Salin Artikel

Kisah Perawat Curi Tidur di Lemari akibat Kelelahan Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19

Dampak yang paling mereka rasakan adalah kelelahan fisik hingga beban psikis atas situasi dan risiko yang ada.

Kondisi itu di antaranya dirasakan oleh para nakes yang bertugas di RSUD Gambiran. Tenaga kesehatan di sana sampai memanfaatkan lemari untuk tempat beristirahat.

Rumah sakit itu padat pasien, sebab peruntukannya sebagai rujukan Covid-19.

Di rumah sakit tersebut terdapat 34 perawat maupun bidan serta 20 dokter dari berbagai spesialisasi.

Mereka bertugas di masing-masing lini secara bergiliran namun tetap kewalahan menghadapi lonjakan kasus ini.

Kepala Ruang RSUD Gambiran, Gigih, mengatakan, sejak dua pekan ini rumah sakitnya kedatangan banyak pasien.

Mereka akhirnya menumpuk di ruang Instalasi Gawat Darurat sebagai ruang penanganan awal.

Kapasitas normal ruang IGD sebanyak 18 tempat tidur, kini harus melayani hingga 30 pasien yang datang setiap harinya.

Sehingga ruangan IGD ini menjadi titik paling sibuk di rumah sakit.

"Pasien datang tak berhenti, akhirnya terjadi penumpukan di IGD. Itu yang membuat kami stres. Pasien yang datang duluan belum dapat kamar, sudah ada lagi pasien baru," kata Gigih, dalam siaran pers, Kamis (1/7/2021).

Apalagi, pasien yang datang itu kondisinya banyak yang tidak bagus. Situasi kedaruratan yang membutuhkan penanganan segera.

Sebagian besar dari mereka memiliki gejala batuk, kehilangan indra penciuman, hingga sesak napas dengan saturasi oksigen yang rendah.

"Akhir-akhir ini banyak pasien dalam keadaan tidak bagus. Saturasi di bawah 90, frekuensi napas lebih dari 30," kata Gigih.

Pandemi ini juga otomatis merubah prosedur penanganan pasien.

Misalnya, para nakes bertugas dengan kelengkapan APD yang cukup membebani kinerja, hingga mengambil alih peranan keluarga pasien seperti menyuapi makan maupun membersihkan diri.

Kondisi itu membuat tenaga dan pikiran para nakes cukup terkuras.

Situasi dan kondisi pelik yang berulang dan harus dihadapi setiap harinya. Demi tugas mulia menolong sesama manusia.


"Satu sisi kami harus melayani pasien dengan baik. Di sisi lain kami juga menjaga diri agar tidak terpapar. Satu tenaga medis sangat berarti dalam situasi ini," imbuh Gigih.

Dalam kondisi seperti itu, seluruh nakes berusaha saling menguatkan. Saling memberi semangat, tolong menolong untuk menumbuhkan energi positif.

Bantuan-bantuan kecil sesama nakes bisa cukup berarti. Tak jarang mereka saling memberi kesempatan untuk beristirahat jika benar-benar tak mampu lagi bekerja.

Jika lelah dan kantuk tak lagi tertahankan misalnya, terpaksa mereka mencuri kesempatan untuk tidur di meja atau bersembunyi di dalam lemari besar IGD.

“Di IGD ada lemari besar, kami sembunyi di dalam. Nyuri-nyuri waktu untuk duduk atau sekadar bersandar. Kadang tak terasa sampai tertidur sebentar. Lelah, kami sangat lelah,” kata Gigih.

Di tengah tekanan fisik dan psikis yang sangat besar itu, tak jarang mereka masih harus menghadapi keluarga pasien yang tidak puas.

Apalagi terhadap tudingan ‘sengaja dicovidkan’ dari keluarga pasien, merupakan hal yang paling menurunkan semangat.

Wakil Direktur Pelayanan RSUD Gambiran I Nengah Gangga mengatakan, nakes memang elemen kesehatan yang cukup terdampak dalam lonjakan kasus ini.

Oleh sebab itu, pihak rumah sakit menurutnya terus berupaya menjaga jangan sampai ada tenaga kesehatan turut terpapar.

Karena jika itu terjadi, maka rumah sakit akan kekurangan tenaga.

"Makanya kami jaga terus agar tidak sampai terpapar. Jangan sampai terjadi pasien nambah terus nakes terus berkurang," kata Gangga.

Bentuk perlindungan manajemen terhadap nakes itu, kata Gangga, di antaranya adalah kebijakan penerapan protokol kesehatan, pemberian APD, hingga vitamin pendukung.

Direktur RSUD Gambiran Fauzan Adima berharap masyarakat dapat memahami situasi yang ada dan tidak mendiskreditkan tenaga medis jika pelayanan yang diberikan dirasa kurang.

Pihaknya senantiasa membuka diri dalam menerima masukan dan saran selama itu disampaikan melalui mekanisme yang ada.

"Tenaga medis punya keluarga, mereka juga berisiko. Belum tentu mereka kuat, mudah mudahan masyarakat memahami," harap Fauzan.

Adapun soal tudingan "dicovidkan rumah sakit", Direktur RSUD Gambiran Fauzan Adima mengatakan, pihaknya berpegang teguh pada standar penanganan Covid-19.

Landasan penetapan status positif/negatif adalah hasil pemeriksaan laboratorium.


“Kalau memang menunjukkan adanya virus dari hasil pemeriksaan laboratorium, ya kami sebut Covid. Kalau bukan ya, bukan. Kalau boleh berharap, kami ingin semua pasien yang datang ke rumah sakit negatif, tidak terpapar. Petugas sudah sangat kelelahan,” kata Fauzan Adima.

Fauzan Adima menambahkan, adanya stigma " dicovidkan" tersebut memang masih berkembang di masyarakat.

Pemahaman yang berbeda tentang Covid-19 ini menjadi salah satu pemicunya sekaligus menambah beban penanggulangan virus.

Adapun perkembangan kasus Covid-19 di Kota Kediri, pada Rabu (30/6/2021) terdapat tambahan sebanyak 20 kasus.

Sehingga total terdapat 1.557 kasus dengan rincian 120 dirawat, 154 meninggal, serta 1.284 orang sembuh.

Pemerintah melalui Satgas Covid-19 Kota Kediri terus melakukan upaya-upaya penanggulangan penyebaran virus.

Di antaranya dengan menggenjot vaksinasi maupun membatasi aktivitas warga yang menyebabkan kerumunan. 

https://regional.kompas.com/read/2021/07/01/203817378/kisah-perawat-curi-tidur-di-lemari-akibat-kelelahan-hadapi-lonjakan-kasus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke