Salin Artikel

Kendarai Motor Modifikasi, Pasutri Penyandang Disabilitas Tempuh 1 Jam Perjalanan demi Ikut Vaksinasi

Kursi rodanya ditaruh dibelakang motor. Sedang sang istri dan kursi rodanya di sisi samping. Motor yang mereka kendarai melaju sekitar satu jam dan sampailah di Mapolres Karawang.

Subairi segera turun dan menggunakan kursi rodanya, pun membatu Devi turun. Keduanya lalu menuju stand vaksinasi.

Demi kesehatan diri, keluarga, dan rekan-rekannya, pasangan suami istri yang menikah awal tahun ini mau mengikuti vaksinasi.

Informasi vaksinasi mereka terima dari grup Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Karawang.

"Biar sehat, demi kesehatan keluarga," ujar Subairi usai mengikuti vaksinasi.

Tak hanya Subairi, Devi pun mengajak masyarakat tak takut untuk divaksinasi.

"Pesannya jangan takut buat divaksin, Jangan hanya denger dari isu orang," kata warga Tempuran, Karawang itu.

Apalagi keduanya tengah mengikuti pemusatan latihan untuk seleksi pekan paralimpic nasional (Peparnas) Papua 2020 untuk cabang tenis meja.

"Setelah sebelumnya main di rumah, ini pengalaman pertama mengikuti ajang pertandingan olahraga," Subairi menimpali.

Polisi juga memfasilitasi angkutan bagi penyandang disabilitas yang mempunyai keterbatasan untuk menuju Mapolres Karawang.

"Kami jemput bola dengan bus di kantong-kantong, di beberapa titik. Kemudian kita bawa ke Polres," ujar dia.

Vaksinasi bagi disabilitas dilakukan seiring program pemerintah untuk mencapai kekebalan kelopok.

"Maka hari ini kita fokus disabilitas, biar mereka juga bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari," kata dia.

Selain bagi penyandang disabilitas, hari ini Polres Karawang juga membuka vaksinasi bagi 300 masyarakat umum, mulai dari ojek online hingga perugas kebersihan.


Tak menyerah

"Saya sudah berobat ke banyak tempat, baik terapi maupun pengobatan medis lainnya, ke rumah sakit di Surabaya pun sudah," ujar dia.

Di usia belasan tahun itu, Subairi akhirnya memutuskan menerima keadaannya. Namun ia tak mau menyerah begitu saja.

"Saya berdamai dengan diri, menerima keadaan," ujar dia.

Lalu dengan untuk kemandiriannya, ia kemudian memodifikasi motornya. Ia tak ingin bergantung pada orang lain.

"Saat itu modifikasi habis sekitar Rp 7 juta. Saya modifikasi jauh sebelum menikah," kata dia.

Suatu hari, Subairi melihat peralon bekas bergelatakan di dekat rumahnya. Ia pun memutar otak. Ia lalu memungutnya. Dari tangan terampilnya, lahirlah lampu hias yang indah.

Modelnya macam-macam. Ada kaligrafi, kupu-kupu, Doraemon, hingga Ghost Rider. Harganya mulai Rp 50.000 hingga Rp 250.000.

"Kalau ditanya inspirasinya dari mana, ya karena kebutuhan apalagi sekarang sudah berkeluarga. Kemudian saya melihat peluang itu," ungkapnya sembari membenarkan kursi rodanya.

Satu lampu ia kerjakan satu hingga dua hari, tergantung bentuk. Sejauh ini pembeli lampu hias buatannya datang dari sekitar Jawa hingga luar Pulau Jawa.

"Alhamdulillah setelah saya pos di media sosial ada saja yang pesan. Ada yang pesan buat hiasan, kado, hingga souvenir pernikahan," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/19/121209978/kendarai-motor-modifikasi-pasutri-penyandang-disabilitas-tempuh-1-jam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke