Salin Artikel

Kapal Egon Akhirnya Tiba, tapi Puluhan Sopir yang Telantar 3 Bulan hingga Telur Ayam Menetas Tak Boleh Masuk

LOMBOK BARAT, KOMPAS.com -Akhirnya Kapal Motor (KM) Egon yang ditunggu selama tiga bulan oleh puluhan sopir asal Sumba, Nusa Tenggara Timur, tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, Sabtu (4/9/2021) pukul 16.00 Wita.

Sebanyak 30 truk ekspedisi boleh masuk ke kapal tersebut. Namun, dari jumlah itu, hanya tiga truk yang sebelumnya sudah menunggu sekitar tiga bulan yang boleh ikut berlayar.

Sementara sopir truk lainnya harus menunggu lagi hingga KM Egon kembali tiba pada 7 September 2021. 

Salah satu sopir truk, Adi Lado (43) mengatakan, alasan hanya sebagian truk yang diperbolehkan naik kapal, karena para sopir kesulitan mengisi aplikasi pembelian tiket secara online.

"Mestinya kami yang telah lama parkir di sini diutamakan, didahulukan, tapi yang baru tiba justru didahulukan. Hanya beberapa truk yang bisa masuk dari kami yang lama menunggu, karena kami kesulitan membeli tiket secara online," kata Adi.

Adi berharap pihak PT Pelni di Pelabuhan Lembar dapat membantu mengisi aplikasi pembelian tiket KM Egon.

Selain Adi, ada Yan Rara Lunggi (25), sopir truk yang juga gagal berlayar karena kesulitan mengisi aplikasi tiket online.

Yan yang sudah bertahan dengan menjual cincin kawinnya hanya berharap segera tiba di kampung halaman di Sumba dan bertemu Meriaty. istrinya.

Dia berharap pada 7 September nanti bisa naik kapal dan pulang ke Sumba.

Nasib berbeda dirasakan sopir truk bernama Umbu Domu Ninggeding (43). Pria ini berhasil masuk ke kapal.

Dia berusaha keras masuk ke kapal dengan alasan harus membawa barang donasi untuk korban bencana di Sumba, NTT.

"Ini saya berusaha bisa masuk kapal. Saya memaksakan diri karena saya telah tiga bulan terkatung-katung di parkiran truk ekspedisi di bekas bangunan jembatan timbang Lembar. Saya usaha sebisa saya bisa naik kapal ini. Saya sempat ribut dengan petugas pelabuhan karena dilarang naik. Tapi karena saya bawa donasi untuk korban bencana dan warga tak mampu, saya akhirnya bisa naik bermodal KTP saja," katanya.

Umbu mengaku dia dan sopir lainnya gagap teknologi. Ini yang membuat mereka kesulitan mengisi pembelian tiket secara online.

"Kalau bisa pihak atau petugas Pelni datang, bantu kami mengisi pembelian tiket online. Kawan-kawan siap langsung bayar tiketnya, harga tiket Rp 4,7 juta. Masalah kami semua itu ya saat isi-isi aplikasinya. Belum dapat nomor tiket sudah gagal atau hangus. Bukan hangus uangnya ya, tapi hangus nomor tiketnya," kata dia.

Minggu pukul 0.24 Wita, KM Egon meninggalkan Pelabuhan Lembar membawa sebagian sopir ekspedisi pulang ke kampung halaman mereka.

Termasuk Umbu yang telah tiga bulan tertahan di Pelabuhan Lembar tanpa kejelasan.

Kapolsek KP3 Lembar Ipda Irvan Ronald yang dikonfirmasi terkait masalah yang dihadapi para sopir ekspedisi mengatakan, akan menindaklanjuti dan berkomunikasi dengan pihak Pelni.

Irvan menambahkan, memang hanya 30 truk yang bisa masuk ke KM Egon. Ini karena muatan sudah terisi dari Surabaya.

"Semuanya itu truk tertahan di sini yang masuk, cuma mungkin titik tunggunya tidak di lokasi parkir bekas jembatan timbang kemarin. Tanggal 7 nanti baru yang bisa muat banyak truk, karena langsung kembali dari NTT ke Lembar," kata Irvan.

Sebelumnya diberitakan, puluhan sopir truk telantar selama tiga bulan lantaran menunggu KM Egon.

Para sopir truk itu memarkirkan kendaraan mereka menunggu kapal di Jembatan Timbang, Pelabuhan Lembar.

Sebagian besar sopir lebih memilih menunggu kapal Egon di Pelabuhan Lembar daripada menuju Pelabuhan Kayangan menyeberang ke Pelabuhan Pototano Sumbawa, lalu ke Pelabuhan Sape Bima.

Adi Lado, salah satu sopir menuturkan, jika harus memakai rute alternatif itu, maka dari Sape, Bima, mereka mesti harus ke Labuan Bajo, Flores.

Dari Flores, mereka baru dapat menyeberang ke Sumba menggunakan kapal feri cucut.

Mereka membandingkan lamanya perjalanan antara Egon daripada kapal feri melalui Sape Bima ke Sumba.

Jika menaiki KM Egon, mereka hanya membutuhkan waktu 24 jam atau satu hari dari Lembar ke Sumba.

Sementara jika naik feri cucut, mereka butuh waktu 2 hari 2 malam dan belum tentu ada kapal feri dengan rute yang mereka inginkan. Mereka harus menunggu lama di Flores sebelum sampai di Waingapu.

Biaya juga membengkak jika mereka tidak menggunakan KM Egon.

Jika menggunakan kapal Egon, mereka bisa membeli tiket secara online Rp 4,3 juta.

Kemudian, membeli tiket untuk dua orang masing-masing seharga Rp 200.000 dan membeli BBM dari Lembar hingga ke Waingapu Rp 300.000.

Namun, jika menggunakan melalui jalur darat dan menyambung dengan kapal feri, biaya yang mereka keluarkan dari Kayangan ke Pototano hingga ke Sape menghabiskan Rp 600.000.

Kemudian, dari Sape ke Flores atau Labuan Bajo sebesar Rp 3,6 juta. Dari Labuan Bajo ke Pelabuhan Aimere, lalu ke Waingapu biayanya Rp 3,2 juta.

Sehingga, jika dikalkulasi, biayanya sudah Rp 7,4 juta. Itu belum termasuk biaya BBM yang harus dibeli mencapai Rp 820.000 dan beban kelelahan yang bisa dialami sopir dengan rute menyambung tersebut.

Untuk bertahan, puluhan sopir truk sampai menjual cincin kawin. Bahkan, telur ayam yang dibawa sampai menetas.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/05/063000178/kapal-egon-akhirnya-tiba-tapi-puluhan-sopir-yang-telantar3-bulan-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke