Salin Artikel

Kronologi Lumba-lumba Mati Terdampar di Pantai Tapanuli Selatan, Saksi Mata: Sebelumnya Ada Ribuan Ekor di Pinggir Pantai

Kepala Desa Muara Upu Husnul Amir Harahap menceritakan, saat ditemukan kondisi lumba-lumba sudah dalam keadaan mati.

Namun sebelum penemuan tersebut, ia sempat menyaksikan ribuan lumba-lumba bergerombol di pinggir hingga ke tengah laut.

"Sejauh mata memandang ke laut, semuanya hampir dipenuhi lumba-lumba. Makanya saya menaksir jumlahnya ribuan," ujar Husnul.

Husnul mengaku tidak sempat mendokumentasikan pemandangan yang terbilang langka tersebut, ia beralasan saat itu tidak membawa selulernya.

"Tidak sempat saya dokumentasikan, karena tidak bawa hp dan mau pergi ke kebun," kata Husnul.

Husnul menyebut, penampakan ribuan lumba-lumba itu terjadi pada Jumat (19/3/2021) sekitar pukul 11.00 WIB.

"Biasanya hanya di tengah laut saja dan waktunya pagi hari, jumlahnya juga tidak banyak seperti kemarin. Tapi yang itu luar biasa, seperti pasar malam saja," ujar Husnul lewat pesan singkatnya kepada kompas.com, Minggu (21/3/2021).

Husnul mengaku, penampakan lumba-lumba berlangsung cukup lama. Diyakininya sekitar tiga jam. Karena ketika ia kembali dari kebun, masih terlihat ada lumba-lumba.

"Pukul tiga sore saya pulang dari kebun, masih ada saya lihat lumba-lumba. Dan mendapat kabar dari warga ada lumba-lumba yang terdampar dan sudah dalam keadaan mati," ucap Husnul.

Husnul menduga, kematian lumba-lumba tersebut akibat hendak memakan ikan-ikan kecil dan berada terlalu dekat dengan pinggir pantai. Sehingga, terbawa arus ombak ke pinggir pantai dan tidak bisa kembali ke tengah.

"Perkiraan saya karena terbawa ombak hingga ke pinggir pantai, dan tidak bisa kembali lagi. Biasanya lumba-lumba ini hendak memakan ikan-ikan kecil dan mengejarnya," ujar Husnul.

Enam tahun terkahir 2 lumba-lumba ditemukan mati

Husnul mengatakan, penemuan bangkai mamalia laut itu bukan kali pertama. Sepanjang hidupnya menetap di Desa Muara Upu, sudah dua kali dan dua lumba-lumba ditemukan mati.

"Ini yang kedua ditemukannya lumba-lumba dalam keadaan mati, dan sebelumnya sekitar enam tahun yang lalu," kata Husnul.

Husnul menjelaskan, dia dan masyarakat lainnya sering menyaksikan lumba-lumba ketika sedang mencari ikan di laut.

"Kalau sebanyak kemarin, baru kali ini. Dan biasanya sering jumpa di tengah laut. Dan jarang sampai ke pinggir laut," ungkap Husnul.

Warga susah mencari ikan gara-gara ada gerombolan lumba-lumba

Husnul menjelaskan, banyaknya gerombolan lumba-lumba tersebut, juga menjadi kendala bagi warga yang sehari-hari menggantungkan hidupnya di laut.

Karena, warga jadi kesulitan untuk mencari ikan. Dan hasil tangkapan pasti sedikit.

"Memang korbannya juga nelayan, karena jadi susah mendapatkan ikan," ucap Husnul.

Namun, munculnya lumba-lumba tersebut bisa menjadi hiburan bagi nelayan. Karena kemunculannya yang jarang terjadi.

"Saya seumur hidup, baru tiga kali melihat lumba-lumba. Dua kali ketika memancing di tengah laut, dan kali ketiga yang kemarin," ucap Husnul.


Bangkai Lumba-lumba tertimbun sendiri

Husnul mengatakan, bangkai Lumba-lumba tersebut ditaksir berukuran panjang sekitar satu meter dan beratnya sekitar 25-30 kilogram.

Husnul tidak mengetahui jenisnya secara pasti, namun bentuknya tidak besar dan berwarna putih kehitaman.

"Biasanya ada yang warna putih keabu-abuan, yang ditemukan kemarin warna putih kehitam-hitaman," sebut Husnul.

Ia mengaku, bangkai lumba-lumba tersebut tidak ditanam, namun tertimbun dengan sendirinya ke dalam pasir.

"Tidak ditanam, tertimbun sendiri," aku Husnul.

PLN belum masuk, infrastruktur jalan buruk

Husnul menyebut, Desa Muara Upu adalah satu-satunya desa di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara.

Desa itu, memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 19 kilometer.

Selain keindahan pemandangan dan lautnya, pantai di Desa Muara Upu juga dikenal sebagai tempat bertelurnya banyak jenis penyu. Dan salah satunya, jenis Penyu Belimbing yang dikenal langka.

Namun sayangnya, keindahan alam yang bisa menjadi potensi wisata di desa tersebut, tidak didukung dengan infrastruktur yang baik.

"Akses jalan ke desa kami sangat rusak parah, begitu juga dengan PLN (listrik) sampai saat ini belum ada. Hanya PLTS saja, dan itupun sudah tidak bisa digunakan lagi." Keluh Husnul.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/21/180204078/kronologi-lumba-lumba-mati-terdampar-di-pantai-tapanuli-selatan-saksi-mata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke