Salin Artikel

Omzet Usaha Sirsak Beku Capai Rp 50 Juta Sebulan, Begini Cara Sucipto Mengolah Buah hingga Siap Dijual

Dari modal Rp 150.000, kini Sucipto memiliki omzet hingga Rp 50 juta dalam sebulan.

Sucipto membagikan bagaimana cara mengolah sirsak menjadi buah beku dan siap dijual ke konsumen.

Ia mengatakan tahap awal yakni memilih buah sirsak yang cukup tua. Buah sirsak yang sudah tua terlihat dari duri pada kulit buah yang mulai jarang.

"Sirsak tua begitu dipetik, tiga hari masak 95 persen, ini baru boleh kita kupas," kata Sucipto saat dihubungi, Rabu (23/6/2021).

Sirsak yang matang ini kemudian dikupas kulitnya dan memisahkan hati sirsak. Dari daging buah tersebut, kemudian dikeluarkan bijinya satu per satu.

"Setelah dikeluarkan biji, dimasukan freezer pendingin," kata dia.

Setelah itu, daging buah dikumpulkan dalam satu wadah dan dimasukan ke pendingin selama delapan jam.

Dalam waktu tersebut, daging buah yang jelek akan berwarna kuning dan merah. Daging buah yang bagus akan tetap berwarna putih.

"Yang merah dibuang, dan yang putih kita ambil, kita kemasi setiap satu ons," kata dia.

Setelah dikemas, buah dimasukan lagi ke mesin pembeku untuk pengawetan. Baru setelah dibekukan 10-12 jam, buah sirsak beku siap dikirim dan dijual ke konsumen.

Ia menambahkan, selama pengolahan, daging buah sirsak tak boleh dicuci karena menghilangkan aroma dan mempercepat pembusukan.

Sucipto mengatakan, permintaan buah sirsak di Indonesia saat ini masih tinggi.

Ia mengaku peluang usaha ini masih terbuka lebar. Namun kendala yang ia hadapi yakni jumlah pemasok buah, karena sirsak belum dibudidayakan.


Untuk memenuhi kebutuhannya, Sucipto mempekerjakan tujuh orang untuk mencari buah sirsak ke rumah-rumah warga.

Buah sirsak itu, ia beli seharga Rp 3.000 hingga Rp 4.000 tiap kilogram. Kemudian setelah dibekukan, ia menjualnya dengan harga Rp 15.000 per kilogram.

Selain untuk konsumsi, buah sirsak dicari untuk bahan kosmetik.

Rintis usaha dengan modal Rp 150.000

Istana Sirsak adalah nama yang dipilih Sucipto untuk usaha yang dirintisnya tersebut. Usaha itu berdiri di Banyuwangi, Jawa Timur.

Warga Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, ini merintis usahanya sejak 2014 dengan modal awal Rp 150.000.

Kini, produknya telah menembus berbagai kota di Tanah Air.

Sucipto bercerita, awalnya ia melihat potensi sirsak di Banyuwangi cukup berlimpah. Namun pemanfaatannya belum tergarap maksimal.

Di sejumlah pasar di Banyuwangi, banyak buah sirsak matang yang dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan.

"Lalu saya survei pasar, ternyata ada sirsak yang sudah masak lalu dibuang karena masyarakat tidak bisa mengolah," katanya dikutip dari rilis Pemkab Banyuwangi, Selasa (22/6/2021).


Ia menyayangkan hal itu karena buah sirsak sangat bermafaat untuk kesehatan.

"Lalu terpikir bagaimana memanfaatkannya," kata Sucipto.

Sucipto tergerak memperpanjang usia sirsak dengan cara dibekukan.

Bermodal Rp 150.000, ia bertekad memulai usahanya. Dari modal tersebut, kini omzet penjualannya mencapai Rp 50 juta per bulan.

“Dua tahun saya jatuh bangun, Alhamdulillah 2016 mulai banyak peminatnya. Bahkan saya sampai kewalahan memenuhi permintaan,” kata Sucipto.

Sirsak beku produksi Sucipto telah dipasok ke sejumlah pabrik dan restoran di berbagai kota, seperti Jakarta, Banjar, Bali, Surabaya, dan Mataram.

Ia menjelaskan, permintaan untuk Jakarta dan Banjar saja mencapai 1,5 ton per minggu. Itu pun hanya bisa dipenuhi 1 ton karena bahan bakunya terbatas.

Per hari, Sucipto bisa memproses sekitar tiga kuintal sirsak matang, menjadi 1,5 kuintal sirsak kupas beku.

Dalam produksi ini, Sucipto dibantu 13 karyawan. Ia mengatakan, bahan baku sirsak ini diambil hanya dari Banyuwangi.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/24/060000878/omzet-usaha-sirsak-beku-capai-rp-50-juta-sebulan-begini-cara-sucipto

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke