Salin Artikel

400 Budaya Spiritual Teridentifikasi di Sekitar Candi Borobudur

MAGELANG, KOMPAS.com - Sebanyak 400 budaya spiritual berhasil teridentifikasi di 20 desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Identifikasi dilakukan oleh Tim Eksotika Desa Kementerian Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud dan Ristek) dan masyarakat setempat.

"Ternyata kita menemukan sekitar 400 cerita budaya spiritual, itu belum semua karena baru dilakukan 2 bulan terakhir, pada bulan Sura dan Sapar (bulan pada kalender Jawa)," kata Panji Kusumah, pendiri Eksotika Desa Borobudur, pada kegiatan Sarasehan Budaya Spiritual Kawasan Candi Borobudur di Balkondes Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Senin (8/11/2021).

Menurut Panji, kemungkinan jumlah tersebut dapat bertambah karena proses identifikasi baru permulaan.

Terlebih, masyarakat di kawasan sekitar Candi Borobudur masih mengadakan kegiatan budaya spiritual pada bulan-bulan tertentu, yakni bulan Maulid, Rojab, dan lainnya. 

"Itu baru budaya spiritual pada pergantian bulan (kalender) Jawa. Belum lagi terkait daur hidup, seperti kehamilan, kelahiran, selapanan, sunatan dan sebagainya," tambah Panji.

Dikatakan, identifikasi budaya spiritual di 20 desa di sekitar Kawasan Candi Borobudur tersebut dilakukan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat bekerja sama dengan Eksotika Desa, dan juga melibatkan partisipasi aktif dari warga desa.

“Kami menggandeng generasi muda sebagai pemilik dan pewaris kebudayaan. Adapun pendekatan yang dilakukan  melalui pendekatan njajah desa milangkori dengan proses sowan, srawung, dan dolan yang dilakukan berulang-ulang untuk menumbuhkan rasa percaya. Karena ternyata tidak mudah bagi para sesepuh desa untuk menceritakan hal-hal terkait spiritualitas,” katanya.

Hasil identifikasi tersebut kemudian dihimpun dalam bentuk buku, yang disertakan pula peta budaya spiritual masing-masing desa. Harapan ke depan indentifikasi ini menjadi sumber belajar nilai-nilai budaya spiritual masyarakat.

"Bahkan ada yang mulai dikembangkan menjadi pembiasaan berperilaku sejak dini, lewat sekolah formal maupun non formal, misalnya tentang unggah-ungguh (sopan santun). Selain itu juga dikembangkan untuk pengembangan ekonomi lokal dan wisata," kata Panji. 

Menurutnya, budaya spiritual yang hidup di masyarakat kawasan Borobudur merupakan wujud dari pandangan hidup tentang keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

Diharapkan dengan adanya penggalian budaya spiritual tersebut, semua anak di Indonesia sejak usia muda mengenal lingkungan alam, hubungan dengan manusia, dan nilai-nilai hidup dalam masyarakat secara utuh.

Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud dan Risktek, Sjamsul Hadi menjelaskan, identifikasi budaya spiritual merupakan ruang bagi masyarakat untuk menemukan, menggali, dan mengenali kembali warisan maupun potensi budaya spiritual yang ada di wilayahnya, seperti halnya di Borobudur.

“Budaya spiritual yang hidup di masyarakat kawasan Borobudur merupakan wujud dari pandangan hidup tentang keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam,” tutur Sjamsul.

Sjamsul berharap, hasil identifikasi budaya spiritual  tersebut  dapat digunakan sebagai pijakan bagi upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di kawasan Candi Borobudur.

“Dalam melakukan identifikasi tersebut tanpa meninggalkan identitas (nilai) ataupun mengurangi keluhuran (makna) dari obyek kemajuan kebudayaan yang dimiliki masyarakat,” ungkap Sjamsul. 

https://regional.kompas.com/read/2021/11/09/121538078/400-budaya-spiritual-teridentifikasi-di-sekitar-candi-borobudur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke