Salin Artikel

Ziarah Ramadhan di Kampung yang Hilang

Demikian juga yang dilakukan oleh para peziarah yang tetap berdatangan ke sebuah makam di tengah laut, persisnya di pesisir pantai Dukuh Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Tempat bersejarah yang lebih dikenal dengan nama makam Mbah Mudzakkir tersebut sepenuhnya dikelilingi oleh air dan menjadi sebuah misteri sehingga memancing rasa penasaran.

Konon sekitar 1990, ketika air laut perlahan lahan menerkam wilayah pemukiman padat penduduk tersebut, makam Mbah Mudzakkir tak tersentuh oleh air laut.

Bahkan mitos yang beredar dan hingga kini terus meluas menyatakan bahwa setiap kali air laut pasang makam tersebut juga ikut terangkat.

Namun, mitos tersebut belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Para peziarah yang datang tidak hanya dari wilayah Demak saja.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda bahkan orang orang yang ingin "ngalap berkah" dari berziarah ke makam para wali dari seantero Nusantara pun berbondong-bondong ke tengah laut untuk berdoa di sisi makam.

Pembatasan kegiatan sosial di tengah pandemi ternyata tidak terlalu berpengaruh bagi peziarah yang memang rutin mengagendakan safari ke makam para wali maupun ulama berpengaruh.

Selama Ramadhan tahun ini bahkan peziarah makin banyak yang datang meski tetap dengan protokol kesehatan.

Isrofi (61) salah satu peziarah asal Pati mengatakan, sengaja berziarah saat Ramadhan sebab  rombongan jemaahnya punya waktu lebih longgar selama bulan puasa.

"Ini pertama kali saya ke makam terapung. Tadi habis dari makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, sekalian ziarah ke sini.m," ungkap Isrofi saat ditemui Kompas.com, Minggu (25/4/2021).

"Setelah membuktikan sendiri, memang benar ada hal semacam ini (makam yang tak tenggelam oleh air laut)," kata Isrofi.

Para peziarah lain yang datang hampir bersamaan dengan rombongan Isrofi adalah jemaah asal  Kota Semarang.

Menurut Mahsin, pimpinan rombongan, jemaahnya memang rutin berziarah ke makam Mbah Mudzakkir.

Hampir tiap bulan selalu berkunjung berdoa di sini terlebih pada momentum Ramdhan kali ini.

"Kita rutin berziarah disini agar keluarga dan lingkungan senantiasa  mendapatkan keberkahan serta ketenteraman batiniah," ujar Mahsin.

Untuk bisa sampai ke makam yang dikeramatkan oleh warga sekitar, para pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 2,5 kilometer dari jalan Pantura Semarang - Demak.

Dari titik parkiran yang disediakan pengelola makam, pengujung bisa menuju makam dengan menempuh jalan darat maupun laut.

Jika memilih menggunakan jalan darat, maka harus berjalan kaki sepanjang 1 kilometer  melewati lokasi pemukiman yang hampir lenyap diterjang gelombang laut maupun banjir rob.

Jalan yang semula dicor beton kini menjadi jalan setapak karena rusak parah tak tahan gempuran abrasi.

Beberapa meter dari lokasi makam, pengunjung akan disuguhi oleh puing rumah penduduk yang masih mereka tinggali karena enggan berpisah dari lokasi tersebut.

Muhammad Untung (50) Tokoh Masyarakat Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak Jawa Tengah mengungkapkan, semula pemukiman di sekitar makam Mbah Mudzakkir dihuni 70 kepala keluarga (KK).

Sejak 1999, warga mulai pindah rumah secara bertahap sebab air laut makin tinggi merendam rumah mereka.

"Kini tinggal lima rumah yang ditinggali penduduk. Mereka tidak mau pindah. Alasannya macam macam," ungkap Untung.


Akses lain menuju makam terapung yakni menggunakan sampan atau perahu bermesin diesel yang dikemudikan oleh penduduk lokal.

Rute yang ditempuh biasanya melewati pantai Morosari dan trek mangrove.

Jika ingin sekaligus ngabuburit, maka disarankan menempuh perjalanan laut menuju makam pada sore hari.

Mata pengunjung akan dimanjakan dengan panorama indah dan pemandangan Matahari tenggelam.

Di trek mangrove pengunjung juga bisa merasakan suasana damai bersama semilir angin laut dan puluhan burung blekok yang menghuni konservasi hutan lindung tersebut.

Namun, pada Ramadhan kali ini, para pemilik warung di jalan menuju Makam Mbah Mudzakir tak lagi menggelar dagangan sehingga pengunjung harus membawa bekal sendiri jika ingin berbuka puasa di sekitar lokasi makam.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/27/120704378/ziarah-ramadhan-di-kampung-yang-hilang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke