Salin Artikel

Gurihnya Bisnis Camilan Kiloan, Laris Manis meski Pandemi

Meski bukan makanan pokok, camilan tetap dicari dan ramai peminatnya.

Kebiasaan "ngemil" membuat makanan ringan selalu dibutuhkan.

Hal ini, menurut Feri, membuat bisnis camilan tetap bertahan saat pandemi Covid-19.

"Pasti penjualan ada turun, tapi cemilan sekarang tak beda jauh sama sembako. Selalu ada barang keluar (terjual) setiap hari," kata Feri saat ditemui di tokonya, Sabtu (11/9/2021).

Feri memiliki toko fisik di Jalan Kolonel Sugiono, Banyuwangi.

Ia menjual ratusan jenis camilan, mulai dari kripik usus, berbagai jenis kerupuk, sus kering, hingga melinjo.

Ia menjual eceran dari ukuran 250 gram, hingga grosir dengan ukuran per bal berisi 2 hingga 4 kilogram.

Butuh adaptasi

Menurut Feri, di semua bisnis yang terpenting adalah adaptasi.

Meski memiliki toko fisik, namun penjualan secara online yang justru menjadi andalannya.

Ia selalu memasarkan jualannya di marketplace yang ada di media sosial Facebook.

"Kalau tips jualan saat ini ya harus ke online, karena tak menutup mata, dunianya sudah seperti ini. Orang tak mau ribet dan semua serba online," kata Feri.

Berjualan secara online bukan berarti hanya sekadar menampilkan foto produk, tetapi juga harus disertai deskripsi yang jelas.

Kemudian, menyertakan harga di setiap produk.

Selain itu, menurut Feri, pedagang harus membangun branding atau persepsi dan citra toko sejak awal.

Misalnya, ketika konsumen ingin mencari camilan, maka yang diingat pertama kali oleh calon pembeli adalah toko miliknya.

"Yang berbayar ini untuk mengenalkan produk kita dan memperluas jangkauan," kata dia.

Feri mengatakan, produk miliknya yang paling banyak dicari adalah kripik usus.

Kripik ini ia datangkan dari Sidoarjo.

Pada saat pandemi, dalam sehari ia mampu menjual hingga 30 bal, dengan ukuran 2 kilogram tiap bal.

Sementara sebelum pandemi, ia mampu menjual kripik usus hingga 50 bal dalam sehari.

Strategi awal bisnis camilan

Banyak cara yang bisa dilakukan jika ingin memulai usaha menjual camilan.

Apabila modal yang dimiliki kecil, maka bisa memulai dengan mengemas ulang camilan.

Misalnya, mengemas camilan ke ukuran ekonomis seperti 100 gram, 250 gram, hingga 500 gram.

Kemudian menjual jenis camilan yang paling diminati di sekitar tempat tinggal.

"Ini untungnya bisa lebih banyak," kata Feri.

Hal yang sama diungkapkan Maya Rosita (35), pemilik toko Raja Cemilan, di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Banyuwangi.

Maya awalnya mengemas ulang camilan di wilayah Jember selama 4 tahun terkahir.

Setelah modal terkumpul, ia membuka toko lebih besar dan berjualan eceran dan grosir di Banyuwangi, sejak Maret 2021.

Ia memilih Banyuwangi, karena belum banyak toko yang fokus menjual camilan kiloan.

Meski baru berjalan beberapa bulan, bisnis camilan kiloan miliknya berkembang, dan sehari mampu menghasilkan omzet sebesar Rp 2 juta.
 
"Ada 150 item yang dijual dan sekarang omzet bisa Rp 2 juta sehari," kata Maya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Maya mengatakan, bisnis camilan membutuhkan keuletan.

Sebab, setiap barang yang dijual harus dirawat dan diperiksa satu per satu setiap harinya.

Riset pasar juga perlu dilakukan. Sebab, lidah masyarakat di daerah satu pasti berbeda dengan daerah lainnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/12/154757878/gurihnya-bisnis-camilan-kiloan-laris-manis-meski-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke