Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] 280 ASN Mimika Tak Pernah ke Kantor | Nasib Petani Garam di Lombok Timur

KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun, 280 aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Mimika, Papua, diketahui tidak pernah datang ke kantor untuk bekerja.

Mereka berasal dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), baik pemerintah distrik maupun kelurahan.

Meskipun begitu, mereka tetap menerima gaji dan tunjangan.

Hal ini diketahui usai adanya validasi data ASN di Pemerintah Kabupaten Mimika. Perbuatan anak buahnya itu membuat Bupati Mimika Eltinus Omaleng geram.

Alhasil, mereka terancam dipecat.

Sekretaris Daerah Mimika Michael Gomar menyatakan siap mengirimkan surat resmi kepada 280 ASN yang bertahun-tahun tidak pergi ke kantor.

Berita populer lainnya adalah seputar salah satu kondisi petani garam di Lombok Timur.

Syamsul Hadi namanya. Dia adalah seorang petani garam kristal di Dusun Pelebe, Desa Ketapang Raya, Lombok Timur.

Sudah tiga tahun ini garamnya yang ia produksi tidak terjual. Garam seberat 4 ton itu dia simpan di dua gudang miliknya.

Hari menjelaskan, daerahnya yang diserbu garam kristal murah diduga membuat orang-orang berpaling dari garam bikinannya.

Akibatnya,Syamsul merasa kesulitan bertahan hidup di masa-masa sulit ini.

Berikut adalah berita populer lainnya yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com.

Bupati Mimika Eltinus Omaleng geram usai mengetahui hasil validasi data aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintah Kabupaten Mimika.

Hasil validasi tersebut memaparkan bahwa ada 280 ASN di Kabupaten Mimika, Papua yang tidak pernah datang ke kantor untuk bekerja.

Hal ini dilakukan sejak bertahun-tahun.

Mereka berasal dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), baik pemerintah distrik maupun kelurahan.

Di antara jumlah tersebut terdapat pejabat eselon III dan IV.

Yang membuat Eltinus tambah marah adalah para ASN itu tetap menerima gaji dan tunjangan.
"Ada 280 ASN yang tidak pernah masuk kantor bertahun-tahun, tapi tetap menerima gaji dan tunjangan. Saya sudah perintahkan Sekda untuk segera memanggil mereka. Jika sampai tiga kali dipanggil tidak juga menghadap, ya terpaksa harus diberhentikan," ujarnya.

Sekretaris Daerah Mimika Michael Gomar mengaku siap mengirimkan surat resmi kepada 280 ASN yang pernah peregi ke kantor itu.

"Ini untuk pembelajaran kepada semua. Jangan seenaknya tidur-tiduran di rumah, lalu tiap bulan terima gaji enak-enak tanpa bekerja," kata Eltinus.

Tiga tahun sudah Syamsul Hadi (50) menyimpan garam-garam yang ia produksi di gudang miliknya.

Sampai sekarang, belum ada pembeli dari pengusaha garam yang tertarik terhadap barangnya.

"Sekarang tidak ada yang mau beli garam. Sudah tiga kali musim kembalit (kemarau) garam ini tidak ada yang mau beli," ucap Hadi.

Dahulu, Syamsul biasanya menjual garam-garam itu seharga Rp 10.000 sampai Rp 15.000 untuk satu karung yang berisi 20 kilogram garam.

Syamsul menduga, kondisinya tersebut bermula usai masuknya pesaing yang memproduksi garam kristal murah ke daerahnya.

"Kan di Desa ini banyak juga pembuat garam halus, bahan bakunya dari garam kasar seperti kami ini, tapi sekarang mereka beli yang luar daerah, dengan harga murah," kata Hadi.

Syamsul merasa sangat merasa terpukul dengan kondisi ini, apalagi dia adalah kepala rumah tangga.

"Kami hanya bisa pasrah, kami bertahan hidup cari ikan, udang di laut untuk makan, kalau banyak dapat, kami jual," tutur Hadi.

Dengan membawa peralatan seadanya, para warga melakukan pendulangan emas.

Di pantai yang berjarak sekitar 500 meter dari perkampungan ini, konon terdapat material emas.

"Itu kejadiannya dari kemarin, memang heboh dan banyak warga yang datang ke pantai untuk mendulang emas," jelas Perangkat Desa Tamilow Rais Pawae.

Dia menuturkan, pasir di pesisir pantai itu bukan berwujud batangan, melainkan butiran seperti pasir.

"Dalam dua hari ada banyak warga yang dapat emas dari hasil mendulang tapi bukan emas batangan, bentuknya butiran dan seperti batu-batu kecil," bebernya.

Dengan munculnya emas ini, Rais berharap agar warga desanya bisa makmur.

Wisata alam di Tasikmalaya, Taman Wisata Karang Resik, menambah dua wahana baru bagi para pelancong.

Bagi yang suka hal-hal berbau kebudayaan Korea, mungkin akan menyenangi ini.

Ada dua tempat wisata tematik yang dibangun, yakni tradisional Korea dan modern Korea.

Di tradisional Korea, pengunjung bisa menikmati Jeju Park.

Anjungan ini terdiri dari perkampungan tradisional yang serupa dengan perkampungan Bukchon Hanok Village di Korea Selatan.

"Kami berusaha memenuhi keinginan para penggemar K-Pop dan drama Korea di wilayah Priangan Timur untuk bisa menikmati suasana Korea. Bisa foto-foto tanpa harus jauh-jauh ke Korea atau ke wahana serupa di Tanah Air," terang Direktur Taman Wisata Karang Resik, M. Yusuf.

Sedangkan di anjungan Korea modern, pengunjung bakal dimanjakan dengan ornamen-ornamen dan desain yang penuh warna.

"Kami memang ingin menangkap fenomena demam Drakor dan K-Pop yang dalam beberapa waktu terakhir terjadi di Tanah Air. Wahana ini pun bisa dinikmati oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai dewasa," ucapnya.

Wahana ini bakal dibuka pada pekan keempat Maret 2021.

Seorang anggota TNI yang bertugas (Yonif) 143/Tri Wira Eka Jaya, Sersan G, ditangkap Detasemen Polisi Militer (Denpom) II/3 Lampung.

Oknum TNI tersebut ditangkap lantaran diduga menjadi pelaku penembakan Kurnialis Asmarantaka (51), seorang pengemudi taksi online.

"Pelaku sudah kami tangkap dan saat ini sudah ditahan di Denpom II/3 Lampung," papar Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 043 Garuda Hitam Mayor (Inf) Joko Warsito.

Kurnialis ditemukan di tepi kebun sawit bersama mobilnya.

Meski ditemukan dalam keadaan hidup, dia menderita luka tembak di bagian leher.

"Untuk sementara, kami merilis konfirmasi bahwa pelaku adalah seorang oknum TNI," kata Joko.

Peristiwa ini penembakan ini terjadi di Jalan ZA. Pagar Alam, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung.

"Untuk kronologi dan motif dari penembakan itu masih pendalaman," tandasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Lombok Tengah, Idham Khalid; Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Robertus Belarminus, Farid Assifa, Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2021/03/23/070000778/populer-nusantara-280-asn-mimika-tak-pernah-ke-kantor-nasib-petani-garam-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke