Salin Artikel

Kisah Bu Uun, Tinggal di Rumah Tak Layak Huni Seorang Diri demi Menjaga Asa Wasiat Orangtua

BANDUNG, KOMPAS.com – Sebuah rumah semi permanen tampak berdiri di lahan kosong di tengah pemukiman penduduk di Jalan Tubagus Ismail, Kampung Kubang Utara, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Secara fisik, rumah berlantai dua itu seperti sudah ditinggalkan penghuninya sejak lama. Dari luar, tampak potongan kaca menempel hanya sekedar menutupi jendela di lantai dua.

Di bagian kiri, tampak lubang besar menganga pada sebuah dinding bilik, kayu penopang rumah itu terlihat sudah miring seperti hendak roboh.

Namun pagi itu, seorang wanita tua terlihat keluar dari rumah tersebut.

Nenek itu berjalan perlahan membawa nasi putih sisa, nampaknya ia hendak menghangatkan kembali sisa makanan itu pada sebuah kompor minyak yang ia taruh di luar rumahnya.

“Itu Mak Uun lagi masak, masaknya emang suka di luar,” kata seorang warga yang menunjukkan sang pemilik rumah, Bu Uun.

Bu Uun merupakan salah satu warga Kota Bandung yang hidup dengan kondisi rumah tak layak huni. Meski bermukim di tengah kota, namun Bu Uun hidup dalam keterbatasan.

Rumah yang ditempatinya itu tak berpintu. Saat memasuki rumahnya, tampak di lantai pertama dijadikan dapur ala kadarnya.

Rumah lansia itu juga tak memiliki sarana Mandi, Cuci, Kakus (MCK), yang ada hanya sebatas tempat menyimpan ember berisi air dengan ditutupi genteng supaya tak terkena debu.

Sementara di lantai dua rumahnya, ada kamar Bu Uun yang ditempati untuk tempat istirahatnya sehari-hari.

Di kamar itu, Bu Uun hanya memiliki dipan besi yang sudah berkarat dengan kasur kapuk usang.

Tak jauh dari dipannya, sebuah lubang menganga yang nampaknya dinding bilik itu sudah tak kuat termakan usia.

Setiap malam, Bu Uun hanya ada satu lampu menggantung menjadi penerang di kamarnya dengan aliran listrik yang didapatkan dari tetangganya.

Bu Uun tinggal sendiri di rumahnya setelah suaminya sudah meninggal sejak lama, sementara anaknya tidak diketahui keberadaannya dan tak pernah pulang untuk menemui Bu Uun.

“Sendiri di sini,” katanya.

Wasiat dari ibu

Bu Uun juga mengatakan, bahwa ia sendiri tinggal di rumah tersebut karena wasiat dari ibunya.

Ia pun sempat ingin membangun rumahnya itu, namun tertunda lantaran kena tipu orang.

“Dulu sempat mau bangun rumah, tapi ditipu, dia bawa kabur uang saya,” kata Bu Uun.

Meski tinggal di rumah tersebut sendiri, Bu Uun masih memiliki adiknya, Bu Omoh (76) yang tempat tinggalnya tak jauh dari rumah kakaknya itu.

Menurut adiknya, Bu Uun sempat menikah dan ikut suaminya asal Bojonegoro di luar daerah, lalu pindah lagi ke kampung ini. Orangtuanya kemudian membuat rumah untuk Bu Uun.

"Pindah kesini, sama ibu dibuatkan rumah di sana. Jaman dulu itu masih rumah panggung Rp 750 beli rumahnya," kata Bu Omoh.

Sejak kepindahannya ke Bandung, Bu Uun mendapat wasiat dari orangtuanya untuk menjaga rumah itu.

Ia pun sudah pernah membujuk sang kakak untuk tinggal dengannya atau menempati rumah kosong milik anak Bu Omoh, namun Bu Uun menolak.

"Iya wasiat dari ibu," katanya.

Kendati demikian, Bu Uun tetap mendapatkan bantuan untuk hidup dari adiknya.

“Kalau ada makanan seperti ikan asin atau pun roti, pemberiannya ya kami bagi. Kalau pun ada bantuan, saya selalu bagi dua sama kakak saya,” katanya.

Menurut Omoh, sejak dulu ia bercita-cita untuk membangun rumah yang layak untuk kakaknya itu.

Saat ini, material bangunan pun sudah terkumpul meski belum maksimal. Namun setidaknya ia punya niatan baik untuk kehidupan yang layak bagi kakaknya itu.

"Siapa tahu ada orang (lain) pengen bangun rumah itu juga," katanya

Akan Dibangun secara swadaya

Ditemui ditempat lain, Ketua RW 07 Rustama mengatakan, bahwa pengurus daerah setempat memang prihatin dengan kondisi Bu Uun, rumah tak layak huni itu sebelumnya rumah biasa

Namun karena tak terurus dan termakan usia, rumah itu kini semakin lapuk seperti akan roboh.

“Dan kami rencananya barusan sudah musyawarah dengan pihak terkait tadi mungkin akan meneruskan membangun bangunan yang sudah ada itu dengan cara swadaya masyarakat yang ada, sehingga rumah beliau layak huni,” ucapnya.

Selain itu, rasa peduli warga terhadap Bu Uun juga tetap terjalin, banyak bantuan dari tetangga atau warga setempat, termasuk dari pemerintah yang langsung di salurkan kepadanya.

Bahkan kondisi Bu Uun dipantau warga dan aparat setempat.

“Terus memang kami suka kontrol, kan ada tetangga dekatnya kalau ada apa-apa info dari warga kalau nenek sakit suka sampai ke sini. Tapi sepengetahuan saya memang kesehariannya di rumah saja,” ujarnya.

Sementara itu, Pegawai Sosial Masyarakat (PSM) Coblong Dinas Sosial Kota Bandung, mengatakan, bahwa pihaknya sudah beberapa kali mengajukan rumah layak bagi Bu Uun.

Pengajuan itu melalui Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-Rutilahu) Program Nasional Pemberdayaan Masyarat (PNPM) Pemeritah Kota (Pemkot) Bandung di tahun 2015 dan program Rutilahu Pemkot Bandung melalui Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Pertamanan (DPK3) Kota Bandung.

Namun upaya tersebut tak terealisasi lantaran terkendala aspek administratif kepemilikan tanah.

“Rumah itu tak ada sertifikat atau akta jual beli. Jadi termasuk pada tanah Pemkot. Jadi mungkin hanya hak guna pakai. Kalau pun kita ajukan ke pemkot mungkin hanya akan keluar hak guna pakai, dan itu untuk pembangunan bersifat APBD akan terkendala pada sistem itu,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya kini kembali berembuk dengan berbagai pihak mencari solusi agar Bu uun mendapatkan tempat yang layak untuk dihuni. 

“Mungkin bisa dengan Pak RW untuk memperkuat karena itu wilayah warganya dan kita ingin memanusiakan seorang Bu Uun, minimal satu tempat layak. Walaupun kita mentok di bantuan APBD atau pemerintah. Ya kita coba lah menggandeng beberapa, mungkin melalui CSR (Corporate Social Responsibility),” ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/14/150500178/kisah-bu-uun-tinggal-di-rumah-tak-layak-huni-seorang-diri-demi-menjaga-asa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke