Salin Artikel

Tak Ada Warganya yang Kena Covid-19, Dusun Citali Tetap Selenggarakan Ritual Hajat Lembur

Spesial karena momentum hari kemerdekaan ini bertepatan dengan tanggal 8 Muharam 1443 Hijriah. Di mana, tiap tanggal ini, warga dusun yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani ini merayakan hajat lembur.

Tokoh masyarakat Dusun Citali Dedi mengatakan, meski masih di tengah Pandemi Covid-19, warga Citali tetap melangsungkan hajat lembur yang sudah berlangsung secara turun temurun selama ratusan tahun ini.

"Alhamdulillah, warga kami juga tidak ada yang positif atau suspek Covid-19. Sehingga, kami tetap melangsungkan tradisi hajat lembur ini. Spesialnya pada tahun ini, karena bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia," ujar Ayah Dedi, sapaan akrabnya di tengah warga Citali kepada Kompas.com, Selasa (17/8/2021) sore.

Ayah Dedi menuturkan, perbedaan gelaran hajat lembur di masa pandemi dengan sebelum pandemi yaitu pada tahun ini tidak mengundang warga dari dusun lain.

Pejabat pun tidak ada yang diundang, termasuk wartawan. Karena dikhawatirkan menimbulkan kerumunan, sekaligus sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

"Iya gelaran hajat lemburnya di masa pandemi ini khusus untuk lingkup warga dusun kami saja. Dilaksanakan secara sederhana tapi tetap sesuai tradisi dan Alhamdulillah berlangsung khidmat," tutur Ayah Dedi.

Ayah Dedi menyebutkan, ritual hajat lembur dilaksanakan untuk tetap melestarikan tradisi sekaligus mengenalkan budaya asli kepada generasi muda. Sehingga dapat terus dilestarikan.

"Supaya generasi muda tidak lupa asal usulnya. Kemudian tiap tahun bisa terus dilaksanakan sampai anak cucu kita kelak. Tetap lestari meski zaman terus berubah," sebut Dedi.

Dedi mengatakan, tradisi hajat lembur sendiri merupakan ungkapan syukur atas hasil pertanian yang didapatkan selama satu tahun penuh.


Dalam pelaksanaannya, berbagai hasil tadi dikumpulkan warga. Kemudian, hasil tani dari warga tersebut kemudian diikat menjadi satu ikatan untuk kemudian dibagikan kepada tiap warga di Dusun Citali

"Hasil bumi ini dinamakan Darangdan. Ini merupakan simbol yang terdiri dari beberapa bagian tanaman palawija yang diikat. Untuk kemudian dibagikan kepada tiap warga, yang dipercaya secara turun temurun sebagai tolak bala," tutur Ayah Dedi.

Pada intinya, kata Dedi, hajat lembur ini merupakan ungkapan syukur sekaligus memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar hasil bumi pada tahun yang akan berjalan tetap melimpah. Selain itu, memohon doa perlindungan agar dapat terhindar dari marabahaya atau doa tolak bala.

"Pada tahun ini karena bertepatan dengan hari kemerdekaan, kami juga mengucap syukur atas nikmat kemerdekaan sekaligus berdoa agar wabah corona di Indonesia ini segera berakhir dan kita semua selalu terhindar dari wabah mematikan ini," kata Ayah Dedi.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/18/095656878/tak-ada-warganya-yang-kena-covid-19-dusun-citali-tetap-selenggarakan-ritual

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke