Salin Artikel

Seorang Remaja Riau Ditemukan Tewas di Kebun Sawit, Berawal Pelaku Sakit Hati dengan Korban

PEKANBARU, KOMPAS.com - Misteri tewasnya seorang remaja yang ditemukan di dalam kebun sawit PT PAL, Desa Penyaguan, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, akhirnya terungkap.

Jasad korban saat itu ditemukan pada Senin (30/8/2021), dalam kondisi bagian tubuh terpisah.

Kapolres Inhu AKBP Bachtiar Alponso mengungkapkan, korban BFR (13) ternyata tewas dibunuh oleh seorang pria berinisial PM (29), yang merupakan pekerja di sebuah perkebunan sawit, Desa Penyaguan.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku PM mengaku membunuh korban menggunakan senjata tajam," ungkap Bachtiar kepada wartawan saat konferensi pers di Polres Inhu, Jumat (10/9/2021).

Dijelaskannya, pelaku ditangkap di rumahnya sekitar pukul 23.00 WIB, Jumat (3/9/2021).

Pelaku ditangkap tim gabungan Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Inhu, Polsek Batang Gangsal dan dibantu tim Jatanras Polda Riau.

Bachtiar menyebutkan, pelaku diamankan dengan barang bukti berupa sebilah kapak, satu unit sepeda motor, satu lembar baju kaos, dan sepasang sepatu milik pelaku.

"Tersangka kita jerat dengan Pasal 80 ayat (3) jo 76C Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 perubahan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dan Pasal 340 atau 338 KUHP. Ancaman hukuman 20 tahun penjara," ungkap Bachtiar.


Karena sakit hati

Menurut Bachtiar, pembunuhan itu dilakukan pelaku karena sakit dengan korban dan keluarganya.

"Pelaku mengaku sakit hati, karena korban dan juga orangtuanya sering berkata kasar kepadanya, seperti memaki-maki pelaku," sebut Bachtiar, yang didampingi Kasat Reskrim, AKP Firman Fadhila dan PS Paur Humas, Aipda Misran.

Lebih lanjut, Bachtiar mengatakan, pelaku mengaku awalnya pergi untuk memanen sawit di tempat ia bekerja sekitar pukul 12.00 WIB, Jumat (27/9/2021).

Setibanya di simpang perumahan tak jauh dari tempat ia tinggal, pelaku melihat korban sedang duduk sambil bermain ponsel.

Pelaku lalu menghampiri korban dan justru yang memulai berkata tidak sopan kepada sang anak.

"Pelaku menyapa korban dengan mengatakan 'ngapa kau duduk di situ ikan teri'. Teguran pelaku itu mungkin membuat korban kesal, sehingga korban menjawab dengan kata-kata yang kurang sopan," kata Bachtiar.

Pelaku merasa tersinggung dengan perkataan korban. Namun, pelaku tetap melanjutkan perjalanan menuju lokasi kerja yang tak jauh dari lokasi korban bermain handphone saat itu.


Niat muncul usai bekerja

Setengah jam usai panen sawit, pelaku melihat ke arah korban yang saat itu masih duduk di sebuah tunggul kayu. Muncul di benak pelaku untuk menghilangkan nyawa korban.

"Pelaku mendekati korban sambil membawa senjata tajam. Kemudian, pelaku mengajak korban untuk melihat ikan dan korban pun ikut," kata Bachtiar.

Lebih kurang 100 meter berjalan kaki bersama korban, sambung dia, pelaku kemudian mengayunkan senjata tajam yang dibawanya ke arah korban.

Korban berteriak dan berusaha lari dalam keadaan terluka. Saat itu, korban sempat tersungkur di tanah dan berteriak meminta tolong.

Namun, pelaku terus mengejar dan berhasil menghilangkan nyawa korban.

Setelah kejadian itu, pelaku meninggalkan jasad korban dalam kondisi bagian tubuh terpisah ke dalam kanal yang tak jauh dari lokasi pembunuhan.

Pelaku kemudian menutupi jejak darah dari jasad korban dengan pelepah sawit yang sudah kering.

"Usai itu, pelaku pergi ke kanal tak jauh dari TKP (tempat kejadian perkara) untuk mencuci badan dan pakaiannya yang terkena percikan darah. Lalu, pelaku pulang ke rumahnya seperti tidak ada kejadian apa-apa," kata Bachtiar.

Dia menyebutkan, jasad korban ditemukan tiga hari kemudian setelah pembunuhan yang dilakukan oleh PM. 

Setelah mendapat laporan, pihak kepolisian membentuk tim untuk memburu pelaku, hingga akhirnya pelaku tertangkap.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/10/215120478/seorang-remaja-riau-ditemukan-tewas-di-kebun-sawit-berawal-pelaku-sakit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke