Salin Artikel

Kisah Nestapa Yuliana, Ditandu 37 Kilometer Lewati Bukit hingga Sungai demi Melahirkan di Puskesmas

Ibu hamil di pedalaman Pulau Seram, tepatnya di Kecamatan Inamosul dan Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat, harus berjuang untuk bisa melahirkan anak mereka di puskesmas.

Dalam beberapa kasus, sejumlah ibu hamil dari wilayah itu harus kehilangan bayinya karena keguguran di tengah perjalanan akibat kelelahan. Ada juga ibu hamil yang meninggal bersama bayinya di tengah hutan, dalam perjalanan menuju puskesmas yang berjarak puluhan kilometer dari desa.

Peristiwa seperti itu merupakan kejadian yang terus berulang di kampung pedalaman Pulau Seram, khususnya desa yang berada di wilayah pegunungan.

Seperti yang baru saja dialami Yuliana Lasattira (40), seorang ibu hamil dari Desa Huku Kecil, Kecamatan Elpaputih, yang harus betaruh nyawa menempuh perjalanan jauh agar bisa melahirkan bayinya di puskesmas.

Yuliana yang sedang hamil tua digotong keluarganya dari desa menuju puskesmas terdekat di Desa Elpaputi yang jaraknya mencapai 37 km. Kejadian itu terjadi pada Jumat (20/8/2021).

Yuliana dan keluarganya berasal dari kalangan tidak mampu dan hanya tinggal di gubuk.

Hengky salah satu tokoh masyarakat Huku Kecil yang juga kerabat korban mengaku, keluarga akhirnya memutuskan membawa Yuliana ke Puskesmas di Desa Elpaputih karena perutnya terus sakit dan kondisi tubuh yang melemah.

“Awalnya dirawat seadanya di desa tapi karena perut Yulia ini terus sakit dan kondisinya melemah hingga pingsan sehingga keluarga memutuskan untuk membawa ke Puskesmas,” kata Hengky kepada Kompas.com saat dihubungi dari Ambon, Sabtu (21/8/2021).

Jalan Terjal

Setelah diputuskan untuk dibawa ke puskesmas, keluarga pun mempersiapkan kain sarung, terpal, tali, dan batang bambu untuk membuat tandu.   

Yuliana ditandu menuju puskesmas di Desa Elpaputih. Mereka mulai berangkat dari desa sekitar pukul 10.00 WIT.

Menurut Hengky ada sekitar 20 anggota keluarga ikut membawa Yuliana dari desanya. Mereka bergantian menggotong Yuliana sambil menyusuri hutan lebat menuju puskesmas.

“Jarak dari desa ke Puskesmas itu sekitar 37 km, jadi kita berjalan kaki itu sekitar enam jam karena kita tiba itu jam empat sore,” katanya.

Hengky mengatakan perjalanan semakin berat karena keluarga harus menyusuri sejumlah jalan curam, bukit berbatu dan berlumpur hingga menyeberangi sungai besar.

Ada sejumlah sungai yang harus diseberangi. Dari sekian banyak sungai, mereka harus menyeberangi Sungai Nua dengan rakit yang terbuat dari bambu.


Sungai tersebut sangat luas dan deras sehingga butuh waktu lama untuk bisa menyeberang.

“Kalau sungai besar itu Sungai Nua kita menyeberanginya pakai rakit lalu kita berpegangan di tali dari kabel listrik yang kita taruh di situ. Itu memang alat transportasi empat desa di pegunungan yang selama ini dimanfaatkan,” ungkapnya.

Hengky mengaku keluarga juga menghadapi kendala dan tantangan karena sejumlah jembatan darurat yang dibuat warga telah roboh. Mau tak mau, mereka terpaksa harus menggotong Yuliana sambil menyeberangi sungai-sungai itu.

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan dan berhasil menyebrangi sungai Nua, Hengky dan keluarganya akhirnya memilih beristirahat di tepi sungai.

“Pas kita di tepi sungai itu, Pak Camat Elpaputih dan beberapa tenaga medis sudah menjemput di situ pertolongan pertama dilakukan, dan infus mulai dipasang di tubuh Yuliana,” katanya.

Setelah beristirahat sejenak, perjalanan membawa Yuliana kembali dilanjutkan. Butuh waktu lebih dari dua jam lamanya hingga akhirnya rombongan tiba di hutan Desa Elpaputih. Di hutan itu, ambulans telah menunggu Yuliana.

“Kita bawa sampai di ujung jalan di situ sudah ada mobil ambulans menjemput kira-kira jaraknya satu km menuju puskesmas,” katanya.

Kejadian Berulang

Kisah ibu hamil dari kampung-kampung pegunungan di Kecamatan Elpaputih ditandu warga puluhan kilometer menuju puskesmas untuk proses persalinan bukanlah kejadian pertama.

Pada kejadian sebelumnya, bahkan ada ibu hamil yang keguguran dan meninggal di perjalanan.

“Hal kaya begini sudah berulang kali terjadi, yang seperti beberapa waktu lalu itu ibu hamil yang 20 tahun itu juga sudah meninggal saya juga ikut membawanya ke puskesmas. Jadi yang kaya begini itu ada sampai ibu hamil yang mati di tengah perjalanan,” jelas Hengky.

Kondisi sangat memprihatinkan yang selalu menimpa warga di wilayah itu bukan tanpa alasan. Kejadian berulang itu bahkan telah terjadi puluhan tahun yang lalu dan sayangnya luput dari perhatian pemerintah. 

Hengky mengatakan, tak adanya fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau puskesmas pemantu di Desa Huku dan desa lainnya di wilayah itu merupakan salah satu penyebab. Lalu, akses jalan ke desa juga tak memadai.

“Di Huku Kecil dan desa-desa lainnya di atas itu tidak ada puskesmas, tidak ada tenaga medis dan tidak ada jalan, listrik juga tidak ada jadi kalau ada yang sakit atau hamil harus ditandu seperti begini,” ungkapnya.


Terdapat 75 kepala keluarga yang menetap di Desa Huku Kecil. Mereka hidup dalam kondisi serba kesulitan karena keterbatasan akses. Mayoritas warga juga berstatus miskin dan selama ini terisolasi.

“Warga di sini sangat susah mungkin karena kita sedikit jadi pemerintah tidak mau melihat kita di sini,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah dapat menggunakan nurani untuk melihat berbagai masalah yang terjadi di desa tersebut. Sehingga, masyarakat dapat merasakan keadilan.

“Kalau bisa lihat kita di sini, pakai nurani agar bisa merasakan penderitaan warga di sini jangan ada kepentingan saja baru datangi kami di sini,” katanya.

Tak ada Puskesmas

Camat Elpaputih, Ulis Nahuway mengakui Yuliana ditandu keluarganya menuju Puskesmas Elpaputih karena di Desa Huku Kecil tidak ada fasilitas kesehatan baik puskesmas dan pustu maupun tenaga medis.

Ia mengaku selain di Huku Kecil beberapa desa di pegunungan di wilayah itu juga belum tersentuh pembangunan seperti di Desa Abio, Ahiolo, Imabatai dan beberapa desa lainnya.

“Betul di sana ada beberapa desa itu tidak ada puskesmas dan tenaga medis. Dulu itu memang pernah ada bidan di Desa Huku Kecil tapi sekarang sudah tidak ada lagi saya tidak tahu apakah dia diberhentikan atau mengundurkan diri,” ungkapnya kepada Kompas.com saat dikonfirmasi.

Menurut Ulis, ia memilih berjalan kaki untuk menjemput Yuliana yang sedang hamil besar karena tak ingin sesuatu terjadi pada warganya itu.

Beberapa hari sebelum HUT RI, Ulis mengaku telah mendapat laporan ada warga yang hamil besar di Desa Huku Kecil. Ia kemudian berkoordinasi dengan petugas medis untuk mendatangi keluarga Yuliana agar segera dibawa ke Puskesmas.

“Tapi memang karena waktu itu pemuda semua baru pulang dari hutan mereka kelelahan dan baru membawa Yuliana kemarin,” katanya.

Ulis berjalan kaki sekitar dua jam dari Desa Elpaputih menuju Sungai Nua bersama pimpinan puskesmas dan sejumlah tenaga medis untuk menjemput Yuliana yang ditandu keluarganya.

Perjalanan panjang dan melelahkan itu harus ditempuh karena ia tidak menginginkan sesuatu terjadi pada warganya yang sedang membutuhkan pertolongan.

“Memang saya sangat capek sekali tapi kita rencana saat itu kalau mereka belum turun kita langsung jalan ke desa tapi saat sampai di sungai Nua kita ketemu dan kita kasih pertolongan pertama,” ungkapnya.

Ia bersykur karena setiba di Puskesmas, beberapa saat kemudian Yuliana langsung melahirkan bayinya dengan selamat.

“Puji Tuhan Yuliana sudah setelah tiba ibu Yuliana sudah melahirkan bayinya dengan selamat,” ujarnya.


Terkait belum adanya fasilitas kesehatan dan tenaga medis, Ulis mengaku telah beberapa kali menyampaikan hal itu ke pemerintah daerah dan dinas kesehatan, sayangnya keluhan masyarakat itu belum dapat diwujudkan.

"Saya sudah sampaikan itu ke pemda dan dinas kesehatan tapi soal implementasinya itu menjadi kewenangan pemda,” katanya.

Tolak Evakuasi

Terkait kasus yang menimpa Yuliana itu, Kepala Dinas Kesehatan Seram bagian Barat, Johanes Tapang mengaku pihaknya telah mengirim tim kesehatan sejak Senin (16/8/2021).

Tim kesehatan itu meminta keluarga agar segera mengevakuasi Yuiana ke Puskesmas, tetapi ditolak.

“Dari hari senin staf kami naik ke atas (Huku Kecil) untuk pengobatan lengkap dan imunisasi lalu ketemu sama ibu itu (Yuiliana) lalu di suruh turun,” katanya kepada Kompas.com via telepon seluler.

Tim kesehatan meminta Yuliana agar segera dievakuasi ke Puskesmas karena kondisinya yang sangat buruk.

Menurut Johanes, saat diperiksa kondisi kesehatan Yuliana sangat berisiko sebab mengalami gejala hipertensi, kelainan di mulut rahim, dan memiliki tekanan darah tinggi.

“Jadi kalau ditolong di situ sangat berisiko bisa perdarahan lalu meninggal jadi prosedurnya harus dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, tapi keluarga tidak mau lalu dimasukan ke medsos, kacau ini,” katanya.

Ia mengaku sesuai prosedur pasien yang dalam kondisi seperti itu harus dibawa segera ke fasilitas kesehatan yang memadai agar ditangani dengan baik.

“Jadi bukan kita tidak menghiraukan, harus sesuai prosedur kalau tidak mampu harus dirujuk ke yang mampu. Nah kemarin karena heboh di sana kita turun ke sana kita bilang kalau tidak mau turun kita tidak bertanggung jawab, jangan sampai kita disalahkan,” ungkapnya.

Ia menuturkan soal Yuliana harus ditandu keluarganya, itu merupakan hal biasa sebab tidak ada akses jalan yang memungkinkan ambulans menjemput pasien.

“Mengapa harus ditandu? ya memang harus ditandu karena tidak ada akses untuk kendaraan mau pakai apa untuk mengangkut dia, jadi kalau tidak ditandu tidak bisa jalan,” ungkapnya.

“Kalau ada akses jalan masa kita tidak bawa ambulans, kalau seperti ini siapa yang mau bawa kendaraan tembus hutan-hutan ke atas,” tambahnya.

Ia mengaku setelah dibawa ke Puskesmas, sore itu juga Yuliana langsung melahirkan bayinya dalam keadaan selamat.

“Dia sudah melahirkan anaknya yang kelima dengan selamat sore itu juga,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/21/151358478/kisah-nestapa-yuliana-ditandu-37-kilometer-lewati-bukit-hingga-sungai-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke