Salin Artikel

Pesta Porang, Petani Cianjur Untung Besar

Kegiatan panen di atas lahan seluas 1 hektar itu masih berlangsung sejak sepekan hingga Selasa (29/6/2021).

Hasilnya cukup menggembirakan. Sejauh ini, petani sudah memanen 10 ton porang.

Mereka pun menargetkan bisa menyelesaikan panen hingga akhir pekan ini.

“Targetnya di 30 ton. Optimistis bisa tercapai. Melihat hasilnya sejauh ini sangat bagus,” kata Dani (40), salah seorang petani kepada Kompas.com, Selasa.

Dani mengaku kaget melihat hasil tanam di kebunnya di Kampung Babakan Pandan, Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah.

Apalagi, bobot umbi yang dihasilkannya cukup mengesankan, ada yang mencapai 8 kilogram.

Untuk harga jual di tingkat petani, menurut Dani, saat ini seharga Rp 7.000 per kilogram umbi basah.

Alhasil, omzet yang dihasilkan Dani bisa mencapai Rp 210 juta, dari modal produksi Rp 100 juta.

“Alhamdulilah sudah ada yang siap tampung. Menunggu semua beres panen dulu,” ujar dia.

Selain keuntungan yang didapat dari hasil jual umbi, Dani juga mendapatkan bonus dari biji katak yang dihasilkan porang.

Namun, ia tak berniat menjual kendati harganya cukup tinggi, karena akan dijadikan bibit untuk musim tanam berikutnya.

Dani mengatakan, mulai bercocok tanam porang sejak September tahun lalu. 

Selama pengelolaannya, ia tidak mendapatkan banyak kendala, mengingat porang dikenal sebagai tanaman yang cukup tangguh terhadap kondisi cuaca. 

“Namun, yang harus diperhatikan itu di sistem drainasenya. Kalau ada genangan air, umbi bisa busuk. Selebihnya tidak ada kendala, paling gulma,” ungkap Dani.

Petani lain, Yadi Adriana (43) menyebutkan, saat ini sedang mengelola tanaman porang di atas lahan seluas 4,5 hektar yang tersebar di empat lokasi bersama petani yang lain.

Ada dua lahan di antaranya yang sedang melaksanakan panen.

“Lahan yang lain segera menyusul, paling seminggu lagi panennya,” ucap Yadi.


Yadi memutuskan beralih menanam porang setelah melihat nilai ekonomi dan pangsa pasar yang potensial.

Selain itu, budidaya tanaman porang terbilang mudah dengan risiko gagal panen yang kecil.

Kendati demikian, menurut Yadi, perlu diperhatikan adalah pemupukan dan penyemprotan selama pemeliharaan.

“Risiko gagal, kecil. Kalaupun ada umbi yang sebagian busuk atau rusak, masih bisa dijual,” ujar Yadi.

Menurut Yudi, yang terpenting adalah pemilihan bibit yang bagus dan berkualitas, karena akan berpengaruh terhadap hasil panen.

Selama ini, ia menampung dan membeli porang hasil panen petani.

“Saat ini saya beli Rp 7.000 per kilogram dari petani. Di bulan 8-9 nanti harganya bisa Rp 10.000 per kilogram umbi basah,” kata Yandi saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Kampung Kandang Sapi, Rabu (30/6/2021).

Menurut Yandi, saat ini makin banyak petani di Cianjur beralih menanam porang.

Dari data di Perhimpunan Petani Porang Nusantara (P3N) Cianjur, menurut Yandi, jumlahnya mencapai 200 orang dengan luasan lahan 100 hektar yang tersebar di semua wilayah Cianjur.

“Porang Cianjur sendiri sangat potensial. Pemain-pemain porang banyak yang kejar ke sini karena kualitas bibitnya sangat bagus,” kata Yandi.

“Kalau di daerah lain, bibit katak bobotnya paling 2 ons, tapi di sini bisa mencapai 4 ons lebih,” kata Yandi.

Yandi mengatakan, porang yang ia beli dari petani kemudian diolah dengan mesin khusus hingga membentuk cip atau keping ukuran 0,5 sentimeter.

Selanjutnya, cip dipasok ke sejumlah pabrik yang ada di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Porang yang sudah berbentuk cip itu oleh pabrik akan diolah menjadi tepung hingga ekstrak sebagai bahan baku makanan dan juga kosmetik,” kata Yandi.

Menurut dia, tren budidaya porang tidak akan musiman.

Namun, menjadi bisnis yang berkelanjutan, mengingat kebutuhan akan tepung porang terus meningkat setiap tahunnya.

“Kebutuhan ekspornya saja baru tersuplai 10 persen. Belum kebutuhan di dalam negeri. Jadi, masih sangat tinggi peluang pasarnya,” ungkap Yandi.

https://regional.kompas.com/read/2021/07/01/064220078/pesta-porang-petani-cianjur-untung-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke