, kita mendata dan mendokumentasikan kesenian tersebut,” ujarnya.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan rencananya akan melakukan duplikasi wayang, sehingga wayang krucil nantinya bisa dipentaskan sebagai sebuah pagelaran.

Duplikasi juga dimaksudkan untuk menghindari kerusakan wayang dan pemahaman sakralnya wayang krucil.

“Ini masih solusi yang akan kita tawarkan kepada keluarga pemilik untuk menduplikasi wayang, sehingga yang dimainkan itu wayang replika bukan wayang yang dianggap sebagai punden yang mempunyai konsekuensi tertentu menurut mereka,” pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/11/30/120945078/kisah-wayang-krucil-di-magetan-berusia-400-tahun-hanya-dipentaskan-oleh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke