Salin Artikel

Kisah Sukses Septrina Jual 10.000 Botol "Skincare" Tanpa Modal, Ini Rahasianya

Dalam sebulan, serum produksinya terjual 10.000 botol. Begitupun dengan produk skincare lainnya, laris manis.

Keberhasilan ini, membuat pemilik Jarkeen, Septrina Rams Chhetri (27 tahun) semakin fokus menekuni dunia bisnis.

Kini ia memiliki Rams Company (Ramsco) sebagai holding yang menaungi fesyen unisex Upper Most dan Vlinder untuk busana cewek.

“Saya mulai bisnis skincare tahun 2018, tanpa modal, karena sistemnya PO,” ujar Septrina kepada Kompas.com saat membuka toko barunya di Paskal 23 Bandung, Selasa (30/3/2021).

Ternyata banyak yang cocok dengan serum produksinya. Hingga antrean pun panjang dan viral di media sosial.

Laris jualan skincare hingga bisa beli mobil mewah, bermula dari ketidaksengajaan

Septrina menceritakan, Jarkeen lahir dengan tidak sengaja. Saat itu, profesinya sebagai beauty vlogger membuat kulitnya rusak.

Selama enam bulan, wajahnya breakout dan jerawatan parah. Ia sudah mencoba berbagai dokter kulit di Indonesia dan Singapura, namun sulit sembuh.

Hingga suatu hari ia bertemu dermatologis yang memberikan serum buatan Indonesia. Setelah memakainya, kulitnya makin membaik dan terjaga dengan baik.

Pengalamannya ini ia bagikan kepada followernya tahun 2018. Niat awalnya untuk berbagi pengalaman dan siapa tahu bisa membantu orang dengan masalah yang sama.

Tak disangka, serum yang dibuat berdasarkan hasil diskusi dirinya dan dermatologis membawa keberuntungan. Banyak yang tertarik dengan serum tersebut.

Dari keuntungannya, ia memiliki properti, mobil mewah, banyak karyawan, dan beberapa brand hasil pengembangan bisnisnya.

Nama Septrina pun diidentikkan dengan perempuan cantik, muda, terkenal, berpendidikan, tajir, dan sukses.


Terbiasa bekerja sejak masih sekolah

Namun tidak banyak yang tahu, pencapaiannya saat ini adalah buah kerja kerasnya sejak kecil. Mental pengusahanya sekarang, terbentuk sejak ia tinggal di Australia.

“Ayah dan ibuku cerai saat usiaku 12 tahun. Lalu aku ikut papah ke Australia,” tutur dia.

Di Australia, Septrina hanya bisa menelpon ibunya seminggu sekali. Sisanya ia habiskan dengan menangis.

Untuk menyibukkan diri, ia memutuskan kerja part time sepulang sekolah. Uang hasil part time akan ditabung untuk pulang ke Indonesia.

Segala jenis pekerjaan ia lakoni. Mulai dari baby sitter, membuat kopi di restoran, hingga bekerja di farmasi.

Suka menahan lapar agar bisa menabung

Jam bekerjanya dari pukul 15.00-19.00, setelah ia sekolah pukul 08.00-14.00 WIB. Jika waktu gajian tiba, ia akan menyimpan semua uangnya di bawah bantal.

Bukan hanya uang gajian yang ia simpan di bawah bantal. Sisa uang sakunya sebesar 5 dollar Australia ia simpan di bawah bantal.

Ia mengaku, dari uang jajan 5 dollar, hanya membelanjakannya 1 dollar untuk membeli jus. Ia kerap memanfaatkan makanan di rumah dan menahan lapar agar sisa uangnya bisa ditabung.

Suatu hari, uang di bawah bantal yang sudah penuh itu diketahui ibu sambungnya. Lalu Septrina dilaporkan ke ayahnya dan dibilang tidak perlu diberi uang jajan. Mendengar itu, ia sedih.

Menginjak SMA, hubungannya dengan ibu sambung yang kurang baik ditambah kerinduannya akan Indonesia, membuat keinginannya untuk kembali ke Indonesia semakin besar.

Tabungan Rp 30 juta, nekat pulang ke Indonesia

Ia kemudian pindah ke Indonesia saat kelas 3 SMA.

Uang yang ia kumpulkan di Australia, ia tukarkan ke rupiah menjadi Rp 30 juta.

Uang itu kemudian ia nikmati bersama ibunya.

“Aku beli TV, beli keperluan yang kami (Septrina dan ibunya) ga punya,” imbuhnya.


Ucapkan shalawat saat ada yang diinginkan

Di Indonesia, jiwa enterpreunernya terus menggebu-gebu. Ia pernah berjualan di Cisangkuy atau bekerja sebagai admin, shipper, finance, dan lain-lain.

Sebagai alat transportasi ia menggunakan angkot, kemudian meningkat menjadi motor.

Jika ada mobil Honda Jazz lewat, ia akan membaca shalawat sebagai doa suatu hari nanti bisa membeli mobil seperti itu.

“Pas zamannya BlackBerry, aku pakainya handphone yang mirip BlackBerry karena enggak mampu beli,” imbuh dia.

Jadi "Beauty Vloger"

Saat duduk di bangku kuliah jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan (Unpar), perempuan kelahiran Bandung, 6 September 1992 mulai merambah dunia modeling.

“Ibuku model catwalk. Jadi ada obsesi anaknya mengikuti jejak dia. Akhirnya aku jadi model-model gitu. Pernah jadi bintang iklan, main FTV, dan 10 besar Putri Indonesia Jawa Barat” ucapnya.

Dari berbagai kesibukan ini, rupiah demi rupiah masuk ke rekeningnya. Lagi-lagi, karena ia terbiasa menabung sejak kecil, tak terpikir olehnya untuk hedon.

Semua proses itu ia nikmati. Seolah tak mengenal kata lelah, ia menerima endorse dari berbagai merk produk kecantikan.

Rahasia sukses: nikmatilah prosesnya...

Pengalamannya ini pula yang membuatnya sukses membangun brand kecantikan, Jarkeen. Untuk itu ia berpesan kepada pemula, untuk menikmati semua proses.

Sebab link yang didapat dari setiap pekerjaan, akan bermanfaat di masa depan. Selain itu, kunci suksesnya adalah kualitas produk dan teruslah berinovasi.

“Walau produk lokal, kami berikan kualitas terbaik. Kami gunakan teknologi Jepang dengan beberapa ingredient yang impor dari Amerika, Italia, dan Jepang,” ucap dia.

SDM yang solid, kunci bisnis langgeng

Rahasia kesuksesan Septrina lainnya adalah tim yang solid. Buatnya, SDM merupakan asset perusahaan.

Karena tim ini pulalah, Septrina berhasil melalui masa sulit pandemi dengan baik.

Meski penjualan sempat turun 20 persenan, namun ia berhasil melewatinya tanpa PHK karyawan.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/01/062731778/kisah-sukses-septrina-jual-10000-botol-skincare-tanpa-modal-ini-rahasianya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke