Salin Artikel

Kisah Pria Difabel di Mamasa, Jadi Pandai Besi demi Nafkahi Istri dan 8 Anaknya

MAMASA, KOMPAS.com – Sulitnya perekonomian sejak pandemi Covid-19 tidak membuat seorang pria difabel di Desa Salumokanan, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Martinus (57) menyerah pada keadaan.

Kendati harus merangkak lantaran kakinya lumpuh sejak kecil, pria paruh baya ini terus berjuang dan bekerja sebagai pandai besi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Sudah 30 tahun lebih, Martinus mengisi hari-harinya dengan bekerja sebagai pandai besi.

Walau usianya terbilang tidak lagi muda lagi, Martinus harus menguras tenaga untuk membakar dan membentuk lempengan besi tua menjadi parang agar menjadi produk bernilai jual tinggi.

“Bahan bakunya susah. Kalau ada lempengan besi ya kerja, tapi kalau tidak ada ya menganggur lagi,” kata Martinus seraya memulai perbincangan dengan Kompas.com, Selasa (21/9/2021).

Kendati penghasilan yang diperoleh dari hasil membuat parang tidak seberapa, Martinus tidak punya pilihan lantaran sulitnya mendapat pekerjaan lain.

Kaki Martinus lumpuh lantaran terjadi benturan saat bermain sepak bola bersama teman-teman sekolahnya.

Karena keterbatasan biaya dan jarak, Martinus saat itu tidak memeriksakan kondisi kakinya ke rumah sakit.

“Dulu waktu main bola di sekolah terlibat benturan dnegan teman hingga luka parah. Terus terang saya tidak pernah ke rumah sakit atau ke dokter karena masalah biaya, terus rumah juga cukup jauh dari kota," kata Martinus.

Martinus sejak saat itu mulai kesulitan beraktivitas. Ia terpaksa merangkak dengan bantuan kedua tangannya agar dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Saat ditemui di workshop yang sederhana, Martinus mengaku dalam sehari mampu menghasilkan tiga buah parang atau pisau.

Setiap parang produksinya biasa dijual seharga Rp 70.000 sampai Rp 100.000, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan.

Namun, terkadang tidak ada parang yang bisa dibuat Martinus karena kesulitan mendapatkan bahan baku.

Terkadang bahan baku lempengan besi tua ia dapatkan dari pemberian tetangganya.

Meski hidup dalam kondisi keterbatasan, Martinus selalu bersyukur atas nikmat dan anugerah yang diberikan oleh sang khalik.

Pasalnya, sampai saat ini masih bisa memberikan nafkah untuk istri dan delapan anaknya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/21/135330878/kisah-pria-difabel-di-mamasa-jadi-pandai-besi-demi-nafkahi-istri-dan-8

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke