Salin Artikel

"Kami Harus Layani Pelanggan yang Gila Pedas meski Harga Cabai Gila-gilaan"

MAGELANG, KOMPAS.com - Pedagang kuliner di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, cukup merasakan kenaikan harga cabai yang meroket beberapa waktu terakhir ini. Mereka harus memutar otak agar usahanya tetap bertahan.

Seperti dirasakan oleh pemilik warung ayam geprek, Dimas Agus Purnomo, di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Dimas mengaku harus cermat menghitung arus keuangan agar tidak merugi. 

"Sebagai pedagang kuliner tentu kami merasakan kenaikan harga cabai. Di mana salah satu produk best seller kami kini berbahan tambahan cabai, yaitu ayam geprek. Kami harus putar otak agar bisa bertahan," kata Dimas, Selasa (23/3/2021).

Sejauh ini, Dimas masih bisa bertahan karena ada produk andalan lainnya yang non-tambahan cabai. Dari penjualan produk ini, Dimas masih bisa mendapatkan keuntungan. 

"Sejauh ini kami masih di angka aman untuk pendapatan, karena kami masih ada produk ayam goreng original (non-geprek/tanpa cabai) yang bisa kami jual," ucapnya. 

Dimas menyebutkan, untuk produk ayam gepreknya ia bisa memakai cabai jenis rawit merah, atau biasa disebut cabai japlak atau setan. Sejak sepekan terakhir harga cabai jenis ini mencapai Rp 100.000 per kilogram. Padahal, sebelumnya harga cabai ini hanya Rp 30.000 - Rp 50.000 per kilogram. Untuk 1 kilogram cabai rata-rata bisa digunakan untuk 50-60 porsi ayam geprek. 

"Kami sering memakai yang japlak. Kami masih bisa tertolong dengan pelanggan yang hanya suka pedas biasa, artinya hanya butuh 1-3 butir cabai per porsi ayam. Kalau yang suka level pedas bisa sampai 10 butir per porsi," ungkapnya.

Walau harga mahal, Dimas berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan yang sama seperti ketika harga cabai normal. Ia tidak mengurangi komposisi cabai ataupun menaikkan harga per porsinya.

"Kami berkomitmen tetap melayani para pelanggan kami yang gila pedas, walaupun harga cabai juga gila-gilaan. Kami juga tidak mau kehilangan pelanggan, meskipun kami harus mendapatkan keuntungan yang tipis," kata Dimas. 

Adapun harga paket ayam geprek berkisar dari Rp 10.000 - Rp 14.000 per porsi. Sedangkan paket ayam non-tambahan cabai berkisar Rp 9.000 - Rp 13.000 per porsi.

Sementara itu, salah satu petani cabai di lereng Merabu, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Suudi mengatakan, harga cabai di tingkat petani cenderung naik belakangan ini, yakni mulai Rp 75.000 per kilogram. Sedangkan cabai patek/rusak dijual dengan harga mulai Rp 15.00 per kilogram.

Ia memperkirakan, kenaikan harga cabai ini dampak cuaca ekstrem yang terjadi. Tidak sedikit tanaman cabai yang rusak sehingga gagal panen. Sementara permintaan konsumen tinggi. 

Sebagai petani pun, ia harus mengeluarkan biaya lebih untuk perawatan tanaman cabainya agar tidak rusak. Bahkan, ia rela ronda malam beberapa hari menjelang panen karena rawan pencurian. 

https://regional.kompas.com/read/2021/03/23/120714378/kami-harus-layani-pelanggan-yang-gila-pedas-meski-harga-cabai-gila-gilaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke