Salin Artikel

BUMD Riau Diharap Jadi Mitra Pertamina Kelola Blok Rokan

Dalam tata kelola baru, pihak daerah yakni Provinsi Riau, diberikan hak partisipasi (Participating Interest/PI) sebesar 10 persen, melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Tentunya, kebersamaan pengelolaan antara badan usaha milik negara (BUMN) Pertamina dan BUMD di blok minyak sebesar Rokan akan menemui banyak tantangan.

Sekjen Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo menyoroti pemberian hak partisipasi sebesar 10 persen tersebut.

Menurut dia, saat ini di banyak daerah penghasil migas, adanya fakta di lapangan banyak Participating Interest 10 persen dengan berbagai sebab belum diselesaikan atau belum diberikan ke BUMD.

Alasannya bisa karena kendala teknis, hingga non-teknis.

Padahal, pemberian Participating Interest sebesar 10 persen merupakan amanat Permen ESDM Nomor 37 tahun 2016, sebagai upaya pengembangan ekonomi daerah penghasil migas.

“Tantangannya, di antaranya diperlukan profesional migas untuk melaksanakan tata kelola PI 10 persen. BUMD pengelola harus slim dan agile, serta cepat dalam membuat dan mengolah keputusan strategis,” kata Hadi, dalam diskusi “Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Rokan”, Kamis (22/7/2021).

Tantangan lain, sosialisasi belum menyentuh akar semangat Participating Interest 10 persen yang menyangkut ada hak dan kewajiban masing-masing pihak. 

Selain itu, kurangnya komunikasi antara operator pengelola blok migas dan BUMD, karena level pemahaman yang berbeda.

"Saya berharap untuk BUMD Riau yang akan mengelola, PI dikelola secara profesional dan mampu menjadi mitra PHR," kata Hadi, dalam rilis pers, Jumat (23/7/2021).

"(Blok Rokan) Dikelola secara profesional dengan tetap memberikan ruang bagi keikutsertaan stakeholders di daerah secara bertahap. Selain itu, selain jadi pemasukan sebagai PAD, juga untuk mendorong potensi lainnya agar usaha BUMD Riau semakin berkembang,” lanjut Hadi.

Sebagai informasi, Blok Rokan dengan luas wilayah kerja sebesar 6.264 km2 memiliki 115 lapangan.

Selama berproduksi 70 tahun terakhir, blok ini berkontribusi sebesar 46 persen terhadap produksi minyak nasional.

Saat ini produksi minyak Blok Rokan mulai menurun, walau tetap menjadi tulang punggung produksi minyak nasional dan masih merupakan penyumbang produksi minyak terbesar nomor dua secara nasional.


Produksi semakin menurun

Produksi Blok Rokan di tahun 2020 sebesar 174.000 barel dan target 2021 sebesar 165.000 barel. Di 2020, Blok Rokan berkontribuasi sekitar 23 persen dari produksi nasional.

Menurut Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman, produksi minyak blok Rokan masih bisa digenjot.

"Blok Rokan juga memiliki potensi cadangan dalam bentuk unkonvensional. Sumur yang paling banyak dioperasikan di Rokan, ada 10.000 sumur, yang beroperasi saat ini sekitar 8.000,” ujar Fatar, dalam diskusi yang sama.

"SKK Migas telah melakukan koordinasi dengan PHR agar menggenjot pemboran sumur agar target produksi dan lifting 2021 dapat dicapai," lanjut Fatar.

Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee Arizon Suardin, setuju jika salah satu cara mempertahankan produksi blok Rokan adalah dengan terus melakukan pengeboran sumur minyak.

"Kami perkirakan dengan asumsi 70 sumur belum bisa diselesaikan saat alih kelola, jumlah sumur yang bisa dibor sampai Desember 2021 akan mencapai sekitar 164 sumur,” kata Jaffee.

"Ini yang harus kita manage agar produksi bisa dipertahankan. Ada sembilan bidang prioritas alih kelola. Kami akan teruskan apa yang belum diselesaikan, mulai 9 Agustus yang tujuannya agar pada 2021 jumlah sumur tidak kurang sesuai rencana," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/07/23/151408378/bumd-riau-diharap-jadi-mitra-pertamina-kelola-blok-rokan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke